Prolog

"DERREN!!"

Suara lantang itu memberhentikan langkah cowok berseragam coklat kotak-kotak dengan paduan celana berwarna krem tepat saat langkah kakinya baru saja memasuki gerbang sekolah.

RigelDerren Antariksa atau sering disebut Derren itu tersenyum saat mendapati gadis berambut panjang itu menghampirinya dengan nafas ngos-ngosan.

"Ihh ! Dari tadi gue panggilin," Gerutu Nadara yang masih tengah sibuk mengatur nafasnya.

Derren menarik kedua sudut bibirnya lalu mengelap dahi gadis itu sambil meniupnya beberapa kali.

"Sampe keringetan gini," Ucap Derren sambil mengacak-acak rambut Nadara.

"Ya elo, pake segala ngidupin mode budeg!"

Derren terkekeh lalu menarik pergelangan tangan Nadara, "Ayok masuk kelas."

"Lo gak bawa motor?" Tanya Nadara yang merasa heran karena melihat temannya itu berjalan kaki saat memasuki gerbang tadi.

"Mogok, gue titipin di warung bang jo."

"Biasalah yaa, motor antik?"

"Suombongg. Gitu-gitu itu motor kesayangan gue."

Nadara terkekeh. Nadara tau sesayang apa Derren pada motornya itu.

"Lo udah selesai tugas logaritma?"

Nadara mengerutkan keningnya, "tugas apa?"

"Minggu kemaren ada PR. Lo gak inget?"

Gadis itu terlihat berpikir sejenak lalu menepuk jidatnya, "Astaga buah naga, gue lupa."

Derren menggelengkan kepalanya, dia sangat tahu jika gadis itu memang pelupa.

"Lo udah?" Tanya Nadara.

"Ya jelas... Nggak ngerjain!"

Mereka berdua tertawa karena sama-sama tidak mengerjakan tugasnya.

"Gue kira Lo udah," Ujar Nadara masih dengan kekehannya.

"Ya enggak lah. Gue tau lo pasti gak ngerjain, jadi gue juga gak ngerjain."

"Sip! Nanti kita di hukum bareng, oke?"

Derren tersenyum sambil mengangkat kedua jempolnya.