Nadara, Aura dan Reisa sedang berada di kantin. Ulangan harian dadakan Matematika membuat mereka bertiga seakan kehilangan jiwa manusianya. Nadara yang sudah memesan tiga mangkok bakso, Aura yang memesan satu mangkok soto dan satu mangkok bakso, sedangkan Reisa memesan satu nasi pecel dan dua mie pangsit. Entah jin angka dari mana yang sudah merasuki jiwa mereka.
"Ghue lwapher bwanghet," Celoteh Aura yang mulutnya masih dipenuhi satu pentol besar.
"Kunyah dulu tuh pentol, baru ngomong." Nadara mendorong pelan dahi Aura.
Aura hanya cengengesan saat ditegur oleh sahabatnya.
"Eh, eh, itu pacar barunya Derren?" Heboh Reisa menunjuk kesisi pojok kantin.
Mendengar nama teman kelasnya disebut, Nadara dan Aura secara otomatis langsung menoleh kearah yang ditunjuk Reisa.
Nadara menyipitkan matanya melihat dua orang yang sedang makan bersama dengan sesekali tertawa, mojok lagi!
Shafira?
"Itu pacar barunya Derren? Masa sih?" Tanya Aura yang mulai penasaran.
"Gue akhir-akhir ini sering denger sih kalau Derren lagi deket sama adek kelas," Sahut Reisa.
"Iya sih, mungkin dia anaknya," Sambung Aura, "Eh, tunggu dah. Itu junior osis kan, Nad?"
Nadara menatap tajam kearah dua orang yang sedang makan bersama itu. Entah kenapa ada rasa sesak menghampiri Nadara.
Apa Nadara cemburu?
Nadara menatap Aura lalu mengangguk, "Iya, junior gue. Shafira namanya."
Aura dan Reisa hanya mengangguk, walaupun mereka menangkap raut wajah yang berbeda dari sahabatnya, mereka tidak mau terlalu memikirkan itu.
"Boleh gabung?"
Nadira, Aura, dan Reisa langsung menoleh pada asal suara yang sedikit berat dan tegas itu.
"Dhika?" Seru Nadara, "Sini-sini, duduk."
Nadara menggeser duduknya agar Dhika duduk disampingnya--di depan Aura.
Andhika tersenyum pada Reisa dan Aura yang langsung dibalas oleh keduanya. Walau mereka tidak terlalu mengenal Dhika, setidaknya mereka tahu kalau cowok itu adalah ketua osis mereka.
"Sendirian aja?" Tanya Nadara.
Andhika menggangguk, "Tadi niatnya cuma mau beli makan terus dimakan di kelas. Berhubung gue ngeliat kalian, ya gue gabung aja."
Sa ae modusnya!
"Berhubung ada kita apa emang niat ke Aura?"
Siapa yang tidak tau jika ketua osisnya itu menyukai sahabatnya? Pasalnya, Nadara adalah salah satu anggota osisnya juga dan ketua osisnya itu selalu menanyakan tentang Aura--Sahabat Nadara.
"Heh?" Aura langsung mendongak menghadap Nadara, "Kok gue?"
Nadara hanya cengengesan, sedangkan Dhika sudah mengumpati cewek di sampingnya itu di dalam hati.
"Ohh," Seru Reisa tiba-tiba seakan mengerti.
Kalau gini aja ngerti, giliran ke perasaannya seseorang aja gak peka-peka!
Nadara menatap kesal sahabatnya itu.
"Apa lo liatin gue segitunya? Gue cantik? Emang!" Ucap Reisa dengan percaya dirinya.
"Idihh... Najuis! Cantikan gue kemana-mana. Lo mah kepental jauh oleh pesona gue," Balas Nadara lebih percaya diri.
"Ya cantikan Aura kemana-mana."
Ketiga cewek itu langsung menoleh pada Dhika yang dengan santainya mengucapkan kalimat itu.
"Ngikut aja nih cowok!" Batin Nadara dan Reisa seakan mempunyai ikatan batin.
"Apa?" Tanya Dhika yang sadar jika dirinya tengah ditatap oleh ketiga cewek itu. Detik berikutnya dia merutuki dirinya yang sudah sadar dengan ucapannya.
Aura terus-terusan membalalakkan bola matanya, antara bingung dan salah tingkah. Apa? Kenapa tiba-tiba namanya disebut-sebut lagi.
"Wah... Wah... Wah... Keras bnaget!"
"Apanya yang keras?" Tanya Dhika bingung.
"Kodenya!" Seru Nadara dan Reisa bersamaan. "Ciee... Aura... Ciee..."
Kampret!
Entah sudah semerah apa wajah Aura. Baper? Ya, Aura baper. Tapi bukan karena itu wajahnya memerah, lebih tepatnya karena merasa tidak enak digodain oleh sahabat-sahabatnya yang menimbulkan siswa-siswi lain menoleh ke arahnya.
"Aura?"
Aura mendongakkan kepalanya pada Dhika saat cowok itu memanggilnya sangat lembut. Dia melihat Dhika tersenyum sangat manis padanya.
"Jangan senyam-senyum!" Bentak Aura.
"Kenapa?"
"Dag-dig-dug yang tadi aja belum kelar, masih mau lo tambahin jadi lebih jedag-jedug lagi?"
Reisa dan Nadara terbahak mendengar perkataan Aura, sedangkan Andhika sudah terkekeh geli.
"Duh, lutu banet tih sahabat gue yang suka blak-blakan ini." Reisa menarik-narik pipi Aura dengan gemas, membuat cewek itu langsung mendengus.
Aura merutuki perkataannya sendiri. Jangan salahkan dia, salahkan saja Andhika yang hampir mendapatkan gelar cowok perfect! Tinggi, tegas, pintar, ketua osis, baik, ramah, dan yang pasti sangat tampan.
Siapa yang akan menolak? Aura mau bilang tidak tertarik takut dosa karena berbohong.
Mereka bertiga tertawa melihat wajah masam Aura.
Dasar, lidah tak bertulang!Lain di mulut lain di hati!"Nada? Lo kenapa?"Pertanyaan yang sama lagi-lagi di lontarkan oleh Derren. Cowok itu tidak mengerti kenapa sejak kemarin Nadara bersikap seakan mengacuhkannya."Nada?" Panggil Derren lembut sembari mengelus rambut Nadara yang tengah menidurkan kepalanya di atas meja.Derren tahu jika Nadara tidak tidur, walaupun cewek itu masih terus berusaha memejamkan matanya dan tak berkutik sedikitpun.Entah kenapa mata Nadara terasa panas saat Derren mengelus rambutnya sangat lembut. Gadis itu menepis tangan Derren yang terus saja mengelus puncak kepalanya dengan sayang."Jangan sentuh rambut gue!""Kenapa?""Itu buat gue sakit,"Derren m
Jangan jadi manusia kalau gak peka!"Derren! Kenapa lo lempar tas gue, hah?!" Teriak Aura kesal saat tas-nya di lempar sembarangan oleh Derren."Disamping Nadara itu udah gue cap jadi tempat duduk gue. Lo minggat aja sana," Usir Derren dan langsung menaruh tasnya di atas meja lalu duduk di samping Nadara."Ih, gak mau! Hari ini gue duduk disini!" Aura menarik paksa tangan Derren agar berdiri dan pindah tempat. "Minggir!""Ogah!""Minggir, Derren!"Derren menggeleng dan terus menahan dirinya agar tidak dapat ditarik oleh Aura.Nadara hanya menggeleng melihat kelakuan kedua temannya itu. Bukan hal yang jarang lagi jika mereka sering berebut tempat duduk. Nadara juga tidak mengerti kenapa kedua makhluk itu selalu ngotot duduk sebangku dengannya."Nada, ih! Atulah, bantuin." Aura memp
"DERREN!!"Suara lantang itu memberhentikan langkah cowok berseragam coklat kotak-kotak dengan paduan celana berwarna krem tepat saat langkah kakinya baru saja memasuki gerbang sekolah.RigelDerren Antariksa atau sering disebut Derren itu tersenyum saat mendapati gadis berambut panjang itu menghampirinya dengan nafas ngos-ngosan."Ihh ! Dari tadi gue panggilin," Gerutu Nadara yang masih tengah sibuk mengatur nafasnya.Derren menarik kedua sudut bibirnya lalu mengelap dahi gadis itu sambil meniupnya beberapa kali."Sampe keringetan gini," Ucap Derren sambil mengacak-acak rambut Nadara."Ya elo, pake segala ngidupin mode budeg!"Derren terkekeh lalu menarik pergelangan tangan Nadara, "Ayok masuk kelas.""Lo gak bawa motor?" Tanya Nadara yang merasa heran karena melihat temannya itu berjalan kaki saat memasuki gerbang ta
Friendzone? Asem manis kecut gitulah.Derren tengah memantulkan bola orange-nya dengan lincah, cowok itu sedang melakukan tanding persahabatan dengan sekolah tetangga. Sorak-sorai yang menyebut namanya menggelegar di lapangan basket itu, tak jarang juga cewek-cewek dari sekolah lawan malah menyoraki nama Derren dan Novan."I LOVE YOU DERREN. YEEE..." Suara lantang itu terdengar dari sisi tengah para penonton. Beberapa siswi mengucapkan kalimat itu dengan sangat kompak.Teriakan para cewek-cewek semakin menggelegar saat Derren berhasil melakukan three point dengan sangat sempurna.Senyum cowok itu mengambang saat kedua bola matanya menoleh pada Nadara yang mengangkat kedua jempolnya. Hal itu membuat pekikan dari beberapa cewek terdengar lebih nyari
Bahagia itu sederhana. Cukup disampingmu, tidak harus memilikimu.Gadis dengan rambut model curly yang saat ini di kuncir kuda berjalan dengan sangat semangat memasuki garbang sekolahnya. Sejak turun dari mobil yang tadi mengantarnya, gadis itu tak pernah melepas sedikitpun senyum manis nya."HEH! LUAR ANGKASA!"Teriakan itu membuat langkah Nadara berhenti, dia menoleh ke belakang dan mendapati Aura tengah berlari ke arahnya.Teman kelasnya memang sering memanggilnya dengan sebutan Luar Angkasa, itu disebabkan karena Pak Ilham--Guru Agamanya yang bercita-cita menjadi astronot itu suka memanggil Nadara dan Derren dengan sebutan 'Luar Angkasa', karena katanya nama mereka berdua adalah nama-nama planet dan berkaitan dengan luar angkasa.Emang sih!Jadilah semua penghuni kelas sering memanggil mereka berdua dengan sebutan 'Luar Angkasa'."Sia
Taman kota adalah salah satu tempat favorit untuk Nadara kunjungi di malam hari. Lampu taman yang berwarna-warni dan remang-remang, udara sejuk dan suasana yang cukup damai, serta penjual berbagai macam jajanan lokal diseluruh pinggiran taman membuat gadis itu rela pulang besok pagi.Gadis itu menggeleng, hal itu dia tepis jauh-jauh, bisa di tebas kepalanya oleh kedua orang tuanya jika benar akan pulang besok pagi.Lelah berkeliling taman, cewek itu duduk di salah satu ayunan sambil menikmati cilok bakar dan sosis goreng yang sempat dia beli terlebih dahulu tadi.Suasana taman kota cukup sepi, mengingat hari ini hari rabu bukan hari sabtu, jadi hanya ada beberapa orang saja yang pergi ke taman itu.Sesaat, Nadara merasakan jika ada yang mendorongkan ayunannya. Cewek itu menoleh dan terkejut melihat seorang cowok tampan berjaket navy tersenyum sangat manis sambil terus mendorongkan ayunannya."Lho, Derren? Ngapain tiba-tiba nongol?"Der