Hujan yang sangat lebat diiringi kilat dan petir menemani hampir sepanjang malam itu. Mata Dhananjaya mungkin tertutup, tapi hatinya merasa tak tenang tanpa alasan. Ia pun bangkit dari ranjang, entah apa alasannya ingin keluar kamar.Tepat ketika keluar dari kamarnya, Dhananjaya melihat pintu kamar Indah sedikit terbuka. Dari kejauhan saja, ia dapat melihat bahwa lampu kamar itu masih menyala. Artinya, si pemilik kamar itu juga belum tertidur. Merasa penasaran, Dhananjaya berjalan ke arah kamar Indah.Dari luar, Dhananjaya sedikit mengintip ke dalam. Pandangannya mendapati Indah yang sedang duduk di atas lantai, di dekat ranjang. Merasa ada yang aneh, akhirnya ia masuk ke dalam. “Indah?” panggilnya membuat Indah tersentak kaget.Dhananjaya ikut tercengang melihat reaksi Indah. “Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu belum tidur?” tanyanya seraya mendekat.Indah tidak merespons apa pun, matanya tidak berkedip saat menatap Dhananjaya seolah memastikan bahwa pria itu benar suaminya. Namun, k
Di atas ranjang, di dalam kamarnya, Indah berbaring dengan asal. Matanya menatap jendela tanpa minat. Ia sangat bosan, benar-benar bosan. Semenjak kehamilannya, Dhananjaya melarangnya untuk keluar rumah. Ia tidak bisa lagi menikmati waktu di luar rumah bersama Jasmin. Jasmin sendiri mengerti keadaannya yang harus beristirahat total. Jadi, dia juga tidak berani untuk mengajak kakak iparnya keluar. Mengingat ada TV di kamar Dhananjaya, entah keberanian dari mana Indah ingin menonton TV di kamar suaminya itu. Ada TV di ruang tengah, hanya saja Indah tidak berani untuk menonton di sana. Jika ia menonton TV di sana, maka para pelayan yang biasanya mondar-mandir di dalam rumah akan mengetahuinya dan Indah tak ingin mendengar larangan siapa pun. Dengan langkah pelan seperti pencuri, Indah masuk ke dalam kamar Dhananjaya. Berhubung pemilik kamar sedang berada di kantor, tentu kamar itu tidak ada yang menjaganya, tidak ada orang-orang Dhananjaya yang biasanya selalu ada di sekitar sana. Indah
Sebuah ketukan di pintu berhasil membuat konsentrasi Indah yang saat itu sedang membaca terganggu. Menarik, sepertinya yang datang bukanlah seorang pelayan, tapi entah siapa. Indah bergegas membuka pintu, dan mendapati dua orang asing di depan kamarnya. Di samping mereka, ada sebuah dus berukuran sangat besar. Dari luarnya saja, yakin isi dalam dus tersebut adalah TV. Dhananjaya yang membelikan TV? Entah mengapa, Indah merasa hatinya berbunga-bunga hanya karena sebuah TV. Mungkin saja suaminya itu mulai kasihan padanya atas kejadian kemarin? Indah tak bisa berkata-kata, senang bukan main. Terlebih, dua orang itu langsung memasangnya hingga TV menyala dan dapat digunakan saat itu juga. “Indah.” Jasmin medorong pintu hingga menimbulkan celah. Melihat Indah yang sedang menonton TV, Jasmin langsung masuk sebelum si pemilik kamar sempat menyahuti. “Wah, sejak kapan ada TV di sini?” tanyanya sedikit terkejut. “Beberapa jam yang lalu.” Indah tersenyum riang. “Kamu yang membelinya?” Jasmi
Keluarga Abraham dikabarkan akan berlibur ke Amsterdam, Belanda. Liburan mendadak itu karena ada dua hal. Yang pertama, perusahaan yang dipimpin Dhananjaya, Abraham Technologi, akan menjalin kerja sama dengan perusahaan besar di sana. Yang kedua, merayakan kelulusan Jasmin.Awalnya hanya Dhananjaya, Basuki, Haidar dan orang-orang penting di kantornya yang akan terbang ke Amsterdam. Namun, karena Jasmin wisuda satu minggu yang lalu, Maria dan keluarga Haidar sepakat untuk merayakannya di Amsterdam.Hanya satu dari keluarga Abraham yang tidak ikut, siapa lagi jika bukan Indah? Jangankan diajak berlibur, siapa pun kecuali Jasmin tidak ada yang memberitahunya perihal liburan yang akan keluarga Abraham lakukan.Indah ingin ikut. Tentu saja! Namun, Dhananjaya yang merupakan suaminya sendiri tidak mengajaknya, Indah sadar diri siapa dirinya. Belum lagi Maria ikut berlibur, tak mungkin wanita itu mau berlibur bersama Indah. Intinya, tidak ada harapan untuk ikut berlibur bagi Indah.“Indah, mi
Liburan telah usai, saatnya keluarga besar Abraham kembali ke Indonesia. Jasmin tak sabar untuk segera sampai ke rumahnya. Ia sudah membayangkan bagaimana respons Indah saat melihat oleh-oleh yang dibawanya. Jasmin sempat berniat untuk membelikan pakaian baru untuk Indah, tapi ia urungkan. Ia rasa, bukan hanya dirinya saja yang merasa prihatin atas pakaian Indah yang sudah tidak cukup, tapi Dhananjaya pun demikian. Terbukti, kakaknya itu memintanya untuk memilihkan pakaian untuk istrinya. Memasuki kamar Indah, Jasmin tidak mendapati wanita itu sedang menonton TV seperti dugaannya. Saat melirik ke arah ranjang, ternyata Indah sedang berselimut diri. Mungkin kakak iparnya itu sedang tidur siang? Jasmin tidak peduli. Ia ingin Indah tahu bahwa semuanya sudah kembali. “Indah, bangunlah. Kamu harus menyambutku. Ayok, bangun.” Jasmin menggoyahkan lengan Indah dengan gerakan cepat. Indah sedikit bergerak. Matanya perlahan terbuka. Sadar suara siapa yang berbicara, ia berbalik hingga Jasmin
Empat hari berlalu Kondisi Indah sudah pulih seperti sedia kala. Dhananjaya merawatnya dengan sangat baik, memperhatikan setiap asupan gizi yang dikonsumsi. Nafsu makannya pun sudah kembali seperti sebelumnya. Setiap malam, Indah selalu merasa lapar. Seperti halnya malam ini, Indah merasa sangat lapar. Masalahnya, tidak ada makanan lagi di kamarnya. Dhananjaya sedang berada di luar kota untuk kepentingan bisnis. Semua keluarga sudah pulang, dan Indah tidak bisa leluasa melakukan apa pun termasuk pergi ke dapur di lantai dasar. Melirik ke arah jam dinding yang menunjukan pukul satu dini hari, semoga saja Maria sudah tertidur dan para pelayan juga sudah pulang ke rumah pondok. Indah benar-benar tidak bisa menahan laparnya, jadi ia memutuskan untuk mencari makanan di dapur. Di dalam lemari es, ada banyak buah-buahan dan camilan. Indah pun mengantongi beberapa camilan untuk dibawa ke kamarnya sambil mengunyah buah apel. Satu apel itu belum habis dimakan, seorang wanita berdiri di belak
Seseorang melaporkan apa saja yang Indah alami di kediaman Basuki Abraham kepada Sanjaya, termasuk saat Maria memaki wanita itu hanya karena kedapatan mencuri makanan. Sanjaya mendengarkan dengan saksama dan ia bisa membayangkan saat kejadian yang tidak menyenangkan bagi Indah. Sanjaya hanya tidak mengerti kepada cucunya sendiri, Dhananjaya. Mengapa dia tidak melindungi Indah dari keluarganya sendiri? Sanjaya tahu Dhananjaya tidak mencintainya, bahkan tidur terpisah. Namun, tidak adakah sedikit saja dia merasa kasihan pada wanita yang saat ini sedang mengandung anaknya? Namun, sebenarnya tidak ada yang memberitahu Sanjaya tentang kehamilan Indah selain orang kepercayaannya sendiri. Benar, Dhananjaya belum memberitahunya. Alasannya, ia ingin Indah melewati masa hamil mudanya yang sangat rawan keguguran. Dalam kata lain, Dhananjaya tidak ingin memberikan harapan pada kakeknya dulu. Tak ingin pusing memikirkan cara Dhananjaya mengatasi masalah Indah, Sanjaya mengunjungi rumah Basuki di
Hari sudah mulai siang. Indah dapat mendengar suara gaduh dari kejauhan. Entah apa yang sedang dilakukan orang-orang, ia tidak berniat untuk mencari tahu dan sibuk dengan ponselnya. Namun, ternyata suara gaduh itu tak kunjung berhenti hingga berjam-jam lamanya.Waktu makan siang pun tiba, seorang pelayan mengantarkan makanan kepada Indah. Pelayan itu sepertinya baru, Indah tak pernah melihatnya. Dia masih muda, dapat diperkirakan usianya hanya beberapa tahun lebih tua darinya. Sikapnya terlihat ramah, jauh dari sikap Alda.“Perkenalkan, nama saya Asmi, pelayan baru di rumah ini.” Wanita berpakaian hitam putih khas pelayan itu membungkuk hormat saat memperkenalkan diri.“Boleh aku tanya sesuatu?” Indah malah penasaran hal lain.Asmi mengangguk tanpa berani mengangkat wajahnya.“Ada apa di luar sana? Mengapa berisik sekali?” Indah mengintip keluar, tapi tidak berani keluar langsung.“Lantai ini sedang direnovasi. Pak Jay ingin ada dapur di sini,” jawab Asmi sesuai yang diketahuinya.“Ap