Hubungan Indah dan Jasmin sudah seperti sedia kala. Dhananjaya sudah mengizinkan mereka untuk menghabiskan waktu bersama lagi. Hanya saja, ia tetap tidak memperbolehkan Indah keluar dari rumah apa pun alasannya. Alhasil, Jasmin yang sering menghabiskan waktunya di dalam kamar Indah. Tubuh Indah sekarang sangat gemuk di usia kandungannya yang menginjak tujuh bulan. Pipinya sangat bulat dan berat badannya pun terus naik. Namun, jangan harap tingginya akan naik, Indah tetap pendek, hanya tubuhnya yang melebar dan perut yang semakin menonjol. Bisa bayangkan tubuh Indah yang hanya 155cm dan mengalami kehamilan kembar? Perutnya sangat besar hingga menelan tubuhnya sendiri. Melihat dirinya dari pantulan kaca, Indah menyadari begitu tak pantasnya ia untuk Dhananjaya yang sangat sempurna. Tubuhnya yang semakin mengembang, membuat penampilannya sangat buruk. Wajahnya sudah tidak memakai skin care sejak awal kehamilan, menyebabkan kusam dan tak terawat. “Jasmin?” Dhananjaya menghentikan langka
Saat berjalan menuju lantai tiga, Dhananjaya melihat Indah berdiri di hadapan sebuah foto berukuran besar di dekat ruangannya. Foto itu merupakan foto keluarga yang terdiri dari Basuki, Maria, Dhananjaya, dan Jasmin. Tidak ada yang dilakukan Indah selain memperhatikan foto itu dengan saksama.Entah apa alasannya, kaki Dhananjaya mendekati sang istri yang tetap diam tanpa menoleh ke arahnya. Padahal, dia tahu yang datang adalah Dhananjaya bersama beberapa orangnya.Dhananjaya berhenti di belakang tubuh Indah, ikut memandangi foto keluarga yang ada dirinya di sana. Sementara Hendra dan yang lainnya, segera memasuki ruangan mereka masing-masing untuk beristirahat.Indah tersenyum getir saat menoleh ke arah Dhananjaya. “Anak-anak akan mewarisi gen Abraham. Aku harap, tidak ada bagian mana pun yang mewarisiku. Yang laki-laki akan persis sepertimu, dan yang perempuan akan mirip bibinya, Jasmin. Pak Jay tidak ingin mereka sepertiku, bukan?” tanyanya terdengar pilu.Dhananjaya tidak bisa berk
Acara ulang tahun perusahaan Abraham Group akan dilangsungkan di sebuah hotel mewah. Acara itu akan dihadiri semua orang yang bekerja di kantor Abraham Group, rekan bisnis, terutama keluarga Abraham yang menjadi penguasa di kantor tersebut. Namun, tidak ada yang memberitahu perihal pesta itu kepada Indah, kecuali Jasmin. Sejak acara itu direncanakan, Jasmin sudah berulang kali mengatakan akan membawanya ke pesta itu. Bahkan, ia sengaja memesan gaun cantik untuk kakak iparnya.Entah harus senang atau sedih, Indah tak tahu. Di sisi lain, ia senang dan terharu mendapatkan adik ipar sekaligus teman seperti Jasmin yang sangat menghormatinya. Tapi di sisi lain, ia tentu sakit hati karena suaminya sendiri tidak mengajaknya.“Jasmin, apa kamu yakin kakakmu tidak akan marah aku datang tanpa undangan?” tanya Indah saat di perjalanan menuju hotel.“Kamu tenang saja, Kakek sendiri yang mengizinkanmu datang.” Jasmin sebenarnya bosan meyakinkan. “Tapi aku tidak diundang,” lirih Indah menundukkan
“Bagaimana keadaannya?” tanya Dhananjaya kepada salah satu orangnya yang mengantarkan Indah ke rumah sakit.“Dokter sudah menunggumu, silakan.” Orang itu meminta Dhananjaya untuk menghadap dokter agar mendengar kondisi Indah secara langsung.Dhananjaya juga tidak berniat untuk mempertanyakan yang lainnya. Jadi, ia segera berjalan ke ruangan yang ditunjuk orangnya. Di dalam ruangan itu, ada Indah yang masih ditangani beberapa dokter sekaligus banyak perawat.Dhananjaya tidak sempat masuk, pintu ruangan itu terbuka dan seseorang menghampirinya yang masih berjalan ke arah ruangan tersebut. Orang itu tidak lain adalah Rega, salah satu dokter di sana. Rega yang membawa Indah ke rumah sakit, sedangkan Nadya dan anaknya masih di hotel.“Bagaimana keadaan Indah?” Dhananjaya terdengar tak sabaran dengan jawabannya.“Indah sangat kritis. Aku tidak yakin dia bisa bertahan,” jawab Rega lemah, menggeleng pelan.”Apa?” Dhananjaya menyipitkan matanya, tak percaya kecelakaan yang Indah alami begitu s
Sikap Dhananjaya mengalami perubahan yang dinilai sangat buruk pasca Indah meninggal. Pria yang pada dasarnya pendiam dan menutup diri, kini semakin aneh di mata semua orang. Dia tidak ingin berinteraksi bersama siapa pun, termasuk keluarga dan bayi kembarnya. Ia pun tak ingin bertutur sapa saat bertemu dengan anggota keluarganya secara tidak sengaja.Sebenarnya keluarga Abraham sudah menduga Dhananjaya mengalami perubahan dikarenakan Indah meninggal. Namun, nyatanya mereka tidak peduli sama sekali. Mereka pikir, Dhananjaya akan melupakan Indah seiring berjalannya waktu. Lagi pula, keterpurukan seorang Dhananjaya bukanlah suatu hal yang membuat keluarganya prihatin.Ada sebuah amarah, kekecewaan, patah hati, dan lainnya yang tidak bisa Dhananjaya ungkapkan dengan kata-kata. Kepergian Indah telah menyadarkannya akan suatu hal, yaitu cinta. Entah, ia sendiri tidak tahu apa itu cinta. Sejak kecil hingga di usianya kini, ia tidak pernah mengatakan cinta pada siapa pun, atau mendengar oran
Bayi kembar yang diberi nama Adelio dan Adelia seperti keinginan ibunya kini sudah berusia tujuh tahun. Bertolak belakang dengan sikap sang ayah, mereka memiliki sikap yang sangat ceria dan mudah bergaul. Namun, mereka juga kerap kali membuat orang-orang kesal dan membuat pengasuhnya kelimbungan akibat sifat usilnya.Tak jarang, pengasuh yang menemani anak kembar itu melarikan diri atau mengundurkan diri karena tidak kuat akan sikap mereka yang semena-mena. Namun, kedua anak kembar itu tidak pernah mempermasalahkan tentang ibunya. Mereka tidak masalah tidak memiliki ibu, bahkan tidak ingin memiliki ibu tiri.Sanjaya sudah meninggal dunia enam bulan yang lalu. Seperti yang diharapkannya, Dhananjaya tetap menjadi seorang pemimpin di perusahaan yang ia tinggalkan. Hal itu karena Dhananjaya memiliki saham terbesar dan juga telah diresmikan sejak Sanjaya masih hidup.Jasmin sudah menikah satu tahun yang lalu. Suaminya yang bernama Pahlevi bukanlah pria sembarangan, melainkan seorang putra
Satu bulan berlaluDewi sudah memutuskan untuk berhenti bekerja di hotel saking tidak nyamannya dengan peraturan baru yang diterapkan. Sekarang, ia sedang bingung untuk mencari pekerjaan baru. Lokasi rumahnya yang berada di pedalaman, membuatnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Penduduk sana rata-rata menjadi seorang petani di kebun ataupun sawah. Hanya di perkotaan yang sedikit mudah mencari pekerjaan, sedangkan Dewi tidak memiliki kenalan.Sebuah kebetulan, teman seusia Dewi bernama Rida yang bekerja di Jakarta, sedang pulang kampung. Dewi akhirnya memohon agar Rida membawanya ke Jakarta untuk bekerja. Rida mengatakan restoran tempatnya bekerja tidak menerima pekerja baru, tapi ia memiliki kenalan yang bekerja di restoran lain dan restoran tersebut sedang membutuhkan karyawan baru. Untuk itu, Dewi sudah membulatkan niatnya untuk ikut bersama Rida ke Jakarta.Pria yang merupakan suami Dewi bekerja di Singapura. Masalahnya, sudah satu tahun tidak ada kabar tentangnya. Jangankan meng
Dewi dan Rida sedang berjalan di sepanjang trotoar menuju kontrakan Rida. Jarak dari restoran tempat Rida bekerja menuju kontrakan memang cukup dekat sehingga tidak memerlukan kendaraan dan terbiasa berjalan kaki.Dewi menceritakan tentang penolakan pihak restoran yang awalnya membutuhkan karyawan. Namun, ia tidak mengatakan alasannya karena ia pun tidak tahu pasti. Rida tampak bingung, ia pun tidak bisa membantu mencarikan pekerjaan lain untuk Dewi. Sedangkan restoran tempatnya bekerja memang tidak menerima karyawan baru sejak beberapa bulan yang lalu.“Rida, aku tidak ingin kembali ke desa. Kamu tahu sendiri, begitu sulit mencari pekerjaan di daerah kita. Hanya di kotanya saja yang mudah, tapi aku tidak memiliki kenalan.” Dewi merasa frustasi, bingung dengan kelanjutan hidupnya.“Jika kamu mau menunggu, tunggulah hingga restoran itu buka lowongan pekerjaan lagi. Atau, tunggu pemilik restoran tempatku bekerja pulang dari luar negeri. Aku akan membujuknya untuk menerimamu.” Rida membe