“Tunggu.” Seorang pria berhasil menghentikan langkah Indah.Pria itu berpakaian seorang petugas keamanan, berlari dari lift ke arah Indah. Tentu, Indah hanya mematung di tempat. Jantungnya berdegup sangat kencang seolah ketahuan mencuri. Merasa sangat asing di tempat itu dan tidak ada orang yang dikenali, rasanya ia ingin pergi saja.“Sepertinya Anda salah memasuki lift. Silakan kembali ke lift,” kata pria itu dengan suara tegas.Indah melihat sekelilingnya. Ia memang tidak pernah ke sana, tapi apa pun yang dilihatnya, sama persis seperti gambaran yang Jasmin berikan.“Sepertinya aku tidak salah.” Indah yakin, tapi juga ragu.“Siapa yang ingin Anda temui?” Petugas keamanan penasaran.“Pak Jay.” Indah menatap was-was.Pria itu menelisik tubuh Indah dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dari tatapannya itu, terlihat jelas ia sedang menerka-nerka siapa Indah yang ingin bertemu seorang pemimpin? Dari tatapan itu juga, Indah tersadar siapa dirinya.Mengingat kedudukan suaminya sebagai pemim
“Tuan, Nona Indah ada di sini.” Seorang pelayan menghampiri Sanjaya yang saat itu sedang di taman seorang diri.“Kemarilah, Nak.” Sanjaya menyambut Indah ramah dengan suara beratnya.“Apa aku mengganggu?” Indah tak berani mendekat, takut jika kedatangannya telah mengganggu pria tua itu.“Tidak sama sekali.” Sanjaya menggelengkan kepalanya.Hal pertama yang Indah lakukan adalah mencium punggung tangan Sanjaya dengan sopan. Sanjaya membelai rambutnya dengan lembut sebagai balasan. Ia pun memberikan isyarat agar pelayan pergi untuk membawa minuman.“Duduklah.” Sanjaya mempersilakan Indah duduk di sampingnya. “Apa yang membuatmu ke mari? Kamu mengalami kesulitan di rumah mertuamu?” lanjutnya bertanya.“Tidak, aku hanya ingin bersilaturahmi. Bagaimana keadaan ... Tuan—”“Panggil kakek seperti suamimu,” potong Sanjaya tak suka. Wanita itu akan memanggilnya dengan sebutan tuan, tentu ia tak setuju. “Kakek baik-baik saja, hanya sedikit batuk,” lanjutnya dengan nada yang melembut.“Maaf, aku t
Di sore hari, Jasmin menghubungi Indah untuk menyusulnya ke cafe yang sering mereka kunjungi bulan-bulan lalu. Kandungan Indah sudah dinyatakan sehat karena usia kandungannya pun sudah menginjak enam bulan. Jadi, siapa pun tidak terlalu mengkhawatirkan perihal kandungannya lagi.Indah ragu untuk meminta izin pergi, tapi apa daya keinginannya untuk menghirup udara segar begitu besar. Dhananjaya sendiri tidak pernah membawanya keluar, bukan salah Indah yang tertarik dengan ajakan adik iparnya yang lebih pengertian.“Apa aku mengganggu?” Indah berdiri di dekat pintu, tak berani mendekat jika bukan pria itu yang meminta.“Tidak,” jawab Dhananjaya singkat.Pergerakan tangan Dhananjaya yang berada di atas keyboard berhenti, tubuhnya menyandar ke punggung kursi, menatap Indah dan memberikan isyarat agar mendekatinya.Mengerti dengan perintah melalui tatapannya, Indah segera melangkah lebih dekat. Di waktu yang sama, Dhananjaya juga bangkit dari kursinya.“Bolehkah aku pergi ke luar?” Indah m
Indah yang tidak siap, tubuhnya terhuyung ke belakang. Beruntung ia dapat menahan keseimbangan tubuhnya sehingga tidak sampai terjatuh. Saat itu juga, Dhananjaya keluar dari mobilnya, berjalan ke arah petugas itu.Tanpa bicara apa pun, ia langsung melayangkan pukulan pada petugas itu, memukulnya secara membabi buta. Bukan hanya Dhananjaya, tetapi orang-orangnya pun ikut turun. Hanya saja, mereka tetap diam tanpa ingin melerai Dhananjaya yang sedang mengamuk.Indah yang berdiri di tempatnya, merasakan kakinya lemas, perutnya terasa sakit saat melihat sendiri pukulan Dhananjaya yang tertuju pada perut petugas itu. Indah membayangkan betapa sakitnya pukulan yang diberikan Dhananjaya, dan ia seolah merasakannya. Perlahan tubuhnya merosot ke jalanan, tubuhnya bergetar hebat.Dhananjaya segera menghentikan aksinya, melangkah lebar ke arah Indah. Tubuhnya membungkuk saat meraih lengan Indah. “Kamu baik-baik saja?”“Pak, a—apa salah saya?” Petugas keamanan rumah tak mengerti. Ia terdampar di
Hubungan Indah dan Jasmin sudah seperti sedia kala. Dhananjaya sudah mengizinkan mereka untuk menghabiskan waktu bersama lagi. Hanya saja, ia tetap tidak memperbolehkan Indah keluar dari rumah apa pun alasannya. Alhasil, Jasmin yang sering menghabiskan waktunya di dalam kamar Indah. Tubuh Indah sekarang sangat gemuk di usia kandungannya yang menginjak tujuh bulan. Pipinya sangat bulat dan berat badannya pun terus naik. Namun, jangan harap tingginya akan naik, Indah tetap pendek, hanya tubuhnya yang melebar dan perut yang semakin menonjol. Bisa bayangkan tubuh Indah yang hanya 155cm dan mengalami kehamilan kembar? Perutnya sangat besar hingga menelan tubuhnya sendiri. Melihat dirinya dari pantulan kaca, Indah menyadari begitu tak pantasnya ia untuk Dhananjaya yang sangat sempurna. Tubuhnya yang semakin mengembang, membuat penampilannya sangat buruk. Wajahnya sudah tidak memakai skin care sejak awal kehamilan, menyebabkan kusam dan tak terawat. “Jasmin?” Dhananjaya menghentikan langka
Saat berjalan menuju lantai tiga, Dhananjaya melihat Indah berdiri di hadapan sebuah foto berukuran besar di dekat ruangannya. Foto itu merupakan foto keluarga yang terdiri dari Basuki, Maria, Dhananjaya, dan Jasmin. Tidak ada yang dilakukan Indah selain memperhatikan foto itu dengan saksama.Entah apa alasannya, kaki Dhananjaya mendekati sang istri yang tetap diam tanpa menoleh ke arahnya. Padahal, dia tahu yang datang adalah Dhananjaya bersama beberapa orangnya.Dhananjaya berhenti di belakang tubuh Indah, ikut memandangi foto keluarga yang ada dirinya di sana. Sementara Hendra dan yang lainnya, segera memasuki ruangan mereka masing-masing untuk beristirahat.Indah tersenyum getir saat menoleh ke arah Dhananjaya. “Anak-anak akan mewarisi gen Abraham. Aku harap, tidak ada bagian mana pun yang mewarisiku. Yang laki-laki akan persis sepertimu, dan yang perempuan akan mirip bibinya, Jasmin. Pak Jay tidak ingin mereka sepertiku, bukan?” tanyanya terdengar pilu.Dhananjaya tidak bisa berk
Acara ulang tahun perusahaan Abraham Group akan dilangsungkan di sebuah hotel mewah. Acara itu akan dihadiri semua orang yang bekerja di kantor Abraham Group, rekan bisnis, terutama keluarga Abraham yang menjadi penguasa di kantor tersebut. Namun, tidak ada yang memberitahu perihal pesta itu kepada Indah, kecuali Jasmin. Sejak acara itu direncanakan, Jasmin sudah berulang kali mengatakan akan membawanya ke pesta itu. Bahkan, ia sengaja memesan gaun cantik untuk kakak iparnya.Entah harus senang atau sedih, Indah tak tahu. Di sisi lain, ia senang dan terharu mendapatkan adik ipar sekaligus teman seperti Jasmin yang sangat menghormatinya. Tapi di sisi lain, ia tentu sakit hati karena suaminya sendiri tidak mengajaknya.“Jasmin, apa kamu yakin kakakmu tidak akan marah aku datang tanpa undangan?” tanya Indah saat di perjalanan menuju hotel.“Kamu tenang saja, Kakek sendiri yang mengizinkanmu datang.” Jasmin sebenarnya bosan meyakinkan. “Tapi aku tidak diundang,” lirih Indah menundukkan
“Bagaimana keadaannya?” tanya Dhananjaya kepada salah satu orangnya yang mengantarkan Indah ke rumah sakit.“Dokter sudah menunggumu, silakan.” Orang itu meminta Dhananjaya untuk menghadap dokter agar mendengar kondisi Indah secara langsung.Dhananjaya juga tidak berniat untuk mempertanyakan yang lainnya. Jadi, ia segera berjalan ke ruangan yang ditunjuk orangnya. Di dalam ruangan itu, ada Indah yang masih ditangani beberapa dokter sekaligus banyak perawat.Dhananjaya tidak sempat masuk, pintu ruangan itu terbuka dan seseorang menghampirinya yang masih berjalan ke arah ruangan tersebut. Orang itu tidak lain adalah Rega, salah satu dokter di sana. Rega yang membawa Indah ke rumah sakit, sedangkan Nadya dan anaknya masih di hotel.“Bagaimana keadaan Indah?” Dhananjaya terdengar tak sabaran dengan jawabannya.“Indah sangat kritis. Aku tidak yakin dia bisa bertahan,” jawab Rega lemah, menggeleng pelan.”Apa?” Dhananjaya menyipitkan matanya, tak percaya kecelakaan yang Indah alami begitu s