"Tolong cek untuk keadaan Jordi. Aku tak akan bisa masuk ke ruangan Jordi nanti. Pasti Tante Norita tak akan mengizinkan aku untuk masuk dan mengecek keadaan Jordi," pinta Alice dengan penuh harap kepada Nino.
"Tenang, Al. Aku akan membantu sebisaku." Nino menepuk bahu Alice perlahan. "Thanks, Nino." "Ayo, kita pulang dulu." Alice menganggukkan kepalanya. Nino pun segera mengantarkan Alice ke rumahnya. Sementara itu, Jordi harus dioperasi besar. Kepalanya terluka sangat parah. "Tante, Norita!" panggil seorang wanita yang suaranya sangat Norita kenal. "Ya Tuhan, untung kamu datang, Anita." "Apa yang terjadi? Kenapa Jordi kecelakaan.""Tante tak tahu, Nita! Sungguh, Tante bingung." ujar Norita sangat panik.
CEKLEK!
Pintu ruangan operasi terbuka dan dokter yang mengurus Jordi adalah ternyata ayah dari Anita.
"Papa, bagaimana keadaan Jordi?" tanya Anita sangat khawatir.
"Pendarahan di kepa
"iya, Tante. saya akan bantu Tante." "Terima kasih ya, Nita. Tante sangat bersyukur karena ada kamu." "Sama-sama, Tante." Anita menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Tak lama kemudian, Jordi pun dimasukkan ke ruangan perawatan. Norita dan Anita pun bisa bernafas lega. ‘Semoga kamu hilang ingatan ya, Anakku. Kita mulai lembaran baru. Kita akan hidup dengan lebih baik dan Mama akan menjauhkan kamu dari Alice.’ ujar Norita dari dalam hatinya. Mungkin terdengar seperti doa yang jahat, tapi bagaimana lagi? Norita berpikir kalau ini adalah tanda dari Tuhan agar dia bisa memulai hidup baru dengan Jordi. * Alice kembali ke rumahnya dengan langkah yang gontai. Pikirannya berkecamuk dan sangat khawatir dengan keadaan Jordi. “Al, kenapa? Ada apa?” tanya Ranti yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu. “Jordi kecelakaan, Ma.” “Bagaimana keadaannya sekarang?” Ranti pun khawatir. Alice menggelengkan kepalanya. “Aku sama sekali tak tahu bagaimana keadaan Jordi,
"Dia calon istri kamu, Jor." tukas Norita dengan sangat yakin. Mata Anita langsung membelalak saja mendengar ucapan dari Norita. Hanya saja, ia tak berani bicara apapun."Calon istriku? Benarkah itu?" tanya Jordi seakan tak percaya.Terpaksa, Anita menganggukan kepalanya.Jordi tersenyum dan terlihat sedikit menyesal. "Maaf, aku benar-benar tak ingat dengan kamu.""Tak apa, Jor. Kamu dan Anita bisa memulai lembaran baru. Tak ada yang perlu disesalkan." tukas Norita.Wanita itu mengambil tangan Anita dan Jordi. Menumpuknya bersama."Kalian akan jadi pasangan yang sangat bahagia dan mama restui.""Terima kasih, Ma.""Ya sudah. Mama sudah mengurus kepindahan kita ke Singapura.""Kenapa harus pindah, Ma?" tanya Jordi yang masih bingung dengan keadaan saat ini."Uhm, ada dokter yang bisa membantu untuk memulihkan tubuhmu lebih cepat. Teknologi di sana lebih maju. Tentunya kamu berharap bisa sembuh dong.""Iya, Ma."Norita langsung memeluk tubuh Jordi. Ia sangat senang sekarang anaknya men
Alice pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Wajahnya sudah sembab."Ada apa, Nak? Apa yang terjadi?" tanya Ranti yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu."Jordi, Ma." tukas Alice sambil menangis tersedu-sedu. Ia langsung memeluk tubuh Ranti. Sungguh, Alice tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Wanita itu kalut dengan semua keadaan yang terjadi. "Jordi kenapa, Al?" Ranti semakin cemas saja. Alice adalah anak yang jarang menangis, maka dari itu Ranti sangat takut dengan apa yang terjadi dengan Alice saat ini."Jordi meninggal, Ma.""HAH! Astaga ..."Alice tak dapat menghentikan tangisnya. Ia terus menangis dan menangis di pelukan Ranti. Ia harus melepaskan semua kesedihannya dan hanya kepada Ranti, Alice bisa menangis."Tenang, Al. Tenang.""Semua salah Al, Ma.""Salah bagaimana? Apa salah kamu? Ayo duduk dulu."Ranti melepaskan pelukan Alice dan membawa anaknya menuju ke atas sofa. "Ceritakan apa yang terjadi, Al." tukas Ranti lembut.Alice menatap Ranti dengan rasa
Jordi dan Alice berada di dalam sebuah mobil SUV mewah, membelah kota Jakarta yang sudah lenggang di jam sembilan malam. Mereka baru saja pulang dari club malam untuk merayakan kelulusan mereka."Alice," panggil Jordi yang sudah mulai kegerahan. Tidak tahu apa yang sedang terjadi kepada dirinya."Kenapa, Jor?" Alice juga merasakan hal yang sama dengan Jordi. Kepanasan dengan tubuhnya sendiri."Bisa ke apartemen gue dulu gak?" Jordi mulai membuka satu kancing kemejanya. Rasanya sangat panas."Loe sakit? Gue juga nih. Agak panas badan gue. Gak enak gitu. Apa gue masuk angin ya?" Alice juga merasakan hal yang tidak enak di tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan kesalahan di tubuhnya itu. Sangat aneh dan Alice tidak pernah merasakannya."Ya sudah, kita ke apartemen dulu cari obat. Gue takut kecelakaan kalau anter ke rumah loe. Mana satu jam pula perjalanan. Apartemen gue cuma sedikit lagi sampai," tawar Jordi."Ok. Apa tadi jus jeruknya sudah basi ya? Loe tad
Alice terbangun saat matahari sudah bersinar terang benderang. Entah jam berapa sekarang ini, tapi rasanya tubuh Alice sangat sakit. Ia melihat ke sekeliling dan ternyata ia berada di apartemen milik Jordi. Alice sudah sangat hafal dengan interior kamar Jordi yang sering ia kunjungi.Betapa terkejutnya Alice melihat Jordi tidur di sampingnya. Jordi bertelanjang dada dan lebih terkejut lagi saat mendapati dirinya sendiri hanya berlapiskan selimut. Ia melihat ke arah dalam selimut dan Alice mendapati bahwa ia tidak mengenakan pakaian apapun."ARGH! WHAT HAPPENNED, JORDI?" jerit Alice histeris dan sekaligus membangunkan Jordi yang sudah mengeluarkan tenaga berlebihan tadi malam.Jordi yang masih mengumpulkan roh dan tenaganya segera terbangun karena teriakan Alice. Ia mendapati dirinya tanpa sehelai benangpun dan hanya di tutupi oleh oleh selimut tebal. Sementara Alice, hal yang sama terjadi pada Alice.Jordi segera berposisi duduk dan berpikir ulang dengan apa yang terjadi semalam."Maaf
Bunyi bel yang dipencet di unit apartemen Jordi seakan tidak mau sabaran.Alice yang panik segera keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap. Ia kemudian memberikan kode kepada Jordi untuk merapikan ranjang yang sudah kacau balau dan mengganti sprei dengan seprai yang baru, tanpa noda.Setelah menyelesaikan itu semua, Alice memberikan kode kepada Jordi agar segera membuka pintu, sementara Alice akan bersembunyi di dalam lemari milik Jordi.Jordi segera keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu masuk. Ia melihat ke door view dan mendapati Hana berada di balik pintu."Oh My God. Bad time!" umpat Jordi saat melihat wajah Hana yang sudah ditekuk.Awalnya Jordi ingin langsung membuka pintu, tapi ia melihat sepatu dan tas milik Alice berada di lantai tepat di dekat pintu masuk."Alahmak ..." Jordi segera membawa sepatu dan tas milik Alice ke dalam kamarnya, melemparkannya ke dalam lemari yang sedang di tempati oleh Alice."Aw ... pelan-pelang woi!" umpat Alice."Ada Hana," ucap Jord
Jordi panik karena mendengar barang jatuh. "Apa Alice jatuh? Pingsankah?" gumam Jordi di dalam hati. Ia menjadi sangat khawatir dengan Alice yang masih berada di dalam lemari. Ia bahkan tidak peduli dengan tuduhan Hana. Rasanya Jordi ingin segera mengusir Hana keluar dari apartemennya sekarang."Ini bukan urusan loe, jadi lebih baik loe keluar dari sini. Gue masih mau lanjutin bercinta sama cewek cantik yang ada di kamar gue. Jadi please ... loe jangan ganggu kesenangan gue!" Jordi menarik tangan Hana untuk keluar dari unit apartemennya walaupun Hana masih berusaha untuk tetap bertahan. Tenaga Hana kalah jauh dari Jordi sehingga terpaksa Hana keluar dari unit apartemen Jordi dengan perasaan yang kacau."JORDI!" teriak Hana yang masih memukul pintu unit apartemen Jordi.Jordi sudah tidak mau meladeni Hana lagi. Biarlah nanti Hana mengadu kepada orang tuanya ataupun orang tua Jordi. Jordi sama sekali tidak peduli, yang terpenting sekarang adalah bagaimana keadaan Alice.Jordi berlari ke
"Jalan hidup masih panjang, Jor. Lagian loe juga tidak mungkin menikah sama gue."Jordi bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan pelan mendekati Alice yang masih sibuk makan. Ia lalu menarik kursi yang ada di samping Alice dan mengarahkan tubuh Alice untuk menghadap ke arahnya."Maksud loe?""Loe itu gak ada perasaan sama sekali ke gue. Gak ada cinta, lalu kenapa harus memaksa menikah. Apalagi terpaksa karena gue hamil. Kasihan anak gue nanti," jelas Alice seakan tidak peduli dengan tatapan nanar dari mata Jordi."Kalau gue bilang gue cinta sama loe gimana?""Ngaco loe!" Alice dengan sigap menoyor dahi Jordi. "Masih terpengaruh obat ya loe?" ledek Alice yang tersenyum bingung."Serius." Jordi menatap manik Alice dengan sangat dalam."Sudahlah ... jangan karena kejadian semalam, loe bilang cinta sama gue. Gue tuh gak minta pertanggung jawaban sama sekali sama loe. Sudahlah, jangan terbebani!" tegas Alice yang ingin mengakhiri pembicaraan sia-sia ini."Bukan karena semalam juga