Jordi mencoba mendekatkan wajahnya kepada Anita. Ketika bibirnya hampir menyentuh bibir Anita ..."ARGH! Sakit!" teriak Jordi yang langsung menjauhkan wajahnya dari wajah Anita.Anita tak mau membuang waktu, sudah lima tahun terasa hubungan ini sangat dingin. Ia langsung menarik wajah Jordi dan menempelkan bibirnya ke bibir Jordi, bergerak liar di sana sementara Jordi tetap mengerang kesakitan lalu pria itu memaksa melepaskan tautan bibirnya dengan Anita."NITA! Aku tak suka dipaksa!" bentak Jordi yang mengelap bibirnya yang basah karena Anita."Jor ... selama ini kamu gak mencoba! Kamu selalu menghindar.""Tapi tiap dekat kamu ... aku sakit kepala. Aku melihat ada yang menangis dan membuat kepala aku sakit.""Siapa sih? HAH! SIAPA?" Anita malah balas membentak Jordi."Aku gak tahu! Kalau aku tahu, aku sudah cari orang itu! Kamu kan sadar kalau aku ini hilang ingatan!" Jordi kesal. "Sudah, kita pulang saja ke rumah. Mama dan papa sudah menunggu."Anita langsung menyilangkan kedua tang
"Nanti .. tante pikirkan lagi."Anita menghela nafas kasar. "Tolong bantu, Tante. Aku sudah tak sanggup lagi kalau seperti ini. Seperti sedang bersaing dengan bayangan semu selama lima tahun.""Iya. Kamu tenang saja. Tante akan pikirkan cara lain untuk hubungan kamu dan Jordi. Yang pasti, bagi Tante, yang akan menjadi menantu tante adalah kamu saja. Bukan Alice atau wanita lainnya.""Terima kasih, Tante."Setelah selesai bicara dengan Norita, Anita pun keluar dari kamar dan menarik tangan Jordi untuk bicara berdua di balkon kamar Jordi."Jor ...""Hum, kenapa?" "Kamu masih marah sama aku karena tadi aku paksa?""Gak sih. Aku sadar kalau aku juga salah. Aku gak mau usaha untuk kita berdua, malah selalu dibayangi oleh bayangan semu yang entahlah siapa itu.""Apa menurutmu ... kita bisa menikah?" lirih Anita yang putus asa. Jordi semakin bingung dengan apa yang harus ia katakan kepada Anita. "Ya. Tapi ..." Terdengar sedkit keraguan yang keluar dari mulut Jordi."Tapi apa, Jor? Apa?"
Jordi melambaikan tangannya kepada Alice."Al, apakah kamu kenal dengan dia?" tanya Valencia kepada Alice."I-iya.""Kenalkan semuanya, Ini bapak Jordi dari PT Miracle. Beliau adalah pemilik sekaligus CEO." Valencia mengenalkan kepada semua orang.Alice bertambah deg-degan lagi. "Ayo duduk dulu." Nathan menuntun tangan Alice karena ia merasa Alice benar-benar kaku sekarang.Jordi memperhatikan terus apa yang terjadi dengan Alice. Entah kenapa matanya tak bisa beralih dari Alice yang sangat kaget akan kedatangannya itu."Al, kamu bisa presentasi gak?" tanya Nathan.Terus terang, Alice blank. Ia bingung dengan apa yang ia hadapi sekarang. Bahkan Jordi mengatakan long time no see kepadanya. Sungguh, membingungkan."Pak, bisa bapak aja yang presentasi kah? Aku ... aku blank." pinta Alice."Ok. Aku gantikan kamu."Nathan pun mulai mempresentasikan apa yang dibuat Alice di power point di hadapan semua orang yang ada di ruangan rapat itu. Jordi pun mengangguk-angguk pelan tanda setuju deng
Alice menarik nafas dalam-dalam."Ok, makan siang.""Gitu dong."Jordi tersenyum kepada Alice karena ia bisa menang."Aku tinggal dulu. Ada kerjaan.""Sip, nanti siang aku tunggu di lobi."Alice mengangguk dan segera meninggalkan jordi sendiran di ruangan rapat itu.Saat melihat Alice sudah keluar dari ruangan rapat, Nathan segera mendekati Alice. "Alice, ke ruangan aku sebentar."Alice mengangguk dan mengikuti Nathan dari belakang."Ada apa, Pak?" tanya Alice saat sudah masuk ke dalam ruangan Nathan."Jordi? Orang dari masa lalu yang kamu tangisi itu? Yang kamu kira meninggal?""Sst ... jangan kencang-kencang, Pak!" pinta Alice."Ok, jadi dia itu daddy-nya Luke?"Alice mengangguk pelan."Terus, dia ke sini mau apa?""Dia itu ... kan dulu aku bilang sama bapak kalau Jordi kecelakaan dan meninggal.""Ok, terus kenapa jadi masih hidup?" Nathan heran sendiri."Nah, itu yang tadi membuat aku bingung setengah mati, Pak."Nathan menarik nafas dalam-dalam."Lalu, apa yang dikatakan olehnya
"Jangan ketawa! Aku jujur ..." tegas Jordi."Ok ... maaf.""Jadi sebenarnya, aku mencari kamu itu untuk bertanya tentang wanita di masa lalu aku.""Lebih baik tak perlu dipikirkan, Jordi. Semua yang sudah berlalu di masa lalu artinya gak penting.""Koq kamu bilang begitu.""Coba kamu pikirkan deh, kenapa kamu bisa hilang ingatan?""Ya karena aku kecelakaan dong.""Gak ... bukan yang itu. Mungkin Tuhan itu sudah mengatur agar kamu punya kehidupan baru. Nah, buktinya kan kamu punya kehidupan yang indah dengan Anita. Jadi, buat apa ingat akan masa lalu?" tanya Alice lembut.Jordi terdiam."Kalau pun ada wanita itu, yang kamu bilang adalah nightmare di setiap mimpi kamu. Kalau memang dia penting di hidup kamu, kenapa kamu bisa lupakan dia?""Justru aku tak bisa melupakan dia. Seperti ada yang bangkit dari ingatan aku dan rasanya aku harus mencari dia.""Hmm .... ""Aku sudah berusaha menghilangkan nightmare itu, tapi makin hari malah makin parah.""Parah gimana?""Bahkan saat aku hendak m
Setelah pulang kerja, Alice langsung pulang ke rumahnya. Ia sudah tak bisa berkonsentrasi lagi akibat Jordi yang datang tiba-tiba. Seperti bangkit dari kematian.CEKLEK!Wanita itu membuka pintu dan disambut oleh Luke."MOM! Akhirnya pulang juga." Luke memeluk Alice erat. "Anak mommy sudah mandi?" tanya Alice sambil mencium pipi chuby dari Luke."Sudah ... sama Oma." jawab Luke bersemangat."Good. Sudah makan belum?""Sudah, Mom.""Mom mandi dulu ya, setelah itu kita main bersama.""Ok, Mom.""Hai, Ma." panggil Alice kepada Ranti."Bagaimana meeting hari ini?"Alice menarik nafas dalam-dalam."Ada masalah?""Nanti aku ceritakan kepada mama ya setelah Luke tidur. Aku mandi dulu sekarang.""Baiklah."Alice pun bergegas memberisihkan dirinya, bahkan ia mencuci rambutnya di bawah shower untuk memberisihkan kepalanya dari Jordi. Begitu sulitnya melupakan Jordi dan sekarang saat Jordi sudah ada di hadapannya, ia harus menerima kenyataan kalau Jordi akan menikah dengan Anita.Takdir seolah
"Apa dia sudah punya anak ya?" Jordi sangat penasaran. Lima tahun ini benar-benar tak tahu kabar dari semua teman-temannya. Hidupnya hanya fokus antara pekerjaan dan juga Anita."Hmm ... kayaknya anaknya Alice itu laki-laki deh. Apa aku belikan kado saja ya?"Dia pun tak mau berpikir panjang lagi. Ia segera keluar dari kantor Fleko dan pergi ke pusat perbelanjaan. Ia masuk ke dalam toko mainan."Hmm ... umurnya berapa ya anak itu? Empat tahun atau tiga tahun ya?"Jordi penasaran sendiri."Ya sudah lah, aku belikan mobil dan pistol-pistolan air saja biar dia bisa bermain. Anggap saja hadiah dari om ya untuk kamu. Hehe ... " kekeh Jordi sendirian saat menatap mainan yang menurutnya bagus dan menarik untuk anak dari Alice yang seharusnya anak laki-laki itu."Apa bisa ya aku main sama anaknya Ailce? Mungkin akan seru. Uhm ... suaminya? Apa boleh ya? Tapi, masa seorang sahabat tak boleh mengajak main anak sahabatnya? Gak lah ... pasti boleh main sama suaminya Alice." Jordi meyakinkan diri.
Jordi langsung keluar dari mobilnya. Dengan tangan yang bergetar dan dia mencoba menenangkan diri, ia menekan tombol bel di depan pintu rumah Alice.Ting Tong!Jordi diam di depan pintu rumah Alice. Kakinya bagaikan jelly saja, lemas dengan fakta yang mungkin harus ia hadapi.CEKLEK!"Jo-jordi!" Alice membulatkan kedua matanya. Sungguh ia sangat bingung saat ini. Kenapa juga Jordi bisa tahu rumahna?"Alice ..." tukas Jordi lemah."Kenapa bisa ke sini?""Uhm ... boleh aku masuk?""Gak ... bicara di luar saja."Alice mendorong Jordi untuk menjauh dari pintu rumahnya dan Alice segera menutup pintunya itu."Kenapa? Apa aku gak boleh masuk ke dalam rumah kamu?" lirih Jordi."Jangan. Nanti suami aku kesal lihat kamu.""Suami? Mana sih suami kamu? Tolong kenalkan aku kepadanya.""Buat apa sih, Jor? Sudahlah ... kamu pulang saja.""Gak! Aku ke sini untuk mencari sesuatu.""Cari apa sih? Apa yang kamu cari itu gak ada di rumah aku!" tegas Alice yang sangat protektif."Kenapa? Apa yang kamu tah
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d