"Enggak ... itu para tetangga sudah mulai bisik-bisik dan tante agak risih," ucap Ranti berbohong dengan meyakinkan.
"Oh."Jordi mengerti. Memang ia belum menikah dengan Alice dan pastinya tetangga sekitar rumah Ranti akan bergunjing karena dirinya yang terlalu mencolok. Mobil sport di depan rumah Ranti pastinya akan membuat orang lain memperhatikan.Ranti masih menunggu jawaban dari Jordi, semoga saja Jordi secepatnya pergi dari rumahnya itu."Nanti malam saya gak tinggal di sini, Tan." Jordi tahu diri.Tidak enak merepotkan Ranti dan Alice terus. Semoga saja ia bisa secepatnya menikah dengan Alice agar bisa memboyong dua orang yang ia sayangi itu untuk pindah ke rumah baru. Rumah baru yang akan Jordi beli dalam waktu satu bulan lagi.
"Baiklah. Maaf ya, Jor. Tante bukannya mengusir kamu."Sebenarnya Ranti tidak enak hati karena harus membuat Jordi pergi dari rumahnya. Tapi mau bagaimana lagi. Ranti tidak ingin semuanya semakin memburuk dan Jordi"Terima kasih, Tan."Jordi sangat bingung."Tan ... ini bukan artinya kalian mau meninggalkan saya bukan? Apa ini ada hubungannya dengan mama saya?" tanya Jordi yang sangat curiga dengan semua ucapan bahagia dari Alice dan Ranti."Tidak. Ini hanya tante dan Alice yang ingin kamu bahagia di dalam hidup. Hmm ... semoga kamu menemukan jodoh kamu yang terbaik dan bahagia selamanya."Jordi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia ingin mengatakan bahwa ia mencintai Alice dan hanya Alice yang bisa membuatnya bahagia. Tapi bagaimana juga ia harus mengatakannya kepada Ranti?"Tante ... please jangan pernah tinggalkan saya sendiri. Saya bisa gila kalau tidak ada tante dan Alice. Kalian adalah keluarga saya," mohon Jordi dengan air mata yang sudah mulai menetes.Ranti hanya bisa tersenyum penuh arti. Antara kasihan dan harus tega terhadap Jordi. Sungguh ... Ranti tidak tahu keputusannya ini baik atau tidak untuk seorang Jordi Soebrata."Tante … jika m
"Saya mencintai Alice dengan seluruh hati saya. Jika Alice pergi, maka saya bisa mati sekarang di hadapan mama, jika itu yang mama mau!" teriak Jordi lebih histeris lagi. Terlihat sekali urat-urat di leher Jordi yang semakin menegang karena teriakan itu.Tidak bisa dipungkiri, Norita bisa melihat bahwa Jordi sangat mencintai Alice. Tapi masalahnya adalah, Norita tidak setuju dengan Alice. Ia membenci gadis yang sudah mengambil dunia Jordi dari dirinya. Gadis yang membuat semua pikiran dan perhatian Jordi tidak pada Norita lagi dan lebih kesalnya adalah, gadis itu sangat miskin."Jordi!" bentak Norita yang sangat tidak suka dengan semua ancaman dari anak semata wayangnya itu."Sekarang mama pilih, mau aku mati sekarang di hadapan mama, atau biarkan aku hidup tenang dengan Alice?"Norita terdiam, ia memalingkan wajahnya. Ia sama sekali tidak mau melihat wajah Jordi. Tidak terasa air mata Norita mulai menuruni mata ke pipinya.Sakit hati. Itulah yang dirasakan
Norita bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan mendekati anaknya itu dan memeluk erat sambil menangis sesegukkan.Jordi hanya terdiam menerima pelukan dari sang mama yang memang sampai saat ini tidak pernah ia rasakan. Terlalu dingin hubungan yang terjadi antara Norita dan Jordi. Hubungan mereka hanya sekedar kebutuhan uang. Tidak ada hubungan kasih sayang antara ibu dan anak."Maafkan mama, Jor." Norita menangis terus. Menyesali dengan apa yang telah ia lakukan selama ini terhadap anaknya sendiri. Terlalu tidak peduli karena merasa Jordi sudah cukup dewasa untuk menghadapi semua permasalahan hidup."Ma ... please jangan mencampuri percintaan Jordi lagi, maka Jordi akan memaafkan mama. Kita bisa menjadi keluarga yang hangat lagi.""Baiklah, terserah Jordi. Mama tidak memaksa Jordi lagi."Sudahlah, lebih baik Norita mengalah saja daripada ia kehilangan anaknya. Tapi tentunya ia akan mencari cara bagaimana membuat Alice menyingkir dari hidup Jordi."Ser
"Jordi kenapa, Nino?" Alice mulai tegang karena mendengar suara Nino yang bergetar sedikit ketakutan."Jordi kecelakaan. Sekarang lagi dibawa ambulans ke rumah sakit terdekat. Nanti saya akan menghubungi kamu saat sudah sampai ke rumah sakit itu."Seketika tubuh Alice lemas mendengar berita yang sangat mengejutkan itu."Iya ... iya, Nino. Thanks. Nanti saya akan ke rumah sakit."Alice segera menutup sambungan teleponnya dengan Nino. Ia sangat khawatir dan jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Apa yang terjadi dengan Jordi? Pantas saja dari tadi Jordi menelepon dirinya tapi Alice tidak sempat mengangkat telepon itu karena terlalu banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.Menyesal?Pastinya Alice menyesal. Andaikan waktu bisa diputar. Huft ... sayangnya semua itu hanya andaikan saja.Dengan langkah yang gontai, Alice mendatangi ruangan Nathan. Ia hendak meminta izin kepada sang bos untuk keluar dari kantor sebentar.Tok! Tok! Tok!Alice me
Alice sudah tiba terlebih dahulu di rumah sakit. Ia langsung mencari Nino yang katanya sudah menunggu di UGD. Para dokter akan menyiapkan operasi karena luka yang dialami Jordi cukup parah terutama di bagian kepala. Terjadi pendarahan yang cukup serius dan Jordi tidak sadarkan diri. Tidak lama kemudian, Norita juga sampai di rumah sakit itu. Ia melihat Alice dan langsung menampar gadis itu. "Apakah kamu senang melihat Jordi seperti ini, HAH?" bentak Norita yang sudah sangat marah. Ia tidak suka melihat wajah Alice dan ia benci karena Alice sudah mengambil Jordi darinya. Alice mengubah Jordi secara keseluruhan sehingga terus membangkang pada mama kandungnya sendiri. "Ma-maaf, Tante." Alice menundukkan kepala. Ia sama sekali tidak berani melihat Norita."Sudah aku katakan sebelumnya, jauhi dirimu dari Jordi! Jangan pernah berharap lebih dari Jordi! Alice terdiam mendengar semua bentakan dari Norita. Ia tak bisa membalas apapun"Sek
"Tolong cek untuk keadaan Jordi. Aku tak akan bisa masuk ke ruangan Jordi nanti. Pasti Tante Norita tak akan mengizinkan aku untuk masuk dan mengecek keadaan Jordi," pinta Alice dengan penuh harap kepada Nino. "Tenang, Al. Aku akan membantu sebisaku." Nino menepuk bahu Alice perlahan. "Thanks, Nino." "Ayo, kita pulang dulu." Alice menganggukkan kepalanya. Nino pun segera mengantarkan Alice ke rumahnya. Sementara itu, Jordi harus dioperasi besar. Kepalanya terluka sangat parah. "Tante, Norita!" panggil seorang wanita yang suaranya sangat Norita kenal. "Ya Tuhan, untung kamu datang, Anita." "Apa yang terjadi? Kenapa Jordi kecelakaan.""Tante tak tahu, Nita! Sungguh, Tante bingung." ujar Norita sangat panik.CEKLEK!Pintu ruangan operasi terbuka dan dokter yang mengurus Jordi adalah ternyata ayah dari Anita."Papa, bagaimana keadaan Jordi?" tanya Anita sangat khawatir."Pendarahan di kepa
"iya, Tante. saya akan bantu Tante." "Terima kasih ya, Nita. Tante sangat bersyukur karena ada kamu." "Sama-sama, Tante." Anita menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Tak lama kemudian, Jordi pun dimasukkan ke ruangan perawatan. Norita dan Anita pun bisa bernafas lega. ‘Semoga kamu hilang ingatan ya, Anakku. Kita mulai lembaran baru. Kita akan hidup dengan lebih baik dan Mama akan menjauhkan kamu dari Alice.’ ujar Norita dari dalam hatinya. Mungkin terdengar seperti doa yang jahat, tapi bagaimana lagi? Norita berpikir kalau ini adalah tanda dari Tuhan agar dia bisa memulai hidup baru dengan Jordi. * Alice kembali ke rumahnya dengan langkah yang gontai. Pikirannya berkecamuk dan sangat khawatir dengan keadaan Jordi. “Al, kenapa? Ada apa?” tanya Ranti yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu. “Jordi kecelakaan, Ma.” “Bagaimana keadaannya sekarang?” Ranti pun khawatir. Alice menggelengkan kepalanya. “Aku sama sekali tak tahu bagaimana keadaan Jordi,
"Dia calon istri kamu, Jor." tukas Norita dengan sangat yakin. Mata Anita langsung membelalak saja mendengar ucapan dari Norita. Hanya saja, ia tak berani bicara apapun."Calon istriku? Benarkah itu?" tanya Jordi seakan tak percaya.Terpaksa, Anita menganggukan kepalanya.Jordi tersenyum dan terlihat sedikit menyesal. "Maaf, aku benar-benar tak ingat dengan kamu.""Tak apa, Jor. Kamu dan Anita bisa memulai lembaran baru. Tak ada yang perlu disesalkan." tukas Norita.Wanita itu mengambil tangan Anita dan Jordi. Menumpuknya bersama."Kalian akan jadi pasangan yang sangat bahagia dan mama restui.""Terima kasih, Ma.""Ya sudah. Mama sudah mengurus kepindahan kita ke Singapura.""Kenapa harus pindah, Ma?" tanya Jordi yang masih bingung dengan keadaan saat ini."Uhm, ada dokter yang bisa membantu untuk memulihkan tubuhmu lebih cepat. Teknologi di sana lebih maju. Tentunya kamu berharap bisa sembuh dong.""Iya, Ma."Norita langsung memeluk tubuh Jordi. Ia sangat senang sekarang anaknya men