"Nanti .. tante pikirkan lagi."Anita menghela nafas kasar. "Tolong bantu, Tante. Aku sudah tak sanggup lagi kalau seperti ini. Seperti sedang bersaing dengan bayangan semu selama lima tahun.""Iya. Kamu tenang saja. Tante akan pikirkan cara lain untuk hubungan kamu dan Jordi. Yang pasti, bagi Tante, yang akan menjadi menantu tante adalah kamu saja. Bukan Alice atau wanita lainnya.""Terima kasih, Tante."Setelah selesai bicara dengan Norita, Anita pun keluar dari kamar dan menarik tangan Jordi untuk bicara berdua di balkon kamar Jordi."Jor ...""Hum, kenapa?" "Kamu masih marah sama aku karena tadi aku paksa?""Gak sih. Aku sadar kalau aku juga salah. Aku gak mau usaha untuk kita berdua, malah selalu dibayangi oleh bayangan semu yang entahlah siapa itu.""Apa menurutmu ... kita bisa menikah?" lirih Anita yang putus asa. Jordi semakin bingung dengan apa yang harus ia katakan kepada Anita. "Ya. Tapi ..." Terdengar sedkit keraguan yang keluar dari mulut Jordi."Tapi apa, Jor? Apa?"
Jordi melambaikan tangannya kepada Alice."Al, apakah kamu kenal dengan dia?" tanya Valencia kepada Alice."I-iya.""Kenalkan semuanya, Ini bapak Jordi dari PT Miracle. Beliau adalah pemilik sekaligus CEO." Valencia mengenalkan kepada semua orang.Alice bertambah deg-degan lagi. "Ayo duduk dulu." Nathan menuntun tangan Alice karena ia merasa Alice benar-benar kaku sekarang.Jordi memperhatikan terus apa yang terjadi dengan Alice. Entah kenapa matanya tak bisa beralih dari Alice yang sangat kaget akan kedatangannya itu."Al, kamu bisa presentasi gak?" tanya Nathan.Terus terang, Alice blank. Ia bingung dengan apa yang ia hadapi sekarang. Bahkan Jordi mengatakan long time no see kepadanya. Sungguh, membingungkan."Pak, bisa bapak aja yang presentasi kah? Aku ... aku blank." pinta Alice."Ok. Aku gantikan kamu."Nathan pun mulai mempresentasikan apa yang dibuat Alice di power point di hadapan semua orang yang ada di ruangan rapat itu. Jordi pun mengangguk-angguk pelan tanda setuju deng
Alice menarik nafas dalam-dalam."Ok, makan siang.""Gitu dong."Jordi tersenyum kepada Alice karena ia bisa menang."Aku tinggal dulu. Ada kerjaan.""Sip, nanti siang aku tunggu di lobi."Alice mengangguk dan segera meninggalkan jordi sendiran di ruangan rapat itu.Saat melihat Alice sudah keluar dari ruangan rapat, Nathan segera mendekati Alice. "Alice, ke ruangan aku sebentar."Alice mengangguk dan mengikuti Nathan dari belakang."Ada apa, Pak?" tanya Alice saat sudah masuk ke dalam ruangan Nathan."Jordi? Orang dari masa lalu yang kamu tangisi itu? Yang kamu kira meninggal?""Sst ... jangan kencang-kencang, Pak!" pinta Alice."Ok, jadi dia itu daddy-nya Luke?"Alice mengangguk pelan."Terus, dia ke sini mau apa?""Dia itu ... kan dulu aku bilang sama bapak kalau Jordi kecelakaan dan meninggal.""Ok, terus kenapa jadi masih hidup?" Nathan heran sendiri."Nah, itu yang tadi membuat aku bingung setengah mati, Pak."Nathan menarik nafas dalam-dalam."Lalu, apa yang dikatakan olehnya
"Jangan ketawa! Aku jujur ..." tegas Jordi."Ok ... maaf.""Jadi sebenarnya, aku mencari kamu itu untuk bertanya tentang wanita di masa lalu aku.""Lebih baik tak perlu dipikirkan, Jordi. Semua yang sudah berlalu di masa lalu artinya gak penting.""Koq kamu bilang begitu.""Coba kamu pikirkan deh, kenapa kamu bisa hilang ingatan?""Ya karena aku kecelakaan dong.""Gak ... bukan yang itu. Mungkin Tuhan itu sudah mengatur agar kamu punya kehidupan baru. Nah, buktinya kan kamu punya kehidupan yang indah dengan Anita. Jadi, buat apa ingat akan masa lalu?" tanya Alice lembut.Jordi terdiam."Kalau pun ada wanita itu, yang kamu bilang adalah nightmare di setiap mimpi kamu. Kalau memang dia penting di hidup kamu, kenapa kamu bisa lupakan dia?""Justru aku tak bisa melupakan dia. Seperti ada yang bangkit dari ingatan aku dan rasanya aku harus mencari dia.""Hmm .... ""Aku sudah berusaha menghilangkan nightmare itu, tapi makin hari malah makin parah.""Parah gimana?""Bahkan saat aku hendak m
Setelah pulang kerja, Alice langsung pulang ke rumahnya. Ia sudah tak bisa berkonsentrasi lagi akibat Jordi yang datang tiba-tiba. Seperti bangkit dari kematian.CEKLEK!Wanita itu membuka pintu dan disambut oleh Luke."MOM! Akhirnya pulang juga." Luke memeluk Alice erat. "Anak mommy sudah mandi?" tanya Alice sambil mencium pipi chuby dari Luke."Sudah ... sama Oma." jawab Luke bersemangat."Good. Sudah makan belum?""Sudah, Mom.""Mom mandi dulu ya, setelah itu kita main bersama.""Ok, Mom.""Hai, Ma." panggil Alice kepada Ranti."Bagaimana meeting hari ini?"Alice menarik nafas dalam-dalam."Ada masalah?""Nanti aku ceritakan kepada mama ya setelah Luke tidur. Aku mandi dulu sekarang.""Baiklah."Alice pun bergegas memberisihkan dirinya, bahkan ia mencuci rambutnya di bawah shower untuk memberisihkan kepalanya dari Jordi. Begitu sulitnya melupakan Jordi dan sekarang saat Jordi sudah ada di hadapannya, ia harus menerima kenyataan kalau Jordi akan menikah dengan Anita.Takdir seolah
"Apa dia sudah punya anak ya?" Jordi sangat penasaran. Lima tahun ini benar-benar tak tahu kabar dari semua teman-temannya. Hidupnya hanya fokus antara pekerjaan dan juga Anita."Hmm ... kayaknya anaknya Alice itu laki-laki deh. Apa aku belikan kado saja ya?"Dia pun tak mau berpikir panjang lagi. Ia segera keluar dari kantor Fleko dan pergi ke pusat perbelanjaan. Ia masuk ke dalam toko mainan."Hmm ... umurnya berapa ya anak itu? Empat tahun atau tiga tahun ya?"Jordi penasaran sendiri."Ya sudah lah, aku belikan mobil dan pistol-pistolan air saja biar dia bisa bermain. Anggap saja hadiah dari om ya untuk kamu. Hehe ... " kekeh Jordi sendirian saat menatap mainan yang menurutnya bagus dan menarik untuk anak dari Alice yang seharusnya anak laki-laki itu."Apa bisa ya aku main sama anaknya Ailce? Mungkin akan seru. Uhm ... suaminya? Apa boleh ya? Tapi, masa seorang sahabat tak boleh mengajak main anak sahabatnya? Gak lah ... pasti boleh main sama suaminya Alice." Jordi meyakinkan diri.
Jordi langsung keluar dari mobilnya. Dengan tangan yang bergetar dan dia mencoba menenangkan diri, ia menekan tombol bel di depan pintu rumah Alice.Ting Tong!Jordi diam di depan pintu rumah Alice. Kakinya bagaikan jelly saja, lemas dengan fakta yang mungkin harus ia hadapi.CEKLEK!"Jo-jordi!" Alice membulatkan kedua matanya. Sungguh ia sangat bingung saat ini. Kenapa juga Jordi bisa tahu rumahna?"Alice ..." tukas Jordi lemah."Kenapa bisa ke sini?""Uhm ... boleh aku masuk?""Gak ... bicara di luar saja."Alice mendorong Jordi untuk menjauh dari pintu rumahnya dan Alice segera menutup pintunya itu."Kenapa? Apa aku gak boleh masuk ke dalam rumah kamu?" lirih Jordi."Jangan. Nanti suami aku kesal lihat kamu.""Suami? Mana sih suami kamu? Tolong kenalkan aku kepadanya.""Buat apa sih, Jor? Sudahlah ... kamu pulang saja.""Gak! Aku ke sini untuk mencari sesuatu.""Cari apa sih? Apa yang kamu cari itu gak ada di rumah aku!" tegas Alice yang sangat protektif."Kenapa? Apa yang kamu tah
"Jordi! Gak! Kamu gak berhak untuk mengambil Luke dari aku! Luke itu anak aku! Hanya aku!" tegas Alice. "Tapi itu juga ada benih aku hingga menghasilkan Luke! Kamu bukan amoeba yang membelah diri sendiri untuk berkembang biak! Jelas-jelas Luke itu anak aku!" balas Jordi tak terima. "Jordi ..." tukas Alice melemah. Alice sangat tahu sifat Jordi yang kemungkinan sampai saat ini pun tak berubah. Jordi tak bisa dikerasi, dia harus diberitahu dengan lembut. Jordi terdiam sebentar. Raut wajah Alice yang terlihat hampir menangis itu membuat dirinya tersadar telah membentak ibu dari anaknya. "Please ... jangan begitu. Aku mohon." pinta Alice dengan suara yang parau. "Ok. Tapi ceritakan apa yang terjadi! Kenapa kita bisa begini?" balas Jordi melembut. Ia tak lagi mengeluarkan suara kerasnya. Alice menarik nafas dalam-dalam. "Ya, Luke memang anak kamu. Kamu benar. Aku juga bukan Amoeba." Lirih Alice yang akhirnya harus mengatakan kejujuran kepada Jordi. Jordi bisa bern