Hai semua, maaf ya tulisan aku masih berantakan banget, aku masih pemula soalnya, masih belajar untuk menulis lebih baik lagi. Beruntung buku ini no eks. jadi aku nggak terlalu terbebani, trimaksih sudah mampir 🙏🙏🙏
"Untuk semua warga, tetap tabah dan sabar menghadapi cobaan ini, yakin lah Tuhan akan menggantikan setiap kesakitan yang kalian rasakan dengan beribu-ribu kebaikan dan untuk para relawan, baik dari medis maupun non medis, tetap semangat," Fahmi memberi motifasi sebelum mulai bernyanyi. Sontak para warga dan relawan memberikan tepuk tangan untuk Dokter tampan itu.Kanaya yang tadi tengah memperhatikan Rey pun ikut memberikan tepuk tangan kepada Fahmi.Fahmi mulai membuka suara, pandangannya terus tertuju kepada Kanaya yang sedang memainkan ponselnya."Satu buah lagu milik Budi Doremi dengan judul Melukis Senja, semoga kamu suka dengan lagu ini," ucap Fahmi lagi, dan meminta Anggota militer memetikan gitar untuknya."Ya ampun Nay, diperhatiin Dokter ganteng tuh," seloroh Vera yang duduk disebelahnya.Kanaya sendiri sedang bertukar pesan dengan Rey, suaminya itu mengintruksi agar Kanaya tidak memandangi Fahmi, apa lagi sampai menganggumi pri
"Satu buah persembahan lagu dari saya, Afgan – Jodoh Pasti Bertemu," ujar Kanaya saat selsai membawakan lagu itu, Lagu itu begitu mewakili perasaannya saat ini.Tepuk tangan dan sorak sorai bukan hanya dari para kaum adam, tapi juga dari para wanita yang juga ada disana. Bahkan Fahmi sampai berdiri dan menyerukan nama Kanaya, sontak hal itu membuat banyak orang bersorak, meminta Kanaya dan Fahmi bernyanyi bersama."Wah ternyata Dokter Kanaya bukan hanya cantik ya, tapi suaranya juga begitu merdu," ujar salah satu anggota Militer disana. Membuat Rey menatap tidak suka kepada anggotanya itu.Rey yang berdiri dibelakang Kanaya begitu kesal dengan permintaan orang-orang yang meminta Kanaya dan Fahmi menyanyi bersama, lantas pria itu berjalan menghampiri Kanaya.Kanaya yang belum menyadari jika Rey berdiri tepat disisinya terlonjak kaget, saat tiba-tiba pria itu mengambil alih mic yang ada ditangannya."Trimakasih Dokter Kanaya, sudah berkenan menyumbangkan suaranya," seloroh Rey, membuat
"Astaga, Nina nggak mimpi kan Dok, itu kapten Rey beneran senyum kan ya!" Ujar Nina heboh."Kayaknya kita mimpi deh Nin," Vera ikut menatap Rey didepan sana..Mereka semua semakin riuh, saat Rey melakuakn intro, "Tes.."Kini pandangan semua orang tertuju kedepan."Ya ampun Nay, lihat deh, sepupu kamu keren banget, mana langsung metik gitar sendiri lagi," ujar Vera. Dan Kanaya membenarkan jika malam ini Rey terlihat berkali-kali lebih tampan. Namun Kanaya hanya diam saja, tidak menjawab ucapan Vera.Melihat senyum Rey saat ini, membuat Kanaya teringat akan kejadian tadi siang, membuatnya semakain tersipu malu, saat ini perasaan nya tengah berbunga-bunga, Bak tengah berada ditaman bunga dengan ribuan kupu-kupu cantik berterbangan."Selamat malam semuanya..! Lagu ini saya persempahkan untuk seorang wanita yang kini bertahta dihati saya," ujar Rey.Sontak suara tepuk tangan semakin meriah dan memenuhi tempat itu. Kanaya namp
"Eughh.."Rey semakin bersemangat saat lenguhan itu lolos juga dari mulut istrinya. Kini tangan Rey menelusup masuk kedalam kaos Kanaya, Rey penasaran dengan dua buah benda yang kemarin hampir bisa dirasakan, namun gagal karena kemarin Kanaya mendorongnya. Kini akhirnya Rey bisa mendapatkan benda kenyal itu, tangannya sedang bermain-main disana, meremat daging lembut yang terasa kenyal itu, dan setelah bisa mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan, Rey tidak bisa berkata-kata lagi. Ini benar-benar luar biasa, dan milik Kanaya begitu pas ditangannya.Hingga suara HT yang berada disaku Rey menyadarkan mereka.Kanaya segera turun dari tampat penampungan air itu, kini dia benar-benar malu, ini adalah hal gila yang pernah dia lakuakan selama hidupnya , sedangkan Rey jangan ditanya, wajah nya begitu gelap gulita bak mati lampu ditengah malam."Shitt.." umpat Rey, saat mendapati gangguan yang membuatnya benar-benar kesal.Kanaya tahu saat ini Rey benar-benar merasa frustasi, namun dia ti
"Munafik," ujar Vera, gadis itu tepat berbicara didepan wajah Kanaya.Kanaya terdiam, gadis itu tersentak kaget dengan ucapan rekannya. "Maksudnya?" tanya Kanaya, gadis itu belum memahami maksud ucapan Vera.Vera berjalan mengitari tubuh Kanaya. Sebenarnya dia sangat ingin melampiaskan rasa kesalnya kepada Kanaya, namun sekuat tenaga Vera menahan, dia harus membalas perbuatan Kanaya yang sudah membohongi dirinya. Siapa yang tidak kecewa, jika dibohongi seperti ini, andai Kanaya mengatakan yang sejujurnya, dan tidak pura-pura bodoh seperti ini, sudah tentu Vera akan mengerti.Kini Vera yakin, jika suara yang Ia dengar beberapa hari lalu didalam toilet, itu pastilah suara Rey."Hahaha.. aku hanya bercanda Nay, ayo bersiap, sebentar lagi Pak Erwin akan segera tiba," ucap Vera kemudian, gadis itu berlalu keluar dari dalam tenda.Kanaya terdiam, dia merasa sindiran yang Vera lontarkan tadi bukan lah candaan, namun Kanaya membuang prasangka buruknya, mungkin yang dikatakan Vera memang lah be
"Uhuk... Uhuk.. "Kanaya terbatuk mendengar ucapan Vera. Dengan cepat Rey menepuk bahu istrinya."Kamu nggak apa-apa Nay?" tanya Rey hawatir.Kanaya menggeleng, entah apa maksud ucapan Vera, Kanaya menyadari jika sikap rekannya itu sedikit berbeda. Mungkin hanya prasangkanya saja, atau memang benar jika gadis itu tengah mencoba memojokan dirinya."Kamu baik-baik aja kan Nay?" tanya Fahmi, pria itu memegangi bahu Kanaya, membuat Rey menatap sengit kepadanya.Sedangkan Vera hanya menatap datar ke tiga orang itu, entah apa yang gadis itu fikirkan, hanya dia lah dan tuhan yang tahu.Kanaya mengangguk, seraya menyingkirkan tangan Fahmi dan Rey, merasa tak enak karena menjadi pusat perhatian rekan lainnya. "Aku nggak apa-apa kok, aku kesana dulu ya," pamit Kanaya, diikuti Nina dari belakang. Sepeninggalnya Kanaya, hanya tertinggal Fahmi, Rey dan Vera. Mereka saling tatap dalam diam, sibuk dengan tanda tanya dihati masing-masing. Rey berlalu begitu saja, tujuannya kesana memanglah hanya u
"Kapten Rey, Dokter Kanaya!" ucap mereka yang nampak terkejut dan tidak percaya, terutama Fahmi, pria itu sampai mengerjapkan mata berkali-kali.Bagimana tidak, Kanaya tengah memeluk Rey, bak anak koala memeluk induknya, sedangkan Rey sendiri hanya bertelanjang dada, seraya mendekap erat pinggul Kanaya. Meski mereka pernah mendengar kabar yang beredar jika Kanaya dan Rey bersaudara, namun sepertinya hal seperti ini sama sekali tidak pantas. Didalam kamar mandi, petang dan tidak ada siapapun, pasti semua orang akan berfikir mereka melakukan adegan tidak senonoh.Hanya Rian lah yang mengetahui hubungan mereka, dan pria itu sedang mengawal para Donatur serata kepala Daerah yang tengah kembli ke Kota. Mungkin jika Rian ada disana, dia bisa mencegah hal seperti ini terjadi. Tentu hal seperti ini sangat memalukan.Kanaya nampak bingung, tadi gadis itu terkejut bercampur takut karena melihat sesuatu yang merayap pada dinding kamar mandi, sontak Kanaya menjerit, dan tidak menyadari jika suamin
"Dokter Kanaya dan Kapten Rey sudah menikah," jelas Rian, membuat semua orang yang ada disana menatap tak percaya kepadanya. Apalagi Rey dan Kanaya belum menjelaskan secara langsung.Rian yang merasa gemas karena Rey tidak juga mengatakan kebenaranya, ditambah Kanaya yang terus saja menatap Rey, seolah memohon agar tidak mengatakan kebenaran ini. Pada akhirnya Rian lah yang membuka suara, pria itu sudah tidak lagi bisa menahan diri untuk memberitahu semua orang.Rey dan Kanaya terkesip, lebih tidak menyangka jika Rian akan mengatakan hal itu, tentu saja ini sangat menguntungkan bagi Rey, namu tidak untuk Kanaya.Fahmi dan Vera termangu, merasa tidak percaya dengan apa yang Rian katakan, mana mungkin Kanaya dan Rey sudah menikah. "Ah, Kapten Rian kalau bercanda terlalu berlebihan," sahut Fahmi, tentu pria itu tidak percaya dengan apa yang Rian katakan. "Kapten Rey, bisa tolong dijelaskan? agar kami tidak saling duga dan berprasangka buruk terhadap Kapten Rey dan Dokter Kanaya, bagaim