Share

S2. 120 Akhirnya Bertemu Juga

Henry Davis masih tampak ragu sebelum ia keluar dari rumahnya. Berulang kali ia berjalan mondar-mandir di dalam rumah sebelum meninggalkan bangunan yang entah sampai kapan ia akan menempati bangunan ini.

“Aduh, apa aku benar-benar harus menghubunginya. Aku seperti menjilat ludahku sendiri jika melakukannya,” gumamnya sambil memegang kenop pintu keluar.

Satu-satunya pengusaha yang belum ia hubungi adalah Nicholas Lloyd. Jika bicara harta tentu saja Nicko memiliki harta yang tak ternilai. Investasi yang ditawarkan Tuan Davis tentu tidak berarti apa-apa bagi Nicko.

Namun rasa benci yang dimiliki oleh Henry Davis itu benar-benar mendalam sampai-sampai melupakan akan kehadirian dirinya.

“Huh, tapi uang itu benar-benar aku butuhkan. Huh tapi sudahlah tidak ada pilihan lain selain mempertaruhkan gengsi di hadapan anak muda itu,” pikir Henry.

***

Henry Davis berjalan dengan sedikit malas ke ruangan Nicko. Ia menghembuskan napas panjang agar terlihat lebih rileks. Di hadapan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status