Henry Davis masih tampak ragu sebelum ia keluar dari rumahnya. Berulang kali ia berjalan mondar-mandir di dalam rumah sebelum meninggalkan bangunan yang entah sampai kapan ia akan menempati bangunan ini.“Aduh, apa aku benar-benar harus menghubunginya. Aku seperti menjilat ludahku sendiri jika melakukannya,” gumamnya sambil memegang kenop pintu keluar.Satu-satunya pengusaha yang belum ia hubungi adalah Nicholas Lloyd. Jika bicara harta tentu saja Nicko memiliki harta yang tak ternilai. Investasi yang ditawarkan Tuan Davis tentu tidak berarti apa-apa bagi Nicko.Namun rasa benci yang dimiliki oleh Henry Davis itu benar-benar mendalam sampai-sampai melupakan akan kehadirian dirinya.“Huh, tapi uang itu benar-benar aku butuhkan. Huh tapi sudahlah tidak ada pilihan lain selain mempertaruhkan gengsi di hadapan anak muda itu,” pikir Henry. ***Henry Davis berjalan dengan sedikit malas ke ruangan Nicko. Ia menghembuskan napas panjang agar terlihat lebih rileks. Di hadapan
Henry Davis masih terpaku mendengar pernyataan Nicko barusan. Ia lalu menggelengkan kepala sambil mengacungkan telunjuk ke arah Nicko.“Harusnya aku sudah menduganya sejak awal. Tidak ada yang gratis di dunia ini, semua pasti ada imbalannya,” pikir Henry Davis.Melihat sikap Henry, Nicko hanya tersenyum sinis kembali. Kekuatan yang didapat dari batu bertuah itu membuatnya bisa mengetahui isi hati seseorang.“Anda benar-benar cerdas Tuan, memang tidak ada yang gratis di dunia ini,” balas Nicko yang membuat Henry Davis tercengang.“Tapi tenang saja apa yang kuminta ini tidak akan menyusahkanmu, bahkan akan banyak membantumu, tapi itu semua terserah padamu. Jika kau setuju maka kerja sama ini bisa dilakukan, tapi jika tidak maka tidak akan ada masalah bagiku,” balas Nicko kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya.“Huh kurang ajar sekali dia. Mentang-mentang aku datang membutuhkan bantuannya, maka ia menyuruhku semau dia. Hmm tapi ia bilang menguntungkanku, meman
“Sandra, apa kau sudah menyiapkan pertemuanku dengan Yaseer Al Hameed?” tanya Nicko pada asisten pribadinya.Sandra yang saat itu berdiri tak jauh dari Nicko pun mengangguk cepat.“Tentu Tuan Muda, saya juga sudah memastikan meja pilihan Anda sudah siap, begitu juga mobil untuk mengantar Anda. Tuan Al Hameed pun sudah mengabarkan kalau beliau akan datang memenuhi undangan Anda,” jawab Sandra.Nicko pun mengangguk, ia puas dengan kinerja Sandra yang menurutnya cekatan dan teliti. Asisten pilihan Kyle memang tidak salah.“Andai saja aku tidak mendengarkan Kyle dan memilih Barbara, belum tentu hasilnya akan seperti ini,” pikir Nicko.“Bagus Sandra, satu lagi bagaimana dengan acara amal?”“Saat ini sedang saya kerjakan Tuan Muda, mengenai venue dan daftar lembaga yang tengah membutuhkan bantuan sudah saya kirimkan datanya pada email Anda, jika Anda sudah menentukan , maka akan saya lanjutkan pengerjaannya.”Nicko menepuk dahinya, “Ah ya aku sepertinya belum memeriksa emailmu, tapi nanti a
“Ah Daisy, kau benar-benar mengerti akan diriku,” balas Al Hameed saat wanita paruh baya itu mendekap tubuhnya erat.Perlahan Yaseer Al Hameed pun melepaskan tangan Daisy yang masih memeluk perut tambunnya kemudian melirik arloji di pergelangan tangan. Ia meninggalkan beberapa lembar uang pada Daisy untuk wanita itu berjalan-jalan sembari menunggunya.“Aku sedang ada keperluan sebentar. Salah satu rekan bisnisku berniat untuk mengajakku bertemu, kau bisa jalan-jalan sendiri dulu supaya tidak bosan,” kata Yaseer Al Hameed.Tentu saja Daisy tidak keberatan untuk menunggu selama masih ditinggalkan uang untuk bersenang-senang.Yaseer Al Hameed cepat-cepat merapikan pakaiannya dan pergi ke lantai bawah menuju restoran Diamond. Ia tentu tidak ingin membuat Nicholas Lloyd menunggunya.“Ini kesempatan bagus bagiku bisa bertemu dengan pengusaha muda itu. Jangan sampai aku membuatnya kecewa,” gumam Tuan Al Hameed yang tampak tidak tenang saat menuruni elevator. Tanpa sadar ia berjinjit beberapa
Yaseer Al Hameed mengangguk pelan saat mendengar Nicko mengatakan akan ada orang lain yang ikut bersama mereka. Pria dengan perut buncit ini berpikir kalau dirinya adalah orang spesial yang mendapatkan kehormatan bertemu dengan Tuan Muda Lloyd, tapi ternyata ada orang lain yang mendapatkan berkah sama seperti dirinya.“Kurkira hanya aku, tapi ternyata masih ada yang lain lagi,” batin Tuan Al Hameed dengan kecewa.Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dan mencoba untuk menempatkan posisi sebagai tamu istimewa yang lain.“Ya, aku memang mengundang orang lain lagi di sini, anda tidak keberatan kan?” tanya Nicko sambil satu tangannya memegang sandaran kursi yang kosong.“Oh tentu tidak Tuan Muda. Saya tahu orang yang Anda undang pastilah juga orang yang spesial menurut Anda,” kata Yaseer Al Hameed.Nicko tersenyum singkat, tapi dalam hati ia mencibir mulut manis Tuan Al Hameed.“Jadi mulut manismu ini yang membuat Ibu mertuaku bisa jatuh ke pelukanmu.”Nicko meminta pelayan untuk menu
Nicko langsung melirik pria di seberangnya yang tampak kebingungan. Sejak Henry Davis memintanya untuk menunjukkan karya unggulannya, Al Hameed tak berhenti menoleh ke kanan dan kiri. Beberapa kali ia meraba kantongnya.“Apa ada masalah Tuan Davis?” tanya Nicko sambil mengangkat dagu ke arah Tuan Al Hameed.Pria dengan rambut yang lebat itu hanya menggeleng, tapi raut wajahnya tidak berkata demikian. Notebook itu tidak hanya memiliki sampul kulit buaya yang indah, tapi isinya yang sangat penting.Walau jaman sudah modern, dan serba digital, tapi ternyata Yaseer Al Hameed masih mengandalkan notebook untuk mencatat jadwal pribadinya. Menurutnya mencatat di ponsel sangat rawan untuk diretas, dan jika ponsel rusak, tidak ada sinyal atau kehabisan daya akan jadi sangat merepotkan.“Aku … aku,” kata Yaseer Al Hameed gugup kemudian tanpa sadar meletakkan sebuah notebook berwarna hitam di atas meja, dan berdekatan dengan Henry Davis.Henry yang melihat sampul notebook itu pun mengerutkan lehe
Yaseer Al Hameed menggeleng kepalanya cepat. Tentu ia takut sikapnya akan meyinggung perasaan Tuan Muda. Namun jika dibiarkan akan jadi hal buruk baginya.“Aargh aku harus bagaimana ini, apa aku harus menyuruh Daisy kemari? Ah tidak tapi bagaimana jika Tuan Muda tahu aku di sini bersamanya, bukankah Daisy adalah mertua Tuan Muda,” pikir Tuan al Hameed.Pria Timur Tengah itu mulai menegak secangkir teh dan akhirnya ia memutuskan untuk meminta Daisy datang membantunya.“Ah bukankah ini hal baik untuk kami. Siapa tahu kedekatanku dengan Daisy akan berdampak pada bisnisku bersama Tuan Muda. Bukankah dalam keluarga akan menjadi lebih mudah dalam menjalankan bisnis,” pikir Tuan Al Hameed.Pria berambut lebat ini pun tersenyum, “Oh tidak Tuan Muda, aku tidak akan pergi, aku hanya ingin minta ijin untuk menggunakan ponselku sebentar. Yah mungkin saja dugaan Anda berdua benar kalau saya mungkin tak sengaja meninggalkannya.”Baik Nicko maupun Tuan Davis pun mengangguk dan mempersilakan pria itu
Yaseer Al Hameed pun tersenyum saat melihat wanita yang baru datang. Setelah meminta diri, ia langsung berdiri dan menyambut kedatangan wanita yang masih berdiri mematung.“Kau menemukannya, Sayang?” tanya Tuan Al Hameed, dan panggilan itu terdengar jelas di telinga Nicko.Cih! Nicko membuang muka, ia muak saat melihat keintiman klien dan ibu mertuanya.“Benar-benar tidak tahu etika,” Nicko bergumam.Kali ini Henry Davis menoleh dan mencoba menyhentuh pundak Nicko. Raut wajahnya tampak sendu seakan menunjukkan empati pada lelaki muda yang mengundangnya.“Aku berterima kasih kau sudah mengingatkanku, Tuan Muda. Aku betul-betul prihatin dengan apa yang barusan kau lihat,” kata Henry Davis sambil menepuk pundak Nicko.Padahal sebenarnya ia sudah merencanakan untuk berhubungan dengan Daisy diam-diam. Namun kenyataan yang ia lihat hari ini merubah segalanya.“Untung saja aku belum mendekati wanita itu lagi, huh aku harus membuat dia membayar semua,” amuk Henry Davis dalam hati.Daisy sendi