"Dia calon istri kamu, Jor." tukas Norita dengan sangat yakin. Mata Anita langsung membelalak saja mendengar ucapan dari Norita. Hanya saja, ia tak berani bicara apapun."Calon istriku? Benarkah itu?" tanya Jordi seakan tak percaya.Terpaksa, Anita menganggukan kepalanya.Jordi tersenyum dan terlihat sedikit menyesal. "Maaf, aku benar-benar tak ingat dengan kamu.""Tak apa, Jor. Kamu dan Anita bisa memulai lembaran baru. Tak ada yang perlu disesalkan." tukas Norita.Wanita itu mengambil tangan Anita dan Jordi. Menumpuknya bersama."Kalian akan jadi pasangan yang sangat bahagia dan mama restui.""Terima kasih, Ma.""Ya sudah. Mama sudah mengurus kepindahan kita ke Singapura.""Kenapa harus pindah, Ma?" tanya Jordi yang masih bingung dengan keadaan saat ini."Uhm, ada dokter yang bisa membantu untuk memulihkan tubuhmu lebih cepat. Teknologi di sana lebih maju. Tentunya kamu berharap bisa sembuh dong.""Iya, Ma."Norita langsung memeluk tubuh Jordi. Ia sangat senang sekarang anaknya menj
Alice pulang ke rumahnya dengan langkah gontai. Wajahnya sudah sembab."Ada apa, Nak? Apa yang terjadi?" tanya Ranti yang sangat khawatir dengan keadaan anaknya itu."Jordi, Ma." tukas Alice sambil menangis tersedu-sedu. Ia langsung memeluk tubuh Ranti. Sungguh, Alice tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Wanita itu kalut dengan semua keadaan yang terjadi. "Jordi kenapa, Al?" Ranti semakin cemas saja. Alice adalah anak yang jarang menangis, maka dari itu Ranti sangat takut dengan apa yang terjadi dengan Alice saat ini."Jordi meninggal, Ma.""HAH! Astaga ..."Alice tak dapat menghentikan tangisnya. Ia terus menangis dan menangis di pelukan Ranti. Ia harus melepaskan semua kesedihannya dan hanya kepada Ranti, Alice bisa menangis."Tenang, Al. Tenang.""Semua salah Al, Ma.""Salah bagaimana? Apa salah kamu? Ayo duduk dulu."Ranti melepaskan pelukan Alice dan membawa anaknya menuju ke atas sofa. "Ceritakan apa yang terjadi, Al." tukas Ranti lembut.Alice menatap Ranti dengan rasa
"Tidak apa sih, Pak. Aku hanya merasa peluang di Australia kalau bisa ya lebih bagus." tukas Alice berbohong. "Hmm ... apakah kamu sedang ingin menghindari sesuatu di Indonesia?" tanya Nathan yang seperti sedang menginterogasi Alice itu."Ya, sedikit.""Baiklah. Kamu boleh pergi ke Australia.""Kapan itu, Pak?" Alice jadi bersemangat atas persetujuan dari Nathan. "Sekitar dua minggu lagi. Kebetulan memang aku akan pergi ke sana.""Pak, apakah aku boleh membawa mamaku?""Kenapa?""Karena mama sendirian di Jakarta. Kasihan ... ""Begini saja. Mama kamu pakai visa untuk jalan-jalan dulu karena beliau tak bekerja di perusahaan aku. Nanti bolak-balik Indonesia saja kalau Visanya sudah habis. Jika kamu memang mau menentap di Australia, nanti kamu apply permanent residence saja di sana. Jadi, bisa bawa mama kamu sekalian.""Baiklah, Pak kalau begitu. Terima kasih, Pak.""Ah ya, nanti aku bantu apply untuk visa kamu dan mama kamu ya. Sudah ada paspor kah?""Belum, Pak.""Ya sudah, nanti lan
"Maaf, Ma. Tapi aku tak mau saat ini." tukas Jordi dengan tatapan yang sangat yakin kepada Norita."Kenapa? Apakah kamu tak mencintai Anita dan apakah kamu tak mau mengakhiri mimpi buruk ini?" "Aku ... aku masih hilang ingatan, Ma. Ok lah kalau mama bilang aku mencintai Anita. Tapi, sungguh ... bukan karena aku tak sayang kepada Anita makanya aku menolak pernikahan ini.""Lalu apa?" tanya Norita."Sudah aku katakan sebelumnya. Aku ini hilang ingatan." tegas Jordi."Anita saja tak keberatan koq.""Tapi aku keberatan, Ma!""Apa yang menjadi keberatan kamu sih?""Aku ini ... aku belum bekerja. Bagaimana aku bisa menghidupi Anita kalau dia menikah dengan aku?" tukas Jordi.Anita dan Norita rasanya bisa bernafas lega sekarang. Ternyata bukan karena Jordi mengingat wanita lain, melainkan alasannya hanya karena tak bekerja saja."Kamu sedang pemulihan operasi di kepala kamu dan juga kecelakaan yang terjadi. Kamu tak perlu berpikir untuk bekerja." ujar Anita menenangkan Jordi."Rasanya aku j
Anita jadi panik sendiri mendengar ucapan dari Jordi."Ka-kamu bilang apa?""Ada wanita lain. Aku merasakannya, Nita. Rasanya ...rasanya aku pernah sangat intim dengannya, sangat dekat."Tubuh Anita kaku saat mendengar ucapan dari Jordi."Siapa itu, Nita? Siapa?""Tak mungkin. Tak pernah ada, Jor.""Apakah kamu yakin?""Aku rasa kamu sedang mengalami tekanan berat saja.""Aku tak tahu. ARGH! Sakit!" teriak Jordi kesakitan sambil memegang kepalanya itu."Aku ambilkan obat dulu."Anita bergegas mengambil obat Jordi di kamar pria itu, lalu sekalian mengambil air minum."Ini, makan dulu obatnya."Jordi langsung mengambil obat dari tangan Anita dan meminum air sampai tandas. Kemudian, pria itu menyandarkan kepalanya di sofa empuk itu sambil memejamkan matanya."Kamu butuh istirahat, Sayang. Kamu terlalu lelah. Ayo, aku bantu kamu untuk ke kamar."Jordi menganggukkan kepalanya. Anita membantu jordi untuk berdiri dan berjalan menuju ke kamar pria itu."Maafkan aku, Nita." tukas Jordi dengan
"Cuma kenalan saja, Ma." kilah Jordi. "Kenalan koq kayak detektif saja sih.""Ya kan namanya juga mau kerja sama dengan perusahaan asing. Tentu aku harus tahu segalanya.""Ah, jadi orang suruhan kamu yang menyelidiki perusahaan Fleko itu?""Yes" Jordi mengangguk cepat. "Ya sudah. Mama dan papa pulang dulu. Ingat waktu, pulang jangan larut malam. Kalau bisa jemput Anita sekalian. Kita makan malam bersama.""Ya, Ma. Setelah pekerjaan aku selesai ya."Norita dan Alex pun pamit undur diri dari ruangan Jordi. Ting! Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Jordi. Mr X : Bos, wanita di masa lalu yang sangat dekat dengan anda bernama Alice. Aku sudah mengecek ke beberapa teman anda dulu di kampus. Jordi : Apakah dia kekasih aku?Mr. X : Menurut teman-teman anda, Alice itu sahabat baik saja. Jordi : Hanya sahabat? Mr. X : Ya. Aku kirimkan fotonya. Mungkin Alice yang paling tahu siapa kekasih anda yang selama ini berada di dalam mimpi anda, Bos. Jordi melihat foto yang dikirimkan oleh detekt
Jordi mencoba mendekatkan wajahnya kepada Anita. Ketika bibirnya hampir menyentuh bibir Anita ..."ARGH! Sakit!" teriak Jordi yang langsung menjauhkan wajahnya dari wajah Anita.Anita tak mau membuang waktu, sudah lima tahun terasa hubungan ini sangat dingin. Ia langsung menarik wajah Jordi dan menempelkan bibirnya ke bibir Jordi, bergerak liar di sana sementara Jordi tetap mengerang kesakitan lalu pria itu memaksa melepaskan tautan bibirnya dengan Anita."NITA! Aku tak suka dipaksa!" bentak Jordi yang mengelap bibirnya yang basah karena Anita."Jor ... selama ini kamu gak mencoba! Kamu selalu menghindar.""Tapi tiap dekat kamu ... aku sakit kepala. Aku melihat ada yang menangis dan membuat kepala aku sakit.""Siapa sih? HAH! SIAPA?" Anita malah balas membentak Jordi."Aku gak tahu! Kalau aku tahu, aku sudah cari orang itu! Kamu kan sadar kalau aku ini hilang ingatan!" Jordi kesal. "Sudah, kita pulang saja ke rumah. Mama dan papa sudah menunggu."Anita langsung menyilangkan kedua tang
"Nanti .. tante pikirkan lagi."Anita menghela nafas kasar. "Tolong bantu, Tante. Aku sudah tak sanggup lagi kalau seperti ini. Seperti sedang bersaing dengan bayangan semu selama lima tahun.""Iya. Kamu tenang saja. Tante akan pikirkan cara lain untuk hubungan kamu dan Jordi. Yang pasti, bagi Tante, yang akan menjadi menantu tante adalah kamu saja. Bukan Alice atau wanita lainnya.""Terima kasih, Tante."Setelah selesai bicara dengan Norita, Anita pun keluar dari kamar dan menarik tangan Jordi untuk bicara berdua di balkon kamar Jordi."Jor ...""Hum, kenapa?" "Kamu masih marah sama aku karena tadi aku paksa?""Gak sih. Aku sadar kalau aku juga salah. Aku gak mau usaha untuk kita berdua, malah selalu dibayangi oleh bayangan semu yang entahlah siapa itu.""Apa menurutmu ... kita bisa menikah?" lirih Anita yang putus asa. Jordi semakin bingung dengan apa yang harus ia katakan kepada Anita. "Ya. Tapi ..." Terdengar sedkit keraguan yang keluar dari mulut Jordi."Tapi apa, Jor? Apa?"
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d