Taman kota adalah salah satu tempat favorit untuk Nadara kunjungi di malam hari. Lampu taman yang berwarna-warni dan remang-remang, udara sejuk dan suasana yang cukup damai, serta penjual berbagai macam jajanan lokal diseluruh pinggiran taman membuat gadis itu rela pulang besok pagi.
Gadis itu menggeleng, hal itu dia tepis jauh-jauh, bisa di tebas kepalanya oleh kedua orang tuanya jika benar akan pulang besok pagi.
Lelah berkeliling taman, cewek itu duduk di salah satu ayunan sambil menikmati cilok bakar dan sosis goreng yang sempat dia beli terlebih dahulu tadi.
Suasana taman kota cukup sepi, mengingat hari ini hari rabu bukan hari sabtu, jadi hanya ada beberapa orang saja yang pergi ke taman itu.
Sesaat, Nadara merasakan jika ada yang mendorongkan ayunannya. Cewek itu menoleh dan terkejut melihat seorang cowok tampan berjaket navy tersenyum sangat manis sambil terus mendorongkan ayunannya.
"Lho, Derren? Ngapain tiba-tiba nongol?"
Derren berjalan ke depan Nadara dan membungkuk di hadapan cewek itu.
"Kenapa keluar sendirian malem-malem? Kenapa gak minta temenin gue?" Derren menyentil dahi Nadara.
Gadis itu mengelus dahinya dengan bibir yang mencebik kesal, "Biarin, suka-suka gue."
"Lo tau dari mana coba kalau gue disini?" Nadara menatap curiga cowok yang sedang membungkuk dihadapannya itu, senyum jahil tiba-tiba terbit di bibir mungil Nadara. "Jangan bilang lo ngefans sama gue terus stalking gue?"
Lagi-lagi Derren menyentil dahi Nadara, "Ngelantur!"
"Terus? Kenapa tau kalau gue disini? Tiba-tiba nongol lagi."
Cowok itu mengedikkan bahunya acuh, "Feeling."
"Sok feeling maneh teh, jujur aja kalau emang ngefans."
"Cerewet lo! Ayok pulang!" Derren menarik tangan Nadara untuk berjalan, dia merampas cilok bakar dari tangan cewek itu. Dengan cepat dia melahap cilok bakar yang sudah tinggal satu tusuk itu.
"IH! DERREN! Kok dimakan sih? tinggal satu juga." Nadara menghentak-hentakkan kakinya kesal, "Gak mau tau ganti! beliin sepuluh rebu!"
Derren langsung menoleh pada Nadara, "Enak aja, satu tusuknya aja seribu. Rugi banyak gue."
"Gak mau tau harus beliin sekarang juga!" Nadara melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan angkuh menghadap ke depan.
Derren terkekeh. Bagaimana bisa cewek itu terlihat sangat lucu jika sudah merajuk.
"Jangan ketawa ih! beliin," Rengek Nadara.
Derren tersenyum lalu mengenggam tangan Nadara dan menariknya agar berjalan kembali.
"Iya gue beliin, mau lo borong segerobaknya gue bayarin."
"Beneran?" Mata gadis itu langsung berbinar menatap Derren yang kembali terkekeh.
Derren menggangguk membuat cewek itu langsung kegirangan. Saat penjual cilok bakar sudah dekat, Nadara langsung berlari dengan semangat menuju penjual cilok bakar itu.
"Mang, cilok bakar tiga puluh tusuk yang pedes. Bungkus jadi tiga ya, Mang?"
Si Mamang penjual Cikar (Cilok Bakar) terkekeh melihat Nadara sangat antusias membeli cikarnya.
"Bukannya tadi udah beli, neng?"
"Kurang mang, Makanya beli lagi."
"Eneng sih, tadi belinya cuma 5 tusuk."
Nadara cengengesan, "Bokek, Mang."
"Lah, kalau bokek kenapa beli lagi? Mamang gak nyediain kas bon, neng."
"Di bayarin mang entar lagi."
"Wah, pantes langsung beli banyak. Di traktir toh?"
Nadara hanya cengengesan mendengar perkataan mang cilok, gadis itu celingak-celinguk mencari keberadaan Derren, dia mendapati cowok itu sedang membeli sosis bakar.
"Udah?" Tanya Derren saat sudah berada di samping Nadara dengan membawa sebungkus sosis bakar.
"Belum," Sahut Nadara, "Mang? Masih lama?"
"Sebentar lagi, neng."
"Beli berapa?" Tanya Derren.
"Tiga puluh tusuk."
"Kok nanggung?"
Nadara mebelalakkan matanya kaget, "Gue kira lo bakal marah gara-gara gue beli tiga puluh tusuk."
Derren menggeleng, "Kan udah gue bilang, mau lo borong segerobaknya tetap gue bayarin."
"Cih, suombong!"
Derren terkekeh lalu berdiri untuk membayar cilok bakar Nadara yang sudah selesai.
"Bakalan habis emang?" Tanyanya saat melihat cilok bakar yang Nadara pesan.
"Ngeraguin perut karet gue lo?"
Derren terkekeh. Mengingat bagaimana gadis itu selalu lahap makan, dia mengurungkan niat untuk tak percaya jika Nadara bisa menghabiskannya.
"Duduk sini dulu, makan dulu," ajak Derren lalu menarik Nadara duduk di salah satu bangku taman.
Nadara mengangguk lalu duduk dan mulai memakan Cilok bakarnya. Gadis itu melirik Derren yang sedang memakan sosis bakarnya.
"Bagi dong, Der."
Derren menoleh pada Nadara lalu menusuk sosis bakar yang sengaja ia minta agar di potong-potong ke penjualnya.
Derren menyodorkan sosis bakar itu pada mulut Nadara yang langsung diterima oleh cewek itu.
"Enak," Ucap Nadara tersenyum yang membuat senyum itu menular pada Derren.
Nadara menyodorkan satu tusuk cilok bakarnya pada Derren, "Makan!"
Derren mengangguk lalu menerima suapan dari Nadara.
"Nada?"
"Iya?"
Derren tersenyum kikuk, terlihat raut kegelisahan dari wajah tampannya. Haruskah dia mengungkapkan perasaannya saat ini?
"Kenapa, Der?"
Derren menggeleng sambil tersenyum, "Gak jadi."
Nadara, Aura dan Reisa sedang berada di kantin. Ulangan harian dadakan Matematika membuat mereka bertiga seakan kehilangan jiwa manusianya. Nadara yang sudah memesan tiga mangkok bakso, Aura yang memesan satu mangkok soto dan satu mangkok bakso, sedangkan Reisa memesan satu nasi pecel dan dua mie pangsit. Entah jin angka dari mana yang sudah merasuki jiwa mereka."Ghue lwapher bwanghet," Celoteh Aura yang mulutnya masih dipenuhi satu pentol besar."Kunyah dulu tuh pentol, baru ngomong." Nadara mendorong pelan dahi Aura.Aura hanya cengengesan saat ditegur oleh sahabatnya."Eh, eh, itu pacar barunya Derren?" Heboh Reisa menunjuk kesisi pojok kantin.Mendengar nama teman kelasnya disebut, Nadara dan Aura secara otomatis langsung menoleh kearah yang ditunjuk Reisa.Nadara menyipitkan matanya melihat dua orang yang sedang makan bersama dengan sesekali tertawa, mojok lagi!
Dasar, lidah tak bertulang!Lain di mulut lain di hati!"Nada? Lo kenapa?"Pertanyaan yang sama lagi-lagi di lontarkan oleh Derren. Cowok itu tidak mengerti kenapa sejak kemarin Nadara bersikap seakan mengacuhkannya."Nada?" Panggil Derren lembut sembari mengelus rambut Nadara yang tengah menidurkan kepalanya di atas meja.Derren tahu jika Nadara tidak tidur, walaupun cewek itu masih terus berusaha memejamkan matanya dan tak berkutik sedikitpun.Entah kenapa mata Nadara terasa panas saat Derren mengelus rambutnya sangat lembut. Gadis itu menepis tangan Derren yang terus saja mengelus puncak kepalanya dengan sayang."Jangan sentuh rambut gue!""Kenapa?""Itu buat gue sakit,"Derren m
Jangan jadi manusia kalau gak peka!"Derren! Kenapa lo lempar tas gue, hah?!" Teriak Aura kesal saat tas-nya di lempar sembarangan oleh Derren."Disamping Nadara itu udah gue cap jadi tempat duduk gue. Lo minggat aja sana," Usir Derren dan langsung menaruh tasnya di atas meja lalu duduk di samping Nadara."Ih, gak mau! Hari ini gue duduk disini!" Aura menarik paksa tangan Derren agar berdiri dan pindah tempat. "Minggir!""Ogah!""Minggir, Derren!"Derren menggeleng dan terus menahan dirinya agar tidak dapat ditarik oleh Aura.Nadara hanya menggeleng melihat kelakuan kedua temannya itu. Bukan hal yang jarang lagi jika mereka sering berebut tempat duduk. Nadara juga tidak mengerti kenapa kedua makhluk itu selalu ngotot duduk sebangku dengannya."Nada, ih! Atulah, bantuin." Aura memp
"DERREN!!"Suara lantang itu memberhentikan langkah cowok berseragam coklat kotak-kotak dengan paduan celana berwarna krem tepat saat langkah kakinya baru saja memasuki gerbang sekolah.RigelDerren Antariksa atau sering disebut Derren itu tersenyum saat mendapati gadis berambut panjang itu menghampirinya dengan nafas ngos-ngosan."Ihh ! Dari tadi gue panggilin," Gerutu Nadara yang masih tengah sibuk mengatur nafasnya.Derren menarik kedua sudut bibirnya lalu mengelap dahi gadis itu sambil meniupnya beberapa kali."Sampe keringetan gini," Ucap Derren sambil mengacak-acak rambut Nadara."Ya elo, pake segala ngidupin mode budeg!"Derren terkekeh lalu menarik pergelangan tangan Nadara, "Ayok masuk kelas.""Lo gak bawa motor?" Tanya Nadara yang merasa heran karena melihat temannya itu berjalan kaki saat memasuki gerbang ta
Friendzone? Asem manis kecut gitulah.Derren tengah memantulkan bola orange-nya dengan lincah, cowok itu sedang melakukan tanding persahabatan dengan sekolah tetangga. Sorak-sorai yang menyebut namanya menggelegar di lapangan basket itu, tak jarang juga cewek-cewek dari sekolah lawan malah menyoraki nama Derren dan Novan."I LOVE YOU DERREN. YEEE..." Suara lantang itu terdengar dari sisi tengah para penonton. Beberapa siswi mengucapkan kalimat itu dengan sangat kompak.Teriakan para cewek-cewek semakin menggelegar saat Derren berhasil melakukan three point dengan sangat sempurna.Senyum cowok itu mengambang saat kedua bola matanya menoleh pada Nadara yang mengangkat kedua jempolnya. Hal itu membuat pekikan dari beberapa cewek terdengar lebih nyari
Bahagia itu sederhana. Cukup disampingmu, tidak harus memilikimu.Gadis dengan rambut model curly yang saat ini di kuncir kuda berjalan dengan sangat semangat memasuki garbang sekolahnya. Sejak turun dari mobil yang tadi mengantarnya, gadis itu tak pernah melepas sedikitpun senyum manis nya."HEH! LUAR ANGKASA!"Teriakan itu membuat langkah Nadara berhenti, dia menoleh ke belakang dan mendapati Aura tengah berlari ke arahnya.Teman kelasnya memang sering memanggilnya dengan sebutan Luar Angkasa, itu disebabkan karena Pak Ilham--Guru Agamanya yang bercita-cita menjadi astronot itu suka memanggil Nadara dan Derren dengan sebutan 'Luar Angkasa', karena katanya nama mereka berdua adalah nama-nama planet dan berkaitan dengan luar angkasa.Emang sih!Jadilah semua penghuni kelas sering memanggil mereka berdua dengan sebutan 'Luar Angkasa'."Sia