Share

Bab 7. Kabar Duka

Author: Itsmefarida
last update Last Updated: 2024-10-16 11:32:00

Bab 7

Di mobil yang mereka tumpangi, hanya ada keheningan saja sepanjang jalan. Tidak ada obrolan, tidak ada juga yang membuka topik pembicaraan. Hening, Shanika juga bingung ingin mengatakan apa. Di satu sisi ia dan Sergio tidak terlalu dekat. Pun saat bertemu jarang mengobrol.

Akan tetapi, sekarang keduanya sedang berduaan, kegugupan Shanika kian bertambah. Sergio terlihat santai, tak sekilas pun melirik adik iparnya yang kebingungan mencari topik pembicaraan.

Alhasil, Shanika yang bingung pun memilih bungkam saja. Sebab, ingin bicara pun percuma harus membahas apa.

“Jika Carissa menyuruhmu, tidak usah dituruti,” kata Sergio memecah keheningan yang ada.

Suasana yang tadinya tegang, mendadak hilang. Shanika tersenyum kikuk menanggapinya. Dia tidak bisa melawan ibu dan kakak iparnya, takut berimbas pada Nevan dan Nala.

“Lebih baik aku yang mengerjakan, daripada berimbas pada dua adikku. Kalau aku nggak nurut sama perintah mereka, takutnya Nevan dan Nala yang jadi sasaran,” balas Shanika, ia lebih mempedulikan dua adiknya daripada diri sendiri.

“Mereka sudah biasa seperti itu padamu dan kamu hanya diam saja?” Meski sudah lama menikah dengan Carissa, Sergio sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada adik iparnya ini.

“Terpaksa, Kak, demi Nevan dan Nala.”

Karena selama ini, Bu Listia dan Carissa memang terlihat manis jika di depan. Entah di belakangnya seperti apa, ia hanya tahu kalau Shanika selalu disuruh mengerjakan pekerjaan rumah padahal ada asisten rumah tangga di rumahnya.

Entahlah, Sergio juga tidak ambil pusing dan tak peduli sama sekali. Karena ini bukan urusannya.

Obrolan pun selesai, keduanya hanya mengobrol sebentar. Selanjutnya kembali hening seperti awal. Guna menghilangkan rasa bosan, Shanika mengarahkan matanya ke luar jendela sambil menatap jalanan yang banyak dilalui kendaraan.

Sergio fokus menyetir mobil, saat di pertengahan jalan. Mobil terhenti karena di depan sana ada sebuah kerumunan yang mengakibatkan kemacetan panjang.

“Kenapa ya itu?” tanya Shanika, masih didengar Sergio.

Sergio mengedikkan bahu, pertanda dia tidak tahu. “Cari tahu saja. Sepertinya ada kecelakaan,” balas Sergio sekenanya.

Entah kenapa, melihat kerumunan itu tiba-tiba saja hati Shanika berdenyut nyilu. Dia merasakan ada hal aneh pada dirinya. Perasaan Shanika berubah tak enak, gadis muda itu turun dari mobil.

Ia berjalan gontai, mulai mendekati kerumunan warga sekitar. Shanika ingin melihat, tetapi tidak bisa karena sudah dipasang garis kepolisian. Artinya tak bisa dihampiri siapa pun.

“Maaf, Pak, ini ada apa, ya?” tanya Shanika pada warga sekitar yang berada di lokasi kejadian.

Warga desa tersebut menatap Shanika. “Tadi ada kecelakaan lalu lintas, Neng. Ada dua mobil yang hampir bertabrakan sama truk, terus yang mobil warna hitam diduga banting stir dan menabrak pohon.”

Mobil hitam. Perasaan Shanika bertambah tidak enak, tanpa alasan jelas dia mendadak gelisah. 

“Korbannya gimana, Pak? Apa mereka selamat?” 

“Korbannya anak kecil, udah dibawa pakai ambulance ke rumah sakit karena kondisinya parah. Kalau korban satunya lagi hanyut ke sungai, warga desa dan tim SAR sedang melakukan pencarian,” papar warga desa tersebut.

Rasa penasaran Shanika kian bertambah. Sekujur tubuhnya jadi gemetar dan panas dingin. Mendengar jawaban warga, Shanika jadi berpikir pada ayah dan Nala.

Mobil ayahnya berwarna hitam, hanya ada ayah dan Nala saja di dalam mobil. Apakah ini hanya kebetulan saja? Toh, banyak sekali pengemudi yang mengantar anaknya sekolah.

“Astaga, Shanika, kamu mikir apaan sih? Papa sama Nala pasti udah sampai di sekolah,” ucap Shanika menepis pikiran buruknya, walaupun firasatnya tak enak.

Tubuh kecilnya mulai memasuki kerumunan, ia ingin tahu mobil tersebut guna menyangkal kebenaran. Susah payah ia masuk, sangat sulit. Matanya memicing ketika melihat plat mobil.

Plat mobil yang sama dengan mobil milik ayahnya. Tubuh Shanika luruh ke tanah, dua matanya sudah berkaca-kaca kalau ternyata yang kecelakaan itu ayah dan adiknya.

Shanika menutup dua telinga, dia menjerit histeris karena kabar buruk menimpa anggota keluarganya.

“Papa! Nala!”

“Nggak, ini pasti nggak mungkin. Yeah, Papa pasti udah nganterin Nala ke sekolah.” Berkali-kali Shanika menepis praduganya, berpikir kalau itu bukan mereka.

Warga yang melihat Shanika lantas menenangkan, menahannya yang hendak menghampiri mobil.

“Jangan didekati, Neng, itu sudah ada garis polisi!” Salah satu ibu-ibu mendekati, mengusap punggung Shanika.

Sergio yang tadinya duduk di dalam, seketika mengerutkan keningnya melihat Shanika yang histeris. Penasaran apa yang terjadi di luar, Sergio pun keluar untuk menghampiri.

Ia menerobos keramaian, mencari Shanika yang memberontak.

“Ada apa, Shanika?” tanya Sergio sambil berjongkok.

Dia heran, kenapa Shanika menangis? Padahal tadi baik-baik saja.

Jari Shanika menunjuk ke arah mobil, Sergio menoleh ke belakang. Matanya membelalak karena mobil yang sudah hancur itu milik ayah mertuanya.

“Papa?” Sergio membeo, tak bisa bohong kalau dia kaget.

Pantas saja Shanika histeris, jika Sergio ada di posisinya pasti akan berlaku sama. Sulit dipercaya sesuatu terjadi pada ayah mertuanya.

“Itu bukan Papa sama Nala 'kan, Kak? Mereka pasti baik-baik aja, 'kan?” Shanika terus meracau, dia tak bisa tenang.

“Tenang, Shanika.” Sergio menepuk pundak Shanika agar Shanik menenangkan diri. Mustahil dia bisa tenang di kondisi seperti ini.

“Pak, di mana keberadaan korban?” tanya Sergio pada polisi yang melakukan investigasi di lokasi kejadian.

“Korban anak kecil sudah dibawa ambulance menuju rumah sakit, sementara orang dewasa hanyut ke sungai. Kami sedsng mengusahakan pencarian, karena kondisi sungai deras sekarang,” papar polisi pada Sergio.

Shanika menjerit, berteriak memanggil ayah dan adiknya. Sampai ia merasakan pandangannya semakin mengabur, pandangannya buruk dan ia kehilangan kesadaran.

“Papa! Nala!”

Satu jam lamanya Shanika tak sadarkan diri, dia memanggil Pak Grahadi dan juga Nala. Wajahnya sudah merah karena lama menangis, kedua matanya pun sembab.

Dia sedang berada di rumah sakit, Sergio membawanya ke sini sekalian menyusul Bu Listia yang sudah diberitahu.

“Papa! Papa! Nala! Nala! Jangan tinggalin aku!” teriak Shanika berlari keluar dari ruangan.

Di depan ruangan, ada Bu Listia dan juga Carissa. Mereka berdua diam sambil menangis.

“Di mana Nala, Ma?” tanya Shanika menghampiri ibu tirinya.

Bu Listia tidak menjawab, suara pintu terbuka membuat Shanika menoleh ke sumber suara. Seorang dokter keluar dari ruangan.

“Dengan keluarga pasien?” tanya dokter pada tiga wanita tersebut.

“Saya kakaknya, Dok. Apa yang terjadi dengan adik saya? Bagaimana keadaannya?” Shanika memberikan pertanyaan beruntun.

“Kondisi adik Anda sedang kritis sekarang, pasien mengalami luka parah dan harus dilakukan operasi. Kami akan menangani jika Anda sudah melakukan administrator, sesuai prosedur rumah sakit,” kata dokter menjelaskan.

Shanika mengangguk. “Baik, Dok. Akan saya usahakan agar adik saya ditangani secepatnya.”

Dokter pun berpamitan usai melakukan pemeriksaan. Shanika menatap Bu Listia dan Carissa, Sergio kembali ke kantor karena ada rapat penting dengan klin.

“Ma, Kak … aku butuh uang buat biaya operasi Nala.”

“Kami sedang berduka, Shanika! Kenapa kamu malah menambah beban pikiran? Pikirkan itu sendiri, karena Nala adikmu, kamu yang harus menanggung semua pengobatannya. Dikira biaya pengobatan murah, hah?” sentak Bu Listia.

Related chapters

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 8. Saran Gila Zora

    Bab 8Mendapat bentakan dan penolakan dari ibu tirinya, Shanika makin ketakutan. Nala sedang dalam bahaya dan dia butuh pertolongan. Kalau bukan bantuan dari Bu Listia dan Carissa, Shanika harus pada siapa lagi untuk dimintai tolong?Keluarga satu-satunya yang ia miliki hanyalah ayahnya, jika tidak ada bantuan dari Bu Listia. Bagaimana nasib Nala yang tengah berjuang melawan rasa sakitnya?Perasaan Shanika hancur berkeping-keping, hidupnya dalam sekejap berubah berantakan karena kehilangan sosok ayah. Sosok yang menjadi pilar hidup Shanika, kini menghilang, tak ditemukan jasadnya.“Mama, Kakak, aku mohon bantu aku buat biayain pengobatan Nala. Nala dalam bahaya,” isak Shanika seraya mengatupkan kedua tangannya di depan dada, memohon supaya mereka mau membantu.Bu Listia mendengus, Carissa juga menatapnya sinis. Di situasi seperti sekarang ini, tidak adakah rasa empati mereka? Terlepas dari mereka tak memiliki ikatan darah, setidaknya memiliki rasa kemanusiaan.Sikap Bu Listia dan Cari

    Last Updated : 2024-10-17
  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 9. Pelanggan Tak Terduga

    Bab 9Zora mengangguk pelan, wajahnya tersirat sebuah beban pikiran lantaran memberikan solusi seperti ini pada Shanika. Zora sadar ini salah, sangat salah.“Iya, karena tidak ada jalan lain untuk mendapatkan uang dengan jumlah besar. Ini satu-satunya jalan yang bisa lo tempuh supaya dapet uang yang lo butuhkan.”Mendengar saran dari Zora, Shanika tersentak kaget. Ia sampai menggeleng-gelengkan kepalanya, saran dari Zora ini tidak masuk akal. Sebutuh-butuhnya Shanika, dia enggan menggadaikan harga dirinya demi uang.Ia dengan tegas menolak. Dia tidak mau mengambil langkah ini, cara yang dapat merugikan diri sendiri nantinya.Selain ini, pasti banyak cara, bukan hanya menjual diri saja. Bergabung ke dunia malam sama saja ia terjun ke dalam jurang, akan terjebak di kedalaman. Apalagi ini harus menyerahkan tubuh, Shanika tentu tidak sudi.“Nggak, Ra, gue gak sudi kalau jual diri. Lo pasti punya banyak cara selain ini, 'kan? Kalau ini gue nggak mau,” tolak Shanika secara gamblang.Bagi si

    Last Updated : 2024-10-18
  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 10. Pertemuan Mengejutkan

    Bab 10 Pria yang dipanggil kakak oleh Shanika pun berbalik, gelas yang tadinya ia pegang jatuh dan berserakan di lantai. Bagaimana tidak, jika pelanggan yang Tante Nora maksud itu ialah Sergio, kakak iparnya sendiri. Sangat mengejutkan! Mulut Shanika menganga, matanya melotot seketika, masih belum percaya kalau Sergio memesan wanita untuk penghangat ranjangnya. Sama halnya dengan Shanika, Sergio juga kaget. Sepersekian detik dia hanya mampu menatap Shanika dengan raut penuh keterkejutan. “Shanika? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Sergio. Rahangnya mengetat, ular di lehernya terlihat mencuat, menandakan dia sedang menahan amarah bertemu dengan adik iparnya di sini. Sergio memang memesan wanita untuk memuaskannya, tetapi … kenapa harus Shanika? Netra hitam legam Sergio terus memindai Shanika yang masih shock. Ia memperhatikan penampilan Shanika dari atas sampai bawah. Gaunnya gerutu ketat dan terbuka, untuk apa Shanika datang ke ruangannya? “Ak-aku … aku butuh uan

    Last Updated : 2024-10-19
  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 11. Hilangnya Keperawanan

    Bab 11Carissa menegakkan duduknya, ia yang tadinya bermanja mendadak tidak mood jika membahas perihal anak. Setiap kali bertemu dengan keluarga Sergio, mereka sering mendapati pertanyaan soal anak.Dari awal menikah, Carissa sudah bilang pada Sergio ingin menunda kehamilan dan fokus pada pekerjaan. Sergio tidak keberatan, ia justru mengiyakan dan mendukung cita-cita istrinya.Akan tetapi, semakin lama, Carissa semakin sibuk menggapai mimpinya. Sergio juga tak bisa membiarkan Carissa sebebas itu, mengingat mereka ini pasangan suami istri.“Mas, aku udah bilang dari awal menikah kalau aku mau menunda kehamilan dulu. Lagian usia kita masih muda, aku juga pengen fokus jadi aktris sampai bisa jadi pemeran utama. Ini yang bikin aku males ketemu keluarga kamu, selalu membahas anak,” ujar Carissa menyedekapkan dua tangannya di depan dada.Harusnya Sergio yang marah, malah justru sebaliknya. Keinginan orang tua dan suaminya sama, mereka ingin Carissa mempunyai seorang anak.Sergio ini anak tu

    Last Updated : 2024-10-21
  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 12. Hampir Ketahuan

    Bab 12Tanpa adanya pemanasan, tanpa adanya aba-aba, Sergio melakukan penyatuan yang membuat inti Shanika terobek paksa. Mendengar jeritan Shanika, Sergio terhenti seketika.Ia menunduk, menatap Shanika yang menangis karena diruda paksa. Namun, Sergio sudah dikuasai oleh hawa nafsu, dia sampai tak bisa mengendalikan diri.Sudah dari lama dia menahan, sekarang dia sudah mencapai hal yang dia inginkan. Percintaan di atas ranjang. Tubuh Sergio condong ke depan, ia membungkam mulut Shanika dengan bibirnya.“Shanika ….” Sergio melepas sejenak tautan bibir mereka, dia menggeram sambil menyebutkan nama Shanika di sela-sela percintaannya.Sergio terlihat menikmati, tanpa peduli kesakitan yang dirasakan Shanika saat kini. Rasa sakit mulai terasa hampir di sekujur tubuh Shanika, yang paling sakit adalah bagian intinya.Setelah mencari posisi, Sergio mulai menyentuh setiap bagian tubuh wanita yang berada di bawah kungkungannya. Ia kehilangan akal, telah mengambil kesucian Shanika di kamarnya.Sh

    Last Updated : 2024-10-22
  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 13. Kepergok

    Bab 13 Perkataan Shanika sama sekali tidak meluluhkan hati Sergio. Sekali berhati batu, tetap seperti itu. Lihatlah respons Sergio, lelaki itu hanya menghela napas sambil menyugar rambutnya dengan begitu santai, seolah tidak ada beban berat seperti yang Shanika rasakan. Tubuh mereka semakin dekat, tanpa jarak. Shanika semakin ke tembok, detik berikutnya ia hanya bisa memejamkan mata sembari memukul dada bidang Sergio yang melumat bibirnya dengan paksa. Shanika seperti wanita hina, hanya bisa pasrah saja ketika ada pria yang macam-macam padanya. Andai saja kontrak itu dibatalkan, andai saja waktu bisa diulang, Shanika tidak akan mengambil jalan ini. Berurusan dengan Sergio sama saja masuk ke dalam perangkap, membuat dirinya terjerat tanpa bisa melakukan apa-apa. Jempol Sergio mengelus pinggang ramping Shanika, tangan satunya menahan tengkuk wanita di hadapannya agar ciuman mereka semakin dalam. “Argh!” Sergio menjerit ketika bibir bawahnya digigit. Sedari tadi Shanika memberontak

    Last Updated : 2024-10-23
  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 14. Bantuan Bersyarat

    Bab 14Sergio jadi salah tingkah karena kepergok memperhatikan Shanika. Di pantulan spion, Shanika melayangkan tatapan sinis, wanita itu tidak tahu kenapa Sergio memperhatikannya. Jangankan Shanika, Sergio saja tidak tahu kenapa ia terhanyut memperhatikan. Ia kembali melajukan mobil, tidak lagi melihat ke arah belakang.Shanika juga sibuk dengan Nevan, sampai akhirnya mobil milik Sergio berhenti di depan gerbang sekolah.“Nevan, belajar yang benar, ya. Nanti Kakak jemput kalau udah benerin motor, kalau Kakak belum jemput, kamu tunggu di pos satpam,” kata Shanika ikut ke luar, mengantar Nevan sampai ke gerbang masuk.Nevan pun memeluk kakaknya dan melambaikan tangan, bocah kecil itu berlari menyusul teman-temannya.“Shanika, saya turut berduka cita dengan meninggalnya Pak Grahardi, ya,” ucap Bu Nafa, wali kelas Nevan.Shanika mengulas senyum tipis, meski di dalam hati merasa hancur berkeping-keping. Dia sedang menunggu kabar dari kepolisian yang masih mencari keberadaan ayahnya. “Ter

    Last Updated : 2024-10-24
  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 15. Terpaksa Melakukannya

    Bab 15Kemunculan Sergio di belakangnya membuat Shanika dengan cepat menoleh, apalagi Sergio menimbrung obrolannya dengan dokter. Shanika tahu, di balik sikap Sergio yang penolong ini ada maksud tersembunyi. Apalagi jika bukan soal urusan ranjang.Ia yakin, kesempatan ini Sergio gunakan agar Shanika lebih bergantung padanya dan memberikan banyak celah untuk kakak iparnya. Jika begini caranya Shanika sulit terlepas dari kontrak ini.“Baik, Pak, silakan ke ruang administrasi,” kata dokter sembari pamit pada keduanya, diikuti suster di belakangnya.Setelah dokter dan suster pergi, Shanika menatap tajam pada Sergio. “Aku nggak butuh bantuan Kakak, aku bisa membiayai pengobatan Nala dengan hasil keringatku sendiri. Aku tahu Kakak menolongku bukan semata-mata karena tulus, tetapi Kakak sedang mencari kesempatan dalam kesempatan,” cacar Shanika mengomeli Sergio karena suasana sepi, ruangan ini memang jarang dilalui orang-orang terkecuali tenaga medis."Keringatmu sendiri? Bahkan, aku yang b

    Last Updated : 2024-10-25

Latest chapter

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 70. Orang Istimewa

    Bab 70 “Apakah semua yang kulakukan padamu selama ini tak cukup membuktikan bagaimana perasaanku padamu?” tanya Sergio berbalik tanya pada Shanika yang tak bisa lagi berkata-kata. Dua insan tersebut masih bertatapan, dengan jarak begitu dekat. Shanika terharu, setelah semua penderitaan datang silih berganti, telah terganti oleh kebahagiaan yang harus ia syukuri. Kejadian masa lalu, kesalahan Sergio di masa itu memang masih melekat dalam benak Shanika. Jika dipikir lebih dalam, Sergio orang yang selalu ada membantunya. Tak seharusnya Shanika menumpahkan semua yang terjadi pada Sergio, karena dirinya juga bersalah. “Bisakah kita perbaiki kesalahan kita untuk lebih baik ke depannya, Mas? Aku tahu cara kita bersatu memang salah, tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana kita tidak terikat dengan kontrak itu. Mungkin aku dan kamu tidak akan bisa bersama seperti ini,” ujar Shanika, ingin

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 71. Ending

    Bab 71 “Nala di rumah sakit, Pa, Nala koma,” balas Shanika menahan rasa sedihnya karena Nala belum juga sadar sampai sekarang. Di saat ayahnya kembali dan ditemukan, rasanya teras kurang jika Nala tidak ada. Kurang lengkap. Pak Grahardi mengusap wajah gusar sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dengan perasaan terpukul. Saat kecelakaan itu terjadi, Pak Grahardi memang sedang bersama Nala. Saat itu, Pak Grahardi akan mengantar Nala sekolah, tetapi rem mobilnya mendadak blong. “Antar Papa menemui Nala, Nak, Papa ingin tahu keadaannya,” pinta Pak Grahardi, meski terlihat tegar di luar, di dalam dia begitu sedih karena apa yang terjadi pada keluarganya disebabkan oleh Bu Listia yang salah paham selama ini. “Aku akan mengobati Shanika dulu di kamar, Pa,” kata Sergio melihat ada beberapa luka di tubuh istrinya. Dahi Pak Grahardi mengkerut, tatapannya mengintim

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 69. Ditangkap Polisi

    Bab 69 Para polisi datang, langsung menghampiri Carissa dan Bu Listia yang hendak melarikan diri. Kedua kaki mereka ditembak, sehingga mereka tak bisa kabur ke mana-mana sambil menahan rasa sakit di kakinya. “Argh, lepaskan aku! Aku tidak akan mengampuni kalian! Ingat aku baik-baik, aku akan membalas dendam nanti!” teriak Bu Listia diangkat paksa oleh polisi. “Tunggu, Pak. Saya ingin bicara sesuatu,” kata Pak Grahardi sebelum Bu Listia dibawa pergi, dia harus mengatakan kebenaran agar Bu Listia tidak salah paham dan menaruh kebencian pada mendiang istrinya yang sudah dilenyapkan dengan kejamnya. “Aku dan Nancy sudah berhubungan sejak kami SMA, kami menjalin hubungan diam-diam tanpa sepengetahuan kau. Bahkan, aku dan Nancy sudah menikah saat lulus kuliah. Kami menikah dan tinggal di tempat asing, kami hidup bahagia, tapi semenjak ada kau. Nancy menderita karena aku duakan, bahkan dengan tak tahu dirinya k

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 68. Dalang Kejahatan

    Bab 68 Penutup wajah itu dilempar dengan asal, menampakan wajah si pelaku dengan jelas. Melihat itu, Shanika hampir terjerembab saat orang itu adalah Carissa. “Kak Carisssa?” pekik Shanika kaget sekaget-kagetnya. Carissa menyunggingkan senyum dengan tatapan tak bersahabatnya. “Kenapa, lo kaget?” Wanita di belakangnya pun ikut membuka, lagi-lagi Shanika dibuat tercengang karena orang yang mengincar dan menculik Nevan adalah ibu serta kakak tirinya. “Mama? Kakak? Kenapa kalian menculik Nevan dan mengincarku?” tanya Shanika pada keduanya yang berdiri sembari bersedekap dada. Pertanyaan itu dianggap angin lalu, Bu Listia langsung melayangkan tamparan serta mendorong Shanika sampai tergeletak di tanah. Plak! “Dasar anak haram, seharusnya dari awal aku menyingkirkanmu jika kehadiranmu hanya merusak kebahagiaanku dengan anakku,

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 67. Penculikan Nevan

    Bab 67 Cukup lama mereka mencari ke seluruh penjuru rumah sakit dengan bantuan penjaga. Nihil, hasilnya tidak ada, Nevan tidak ada di sini dan dibawa lari oleh orang tak dikenal. Shanika terduduk lemas di lantai sembari menutupi wajahnya karena sudah lalai menjaga Nevan. “Maafin Kakak, gak seharusnya Kaka lalai menjagamu, Nevan,” lirih Shanika terus menyalahkan diri sendiri karena ia lalai mengawasi adiknya. Jika terjadi sesuatu pada Nevan, Shanika tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Sergio berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Shanika yang terus menangis di pelukannya. “Tenang, kita akan cari Nevan sampai ketemu, Sayang.” “Kalau begitu ayo kita cari, Mas, kita ke kantor polisi supaya dibantu mencari Nevan,” ajak Shanika tak peduli seberapa lelah dirinya, yang Shanika pikirkan soal keselamatan adiknya. Meskipun Shanika baru pulih, dia harus bisa mencari Nevan

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 66. Fakta Masa Lalu

    Bab 66 Karena Pak Hans adalah orang terdekat ayahnya sekaligus juga mereka sudah bersahabat sejak kecil, Shanika berpikir kalau Pak Hans tahu sesuatu tentang kejadian di masa lalu. Mungkin dia bisa tahu soal Bu Listia yang sangat membencinya dan juga membenci sang ibu. Pak Hans menepuk pucuk kepala Shanika yang sudah ia anggap sebagai putrinya, dia merasa bersalah sudah patuh pada Bu Listia. Pak Hans enggan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. “Kamu yakin ingin tahu?” ujar Pak Hans, sebelum bercerita ia bertanya pada Shanika siap atau tidak mendengarkan ceritanya. Shanika mengangguk mantap, dia ingin tahu hal ini sejak dulu. Hanya saja Shanika tidak tahu harus menanyakan ini pada siapa, pada Mbok Cahyani, beliau tidak tahu. Selagi mereka bertemu, Shanika ingin bertanya. Ia yakin kalau Pak Hans tahu. “Aku yakin, Pak, aku siap mendengarnya. Apa pun itu,” ujar Shanika bersungguh-sung

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 65. Kejujuran Pak Hans

    Bab 65 Tidak tahu berapa lama mereka bercinta, sampai keduanya merasa puas hingga tertidur pulas. Sergio bangun dari tidurnya, dia menatap Shanika yang masih tidur dan memunggunginya. Sergio tersenyum tipis, mengingat momen indah semalam membuatnya enggan untuk pergi ke alam mimpi. Andai tak punya hati nurani, tak akan ia biarkan Shanika istirahat dan terus bercinta hingga pagi hari tiba. “Udah bangun, Kak?” tanya Shanika sudah bangun lebih awal, hanya saja ia masih kantuk dan juga badannya pegal. “Baru aja, morning, Baby,” bisik Sergio melingkarkan tangan kekarnya di perut rata Shanika yang tak memakai apa-apa. “Hari ini aku mau ke rumah sakit, mau jenguk Nala sama Nevan. Mumpung Nevan libur sekolah,” ujar Shanika sambil mengusap punggung tangan Sergio yang melingkar di perutnya. Ia menghela napas panjang saat Sergio melayangkan kecupan bertubi-tubi. “Aku antar.”

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 64. Kegiatan Panas

    Bab 64 “Ya ampun, Den Gio dan Non Shanika kenapa?” pekik Mbok Cahyani ketika membuka pintu, melihat dua majikannya sudah kotor oleh telur di sekujur tubuh. Shanika dan Sergio tidak menjawab, melewati Mbok Cahyani begitu saja lantaran Shanika diam membisu sejak jadi. Sergio menuntun Shanika, menggenggam tangannya naik ke tangga untuk membersihkan diri kamar mandi mereka. Sergio juga tak banyak bicara, membiarkan Shanika sibuk dengan pikirannya. Sergio mendorong pintu kamar mandi dengan kaki, melepaskan baju yang melekat di tubuhnya karena bau anyir begitu menyeruak masuk ke indra penciumannya. “Mandi dulu, aku akan mengobati pipimu. Pipimu memar,” kata Sergio lembut, menarik Shanika ke dalam kamar mandi tanpa menutup pintu. Toh, tidak ada yang berani masuk tanpa izin dahulu. “Mandi bareng?” tanya Shanika akhirnya buka suara setelah bungkam sekian lama, Sergio mengangguk.

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 63. Pengadilan

    Bab 63 Shanika langsung menarik selimut, menutupi Sergio yang tengah dikeloni olehnya. Nevan menatap dengan bingung, membuat Shanika jadi malu. Nevan berjalan mendekat ke arah kakaknya, bocah kecil itu naik ke atas ranjang dan memeluknya. “Kok Kakak tidurnya sama Kak Gio terus, sih? Apalagi disusui, kayak tuyul. Ih, udah gede dikeloni,” ejek Nevan menatap Sergio di balik selimut tebal. Shanika menyemburkan tawa ketika Nevan begitu polosnya mengatakan demikian. Nevan memeluknya dari samping, membuat Shanika seperti punya dua bayi. Yang satu kecil, yang satu besar. “Karena Kak Gio suami Kakak, jadi tidurnya berdua. Kamu kenapa nggak tidur? Udah malam loh,” ujar Shanika membalas pelukan adiknya. “Evan kangen Nala, Kak, kapan Nala sadar? Kok Nala tidurnya lama ….” Nada sedih Nevan barusan, hati Shanika tercenung. Hatinya teriris jika Nevan sudah me

DMCA.com Protection Status