"Terima kasih, Tan." Jordi sangat bingung.
"Tan ... ini bukan artinya kalian mau meninggalkan saya bukan? Apa ini ada hubungannya dengan mama saya?" tanya Jordi yang sangat curiga dengan semua ucapan bahagia dari Alice dan Ranti."Tidak. Ini hanya tante dan Alice yang ingin kamu bahagia di dalam hidup. Hmm ... semoga kamu menemukan jodoh kamu yang terbaik dan bahagia selamanya."Jordi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia ingin mengatakan bahwa ia mencintai Alice dan hanya Alice yang bisa membuatnya bahagia. Tapi bagaimana juga ia harus mengatakannya kepada Ranti?"Tante ... please jangan pernah tinggalkan saya sendiri. Saya bisa gila kalau tidak ada tante dan Alice. Kalian adalah keluarga saya," mohon Jordi dengan air mata yang sudah mulai menetes.Ranti hanya bisa tersenyum penuh arti. Antara kasihan dan harus tega terhadap Jordi. Sungguh ... Ranti tidak tahu keputusannya ini baik atau tidak untuk seorang Jordi Soebrata."Tante … jika m"Saya mencintai Alice dengan seluruh hati saya. Jika Alice pergi, maka saya bisa mati sekarang di hadapan mama, jika itu yang mama mau!" teriak Jordi lebih histeris lagi. Terlihat sekali urat-urat di leher Jordi yang semakin menegang karena teriakan itu.Tidak bisa dipungkiri, Norita bisa melihat bahwa Jordi sangat mencintai Alice. Tapi masalahnya adalah, Norita tidak setuju dengan Alice. Ia membenci gadis yang sudah mengambil dunia Jordi dari dirinya. Gadis yang membuat semua pikiran dan perhatian Jordi tidak pada Norita lagi dan lebih kesalnya adalah, gadis itu sangat miskin."Jordi!" bentak Norita yang sangat tidak suka dengan semua ancaman dari anak semata wayangnya itu."Sekarang mama pilih, mau aku mati sekarang di hadapan mama, atau biarkan aku hidup tenang dengan Alice?"Norita terdiam, ia memalingkan wajahnya. Ia sama sekali tidak mau melihat wajah Jordi. Tidak terasa air mata Norita mulai menuruni mata ke pipinya.Sakit hati. Itulah yang dirasakan
Norita bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan mendekati anaknya itu dan memeluk erat sambil menangis sesegukkan.Jordi hanya terdiam menerima pelukan dari sang mama yang memang sampai saat ini tidak pernah ia rasakan. Terlalu dingin hubungan yang terjadi antara Norita dan Jordi. Hubungan mereka hanya sekedar kebutuhan uang. Tidak ada hubungan kasih sayang antara ibu dan anak."Maafkan mama, Jor." Norita menangis terus. Menyesali dengan apa yang telah ia lakukan selama ini terhadap anaknya sendiri. Terlalu tidak peduli karena merasa Jordi sudah cukup dewasa untuk menghadapi semua permasalahan hidup."Ma ... please jangan mencampuri percintaan Jordi lagi, maka Jordi akan memaafkan mama. Kita bisa menjadi keluarga yang hangat lagi.""Baiklah, terserah Jordi. Mama tidak memaksa Jordi lagi."Sudahlah, lebih baik Norita mengalah saja daripada ia kehilangan anaknya. Tapi tentunya ia akan mencari cara bagaimana membuat Alice menyingkir dari hidup Jordi."Ser
"Jordi kenapa, Nino?" Alice mulai tegang karena mendengar suara Nino yang bergetar sedikit ketakutan."Jordi kecelakaan. Sekarang lagi dibawa ambulans ke rumah sakit terdekat. Nanti saya akan menghubungi kamu saat sudah sampai ke rumah sakit itu."Seketika tubuh Alice lemas mendengar berita yang sangat mengejutkan itu."Iya ... iya, Nino. Thanks. Nanti saya akan ke rumah sakit."Alice segera menutup sambungan teleponnya dengan Nino. Ia sangat khawatir dan jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Apa yang terjadi dengan Jordi? Pantas saja dari tadi Jordi menelepon dirinya tapi Alice tidak sempat mengangkat telepon itu karena terlalu banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.Menyesal?Pastinya Alice menyesal. Andaikan waktu bisa diputar. Huft ... sayangnya semua itu hanya andaikan saja.Dengan langkah yang gontai, Alice mendatangi ruangan Nathan. Ia hendak meminta izin kepada sang bos untuk keluar dari kantor sebentar.Tok! Tok! Tok!Alice me
Alice sudah tiba terlebih dahulu di rumah sakit. Ia langsung mencari Nino yang katanya sudah menunggu di UGD. Para dokter akan menyiapkan operasi karena luka yang dialami Jordi cukup parah terutama di bagian kepala. Terjadi pendarahan yang cukup serius dan Jordi tidak sadarkan diri. Tidak lama kemudian, Norita juga sampai di rumah sakit itu. Ia melihat Alice dan langsung menampar gadis itu. "Apakah kamu senang melihat Jordi seperti ini, HAH?" bentak Norita yang sudah sangat marah. Ia tidak suka melihat wajah Alice dan ia benci karena Alice sudah mengambil Jordi darinya. Alice mengubah Jordi secara keseluruhan sehingga terus membangkang pada mama kandungnya sendiri. "Ma-maaf, Tante." Alice menundukkan kepala. Ia sama sekali tidak berani melihat Norita."Sudah aku katakan sebelumnya, jauhi dirimu dari Jordi! Jangan pernah berharap lebih dari Jordi! Alice terdiam mendengar semua bentakan dari Norita. Ia tak bisa membalas apapun"Sek
"Tolong cek untuk keadaan Jordi. Aku tak akan bisa masuk ke ruangan Jordi nanti. Pasti Tante Norita tak akan mengizinkan aku untuk masuk dan mengecek keadaan Jordi," pinta Alice dengan penuh harap kepada Nino. "Tenang, Al. Aku akan membantu sebisaku." Nino menepuk bahu Alice perlahan. "Thanks, Nino." "Ayo, kita pulang dulu." Alice menganggukkan kepalanya. Nino pun segera mengantarkan Alice ke rumahnya. Sementara itu, Jordi harus dioperasi besar. Kepalanya terluka sangat parah. "Tante, Norita!" panggil seorang wanita yang suaranya sangat Norita kenal. "Ya Tuhan, untung kamu datang, Anita." "Apa yang terjadi? Kenapa Jordi kecelakaan.""Tante tak tahu, Nita! Sungguh, Tante bingung." ujar Norita sangat panik. CEKLEK!Pintu ruangan operasi terbuka dan dokter yang mengurus Jordi adalah ternyata ayah dari Anita."Papa, bagaimana keadaan Jordi?" tanya Anita sangat khawatir."Pendarahan di kepalanya agak susah dihentikan, tapi beruntung sudah bisa terselesaikan semuanya." je
"iya, Tante. saya akan bantu Tante." "Terima kasih ya, Nita. Tante sangat bersyukur karena ada kamu." "Sama-sama, Tante." Anita menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Tak lama kemudian, Jordi pun dimasukkan ke ruangan perawatan. Norita dan Anita pun bisa bernafas lega. ‘Semoga kamu hilang ingatan ya, Anakku. Kita mulai lembaran baru. Kita akan hidup dengan lebih baik dan Mama akan menjauhkan kamu dari Alice.’ ujar Norita dari dalam hatinya. Mungkin terdengar seperti doa yang jahat, tapi bagaimana lagi? Norita berpikir kalau ini adalah tanda dari Tuhan agar dia bisa memulai hidup baru dengan Jordi. * Alice kembali ke rumahnya dengan langkah yang gontai. Pikirannya berkecamuk dan sangat khawatir dengan keadaan Jordi. “Al, kenapa? Ada apa?” tanya Ranti yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu. “Jordi kecelakaan, Ma.” “Bagaimana keadaannya sekarang?” Ranti pun khawatir. Alice menggelengkan kepalanya. “Aku sama sekali tak tahu bagaimana keadaan Jordi,
"Dia calon istri kamu, Jor." tukas Norita dengan sangat yakin. Mata Anita langsung membelalak saja mendengar ucapan dari Norita. Hanya saja, ia tak berani bicara apapun."Calon istriku? Benarkah itu?" tanya Jordi seakan tak percaya.Terpaksa, Anita menganggukan kepalanya.Jordi tersenyum dan terlihat sedikit menyesal. "Maaf, aku benar-benar tak ingat dengan kamu.""Tak apa, Jor. Kamu dan Anita bisa memulai lembaran baru. Tak ada yang perlu disesalkan." tukas Norita.Wanita itu mengambil tangan Anita dan Jordi. Menumpuknya bersama."Kalian akan jadi pasangan yang sangat bahagia dan mama restui.""Terima kasih, Ma.""Ya sudah. Mama sudah mengurus kepindahan kita ke Singapura.""Kenapa harus pindah, Ma?" tanya Jordi yang masih bingung dengan keadaan saat ini."Uhm, ada dokter yang bisa membantu untuk memulihkan tubuhmu lebih cepat. Teknologi di sana lebih maju. Tentunya kamu berharap bisa sembuh dong.""Iya, Ma."Norita langsung memeluk tubuh Jordi. Ia sangat senang sekarang anaknya menj
Alice pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Wajahnya sudah sembab."Ada apa, Nak? Apa yang terjadi?" tanya Ranti yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu."Jordi, Ma." tukas Alice sambil menangis tersedu-sedu. Ia langsung memeluk tubuh Ranti. Sungguh, Alice tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Wanita itu kalut dengan semua keadaan yang terjadi. "Jordi kenapa, Al?" Ranti semakin cemas saja. Alice adalah anak yang jarang menangis, maka dari itu Ranti sangat takut dengan apa yang terjadi dengan Alice saat ini."Jordi meninggal, Ma.""HAH! Astaga ..."Alice tak dapat menghentikan tangisnya. Ia terus menangis dan menangis di pelukan Ranti. Ia harus melepaskan semua kesedihannya dan hanya kepada Ranti, Alice bisa menangis."Tenang, Al. Tenang.""Semua salah Al, Ma.""Salah bagaimana? Apa salah kamu? Ayo duduk dulu."Ranti melepaskan pelukan Alice dan membawa anaknya menuju ke atas sofa. "Ceritakan apa yang terjadi, Al." tukas Ranti lembut.Alice menatap Ranti dengan rasa
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d