Daisy pun ternganga begitu mendengar pertanyaan Yaseer Al Hameed. Wanita ini pun sadar tidak seharusnya ia membuat keributan di sini.“Aduh bagaimana ini, Yaseer jadi tahu kalau aku pernah berhubungan dengan si tengik ini,” pikir Daisy sambil mencari jalan keluar.Dia tidak mungkin merayu Al Hameed kali ini karena masih ada Nicko. Tadi dia mengajak Nicko dan bermaksud untuk membohongi menantunya lagi. Ia ingin mengatakan kalau Al Hameed memanggilnya sayang karena memang kebiasaannya terhadap lawan jenis tanpa ada maksud apa-apa.Namun pertengkarannya dengan Henry Davis merubah semuanya.“Huh dasar laki-laki tak berguna, bisanya memperkeruh suasana saja,” pikir Daisy sambil melirik sinis ke arah Tuan Davis.“Eh aku … ya aku hanya bertengkar kecil saja dengannya. Kita memang seringkali berselisih paham, tapi kau tak perlu khawatir ini hanya pertengkaran yang tidak penting,” Daisy berusaha untuk menenangkan Tuan Al Hameed.Namun pria bertubuh tambun itu pun menggeleng, “Pertengkaran yang
Beberapa jam lalu …Dua orang pria berjubah hitam meninggalkan meja resepsionis setelah mendapatkan kunci kamar. Mereka berdua menolak untuk diantar oleh petugas bellman dengan alasan mereka tidak membawa banyak barang.Di dalam kamar dua pria berjubah hitam itu mengganti pakaian mereka dengan busana casual. Salah satu berdandan sporty, dengan celana pendek dan kaos serta handuk yang digantung pada leher, tak lupa perangkat untuk mendengarkan musik. Pria yang satu lagi mengenakan kemeja dan kacamata serta membawa tablet dan sebuah buku notes.Kedua pria itu tidak berjalan bersamaan, ada jeda lima menit saat mereka keluar dan berjalan berjauhan. Namun keduanya memiliki tujuan yang sama.Di sisi lain seorang pria berperawakan tambun baru saja keluar dari kamar. Pria itu mengenakan setelan jas rapi yang tidak dikancingkan dan menuju elevator. Di saat yang bersamaan pria berjubah hitam yang tengah mengenakan busana rapi ikut memasuki elevator yang sama dan tampak sibuk dengan tabletnya.S
Setelah menyelesaikan urusannya, Nicko pun segera pulang ke rumah untuk mengabari kejatuhan ibu mertuanya. Hari masih sore, tapi untuk hari ini Nicko sudah berjanji pada Jo untuk tidak pulang terlambat. Sudah lama ia tidak menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya sekedar untuk menikmati minum the di sore hari.“Sayang, kau sudah pulang?” tanya Josephine yang tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat melihat suaminya sudah pulang ke rumah.Perempuan berambut pirang itu pun langsung memeluk suaminya dengan erat, sedikit bermanja untuk mengekspresikan kebahagiaannya.“Yah aku hanya ada satu pertemuan dengan Tuan Al Hameed dan Henry Davis, yah kau tahu kan siapa lagi yang ikut dengan pertemuan ini?” tanya Nicko.“Jadi kau sudah bertemu dengan Ibu? Bagaimana keadaannya? Apa Ibu sudah mengetahui letak kesalahannya?” tanya Jo yang tampak penasaran.Ia sangat mengutuk perbuatan ibunya, tidak seharusnya Daisy melakukan demikian, apalagi saat sang ayah sedang sakit dan membutuhkan perhati
Jo yang terdiam setelah mendengar ucapan Nicko akhirnya menggeleng. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan kalau seandainya sesuatu terjadi pada keluarga besarnya.Ia tahu nenek memiliki penyakit jantung dan tentunya tak bisa mendengar hal buruk, hal itu akan membuat tekanan darahnya naik dan membuat jantungnya bekerja terlalu keras hingga akhirnya pingsan. Lebih buruknya lagi hal ini bisa bereseiko pada kematian.Sedangkan ayahnya Jo pun sedang sakit, jika mendengar kabar buruk tentunya akan membuat kesehatannya semakin menurun. Hidup setiap hari mengandalkan kursi roda saja sudah membuat Edmund tertekan, bagaimana mungkin jika ia harus menghadapi kenyataan kalau Daisy adalah seorang perempuan peselingkuh.“Ayah sekarang sudah tenang bersama Cathy, apa mungkin aku harus membebani pikirannya lagi?” pikir Jo.Nicko pun membiarkan istrinya merenung dan memilih mandi untuk mendinginkan kepalanya.“Hah, kenapa dia malah pergi? Huh apa benar sudah tak peduli lagi?” tanya Jo dalam hati sete
Tampaknya Jo sudah tidak bisa lagi menahan pesona sang suami yang sedang tertidur di sampingnya. Kali ini perempuan berambut pirang ini ikut tertidur telentang dan berbaring di samping Nicko.Nicko hanya menoleh sejenak, tapi kembali pada tatapannya semula, menatap langit-langit rumah.“Kenapa dia belum mengerti juga?” tanya Jo dalam hati.Diam-diam mata aquanya mencuri pandang ke arah Nicko yang masih tidur telentang dengan bagian sensitifnya yang siluetnya terlihat begitu jelas. Kedua kaki Jo pun mulai saling bergesekan untuk menyembunyikan perasaan gejolak suami istri yang ada di dalam dadanya. Sementara Nicko hanya diam seakan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada istrinya.Cukup lama mereka berdua saling terdiam, mungkin lebih dari sepuluh menit. Sampai akhirnya Jo benar-benar tidak tahan dan meruntuhkan egonya.“Aku tidak bisa membiarkan ini terus menerus, tampaknya aku harus menunjukkan padanya kalau aku menginginkannya,” pikir Jo.Perempuan berambut pirang itu pun ak
Ian memandang heran ke arah kedua orang tuanya yang saat ini tampak berseri-seri. Sebenarnya ini bukan pemandangan aneh bagi anak kecil itu. Sejak dulu, Ian sudah sering melihat Jo dan juga Nicko yang selalu berdua, tapi entah kenapa kali ini ia melihat ada yang lain dari kedua orang tuanya.“Ayah dan Ibu terlihat senang sekali pagi ini?” tegur Ian begitu melihat kedua orang tuanya.Nicko pun tersenyum penuh kemenangan. Kali ini pria berambut cokelat itu mendekat ke arah putranya dan mengelus rambutnya, “Tentu ayah senang sekali karena nanti kita akan berlibur ke pulau zambrud, bukankah ini musim panas dan sangat cocok untuk kita sekeluarga menikmatinya?”“Kita akan berlibur ayah?” tanya Ian memastikan.“Tentu saja sayang, bukankah kau ingin sekali mengikuti perkemahan musim panas. Kebetulan ada perkemahan di pulau zambrud, menurutku itu akan bagus untukmu. Kau bisa mengikuti berbagai kegiatan di sana. Ibu dengar mantan atlit olimpiade akan menjadi pelatih sepak bola di sana,” kata Jo
Daisy masih duduk di ujung tempat tidurnya sambil mengacak rambutnya. Ia tak hentinya memaki dan meratapi nasibnya kali ini.Wanita berambut pirang ini pun mengingat masa lalunya saat kehidupan keluarganya masih dalam keadaan normal, kecuali kedatangan Nicko yang menjadi petaka baginya.Diantara ketiga menantunya, memang hanya Armando Blanc sajalah menantu yang paling sempurna di mata Daisy. Saat pernikahan Catherine yang pertama, Armando bisa memberikan mahar yang cukup tinggi untuk Cathy.“Ah andai saja Armando masih hidup, pasti aku tidak akan merasakan kesusahan ini,” gumam Daisy sambil mengingat apa saja yang dilewati bersama Armando saat itu.Armando dinilai royal dalam membelanjakan uangnya. Seringkali Daisy mendapatkan banyak hadiah dari Armando saat itu. Keluarganya benar-benar mapan di waktu itu.Sampai pada akhirnya Nicko datang dan merusak semuanya.“Kenapa menantu itu sama sekali tidak berbakti kepadaku. Gara-gara dia Armando harus mendekam di penjara dan hidupnya berakhi
Nicko kembali ke sebuah bangunan yang tampak suram, bangunan yang membawa ingatannya pada kejadian beberapa tahun lalu. Pemuda ini menghembuskan napas panjang sambil merangkul putra angkatnya dan mempererat gandengan tangannya pada sang istri. Sementara tiga orang pengawal pribadi tampak berdiri di belakangnya.“Huft!” Nicko menghembuskan napas panjang sekali lagi dan menoleh pada istri dan anaknya.Kali ini ada sesuatu yang mengganjal bagi Nicko. Kekuatan misterius yang memasuki tubuhnya memberikan tanda sesuatu yang terjadi di sini.Saat ia berdiri, dia melihat bangunan ini diliputi asap hitam, tentu saja asap itu hanya mampu dilihat oleh Nicko saja. Pemuda berambut cokelat ini pun menoleh ke arah timur, bangunan yang menjadi blok sel yang dulu sempat dihuni Nicko dan masih dihuni oleh Rodgie dan asap hitam itu pun semakin terlihat jelas di bangunan itu, tepatnya di lantai dua.“Rodgie, ada apa sebenarnya,” pikir Nicko mencoba untuk bertanya-tanya.“Sayang, ayo, apakah kita akan ber