Jordi langsung keluar dari mobilnya. Dengan tangan yang bergetar dan dia mencoba menenangkan diri, ia menekan tombol bel di depan pintu rumah Alice.Ting Tong!Jordi diam di depan pintu rumah Alice. Kakinya bagaikan jelly saja, lemas dengan fakta yang mungkin harus ia hadapi.CEKLEK!"Jo-jordi!" Alice membulatkan kedua matanya. Sungguh ia sangat bingung saat ini. Kenapa juga Jordi bisa tahu rumahna?"Alice ..." tukas Jordi lemah."Kenapa bisa ke sini?""Uhm ... boleh aku masuk?""Gak ... bicara di luar saja."Alice mendorong Jordi untuk menjauh dari pintu rumahnya dan Alice segera menutup pintunya itu."Kenapa? Apa aku gak boleh masuk ke dalam rumah kamu?" lirih Jordi."Jangan. Nanti suami aku kesal lihat kamu.""Suami? Mana sih suami kamu? Tolong kenalkan aku kepadanya.""Buat apa sih, Jor? Sudahlah ... kamu pulang saja.""Gak! Aku ke sini untuk mencari sesuatu.""Cari apa sih? Apa yang kamu cari itu gak ada di rumah aku!" tegas Alice yang sangat protektif."Kenapa? Apa yang kamu tah
"Jordi! Gak! Kamu gak berhak untuk mengambil Luke dari aku! Luke itu anak aku! Hanya aku!" tegas Alice. "Tapi itu juga ada benih aku hingga menghasilkan Luke! Kamu bukan amoeba yang membelah diri sendiri untuk berkembang biak! Jelas-jelas Luke itu anak aku!" balas Jordi tak terima. "Jordi ..." tukas Alice melemah. Alice sangat tahu sifat Jordi yang kemungkinan sampai saat ini pun tak berubah. Jordi tak bisa dikerasi, dia harus diberitahu dengan lembut. Jordi terdiam sebentar. Raut wajah Alice yang terlihat hampir menangis itu membuat dirinya tersadar telah membentak ibu dari anaknya. "Please ... jangan begitu. Aku mohon." pinta Alice dengan suara yang parau. "Ok. Tapi ceritakan apa yang terjadi! Kenapa kita bisa begini?" balas Jordi melembut. Ia tak lagi mengeluarkan suara kerasnya. Alice menarik nafas dalam-dalam. "Ya, Luke memang anak kamu. Kamu benar. Aku juga bukan Amoeba." Lirih Alice yang akhirnya harus mengatakan kejujuran kepada Jordi. Jordi bisa bern
"Gak ... aku gak mau." Tolak Alice. "Alasannya apa?" "Ya intinya gak mau aja. Buat apa nikah cuma krn ada anak begini? Kan bisa co parenting. Gak harus bersatu dalam satu rumah.""Aneh banget. Orang ada yang mau tanggung jawab, tapi ditolak."Tiba-tiba Alice terkekeh geli sendiri."Kenapa?""Dulu kamu pernah ngomong begitu.""Terus jawaban kamu sama?""Ya.""Parah sih kamu tuh." cebik Jordi. "Udah mendarah daging gitu. Susah ubah. Sudahlah ... aku mau masuk ke rumah dulu. Nanti Luke dan mama bingung karena aku terlalu lama di luar sama kamu." "Al ... tunggu sebentar." Jordi menarik tangan Alice sehingga wanita itu tak jadi keluar dari mobil Jordi. "Kenapa?" "Bisa aku melakukan sesuatu?" "Apaan?" "Aku mau mencoba mencium kamu." "Buset deh, buat apa?" protes Alice yang langsung menutup bibir dengan kedua tangannya. Menghalau kalau Jordi hendak mencium dirinya. "Jangan pikiran aneh-aneh dulu, Al. Aku mau memastikan sesuatu." "Apaan yang harus dipastikan? Kenapa harus cium seg
"Good morning!" sapa Jordi dengan senyuman yang sangat lebar, bahkan Luke berada dipangkuannya sambil mengucek mata dan satu tangan memeluk leher Jordi."Morning!" balas Alice dengan senyum juga.Rasanya suasana pagi ini begitu hangat karena Jordi bersama dengan Luke. Anaknya sebentar saja sudah menempel dengan Jordi, ada rasa sedikit khawatir kalau Jordi pergi dari Luke. Entah bagaimana Luke sakit hati nantinya."Morning, Tante.""Morning juga, Jordi." balas Ranti yang masih kaku dengan Jordi."Ayo makan dulu." ajak Alice. Hidangan khas Indonesia sudah ada di atas meja. Nasi, ayam goreng, tempe goreng, tahu goreng dan sayur lalapan. Tak lupa juga dengan sambel dadak."Wangi banget masakannya. Kangen deh masakan seperti ini," tukas Jordi."Cuci muka dulu, terus sikat gigi. Baru makan sama-sama." perintah Alice."Siap, MADAM! Yuks kita ke kamar mandi."Luke mengangguk pelan.Ayah dan anak itu segera ke kamar mandi. Tentu saja Jordi yang membantu Luke di sana.Ranti hanya bisa tersenyum
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita