Friendzone? Asem manis kecut gitulah.
Derren tengah memantulkan bola orange-nya dengan lincah, cowok itu sedang melakukan tanding persahabatan dengan sekolah tetangga. Sorak-sorai yang menyebut namanya menggelegar di lapangan basket itu, tak jarang juga cewek-cewek dari sekolah lawan malah menyoraki nama Derren dan Novan.
Teriakan para cewek-cewek semakin menggelegar saat Derren berhasil melakukan three point dengan sangat sempurna.
Senyum cowok itu mengambang saat kedua bola matanya menoleh pada Nadara yang mengangkat kedua jempolnya. Hal itu membuat pekikan dari beberapa cewek terdengar lebih nyaring dari sebelumnya.
Permainan telah selesai dan di menangkan oleh SMK WEIGEL. Banyak kaum hawa yang langsung menghampiri grup Derren, entah itu memberikan minum, mengucapkan selamat, atau bahkan ada yang meminta foto bersama.
"Percaya deh yang famous," Sindir Ridho dengan gurauannya.
"Nih, tangkep!" Derren melempar beberapa botol air pada teman-temannya yang ia dapat dari beberapa cewek tadi.
"Mau kemana lo, Der?" Tanya Novan yang melihat Derren menggedong tas nya.
"Kantin."
"Lo mau ketemu Nadara? Gue titip jitakin kepala tuh cewek ya?"
Teman-temannya tertawa mendengar perkatan dan ekspresi polos dari Novan, cowok itu memang seperti tom and jery dengan Nadara Ophelia. Entahlah, masalalu pahit apa yang mereka alami. Hanya Tuhan dan mereke berdua yang tau.
"Gitu amet lo sama temen," Celetuk Fahrul.
"Bodoamat! Dendam tujuh turunan gue sama tuh cewek, nistain gue mulu taunya."
"Ya lo doyannya jambakin rambut tuh cewek, gimana gak ngamuk?"
"Gemes gue sama rambutnya."
Derren tak menggubris pembicaraan teman-temannya, cowok itu melangkahkan kakinya menuju ke kantin karena Nadara sudah menunggunya.
Derren tersenyum saat mendapati gadis yang di carinya tengah menikmati kerupuk sambil duduk membelakanginya. Ia mendekati Nadara dan langsung meletakkan dagunya dia atas kepala Nadara, tak lupa juga tangannya yang jahil mengunyel-unyel pipi gadis itu.
Nadara yang kaget langsung tersedak kerupuknya saat dengan tiba-tiba sebuah tangan kekar mengunyel-unyel pipinya.
"Lo mau gue mati muda? Gak keren banget gue mati kesedek kerupuk," Omel Nadara yang langsung memukul lengan Antariksa.
Cowok itu terkekeh lalu mendudukkan dirinya di samping Nadara.
"Gimana? Gue mainnya keren gak?" Derren menaik turunkan alisnya.
"B aja!" Gadis itu kembali mengambil es teh nya, hendak meneguk es teh itu, tangan jahil Derren dengan sengaja mendorong bagian bawah gelas. Es teh itu tumpah tepat diwajah Nadara dan turun ke seragam gadis itu beserta es batu yang masuk di dalam seragam Nadara.
Nadara langsung menolehkan kepalanya, menatap berang cowok yang sudah terbahak-bahak di sampingnya.
Nadara mengibas-ibaskan seragamnya agar es batu yang masuk di seragamnya ke luar.
"DERREN, IH!" Nadara memukul-mukul lengan cowok itu, "Basah, kan?"
Derren memberhentikan tawanya lalu mengambil sesuatu di dalam tasnya, dia langsung memakaikan jaket biru tuanya pada Nadara. Cowok itu juga langsung mengambil tissue dan mengelap wajah Nadara yang sudah di penuhi tumpahan es teh karena ulahnya.
"Udah, jangan cemberut. Maaf deh," Ucap Derren tulus.
Nadara menghela nafas lalu memperbaiki letak jaket Derren yang sudah melekat di tubuhnya.
"Aura sama Reisa mana? Tumben sendirian?"
Nadara mengangkat kedua bahunya, "Tauk tuh, mereka gak solid banget sama gue. Masak gue ditinggal gara-gara mereka mau nonton bareng film yang katanya banyak oppa-oppanya itu."
"Kenapa lo nggak ikut?"
"Aduh, Derren temen kelasku yang paling ganteng walaupun masih ganteng Novan yang ketutup oleh gilanya. Kalau gue pulang entar lo marah, lo kan ambekan kalau gue gak nonton pertandingan lo. Padahal mah cuma sparing doang," gerutu Nadara.
"Oh, lo gak ikhlas nih nonton gue?" Derren sudah membuat ancang-ancang untuk menarik hidung mungil Nadara.
Gadis itu cengengesan sambil memberi tanda 'peace' dengan kedua jarinya.
"Lagian lo ambekan sih! Cari pacar sana, biar ada yang nonton setiap lo tanding."
Cowok beralis tebal itu menoleh pada Nadara dan tersenyum sangat manis, "Gue nggak mau cari pacar."
"Kenapa?" Nadara menoleh pada Derren dengan memicingkan satu alisnya.
"Entar lo gak ada temennya, terus jadi jones akut."
"Syalan!" Mereka berdua tertawa bersama-sama.
"Padahal lo punya peluang banyak buat jadi playboy. Secara yang suka sama lo aja banyak, cabe di pasar sekilo aja kalah banyak."
Derren terkekeh mendengar penuturan Nadara. Memang benar kata gadis itu, jika Derren mau, dia sangat bisa jika hanya menjadi seorang playboy, tapi itu bukan gaya Derren. Cowok itu jika sudah mempunyai seseorang yang mengisi hatinya, dia akan selalu setia pada satu orang itu.
"Gue gak mau cari pacar, apalagi jadi playboy," Sahut Derren.
"Kenapa?"
Cowok itu menggeleng lalu tersenyum, "Gak mau aja."
"Karena gue cuma mau lo yang jadi pacar gue dan jadi satu-satunya di hati gue."
Bahagia itu sederhana. Cukup disampingmu, tidak harus memilikimu.Gadis dengan rambut model curly yang saat ini di kuncir kuda berjalan dengan sangat semangat memasuki garbang sekolahnya. Sejak turun dari mobil yang tadi mengantarnya, gadis itu tak pernah melepas sedikitpun senyum manis nya."HEH! LUAR ANGKASA!"Teriakan itu membuat langkah Nadara berhenti, dia menoleh ke belakang dan mendapati Aura tengah berlari ke arahnya.Teman kelasnya memang sering memanggilnya dengan sebutan Luar Angkasa, itu disebabkan karena Pak Ilham--Guru Agamanya yang bercita-cita menjadi astronot itu suka memanggil Nadara dan Derren dengan sebutan 'Luar Angkasa', karena katanya nama mereka berdua adalah nama-nama planet dan berkaitan dengan luar angkasa.Emang sih!Jadilah semua penghuni kelas sering memanggil mereka berdua dengan sebutan 'Luar Angkasa'."Sia
Taman kota adalah salah satu tempat favorit untuk Nadara kunjungi di malam hari. Lampu taman yang berwarna-warni dan remang-remang, udara sejuk dan suasana yang cukup damai, serta penjual berbagai macam jajanan lokal diseluruh pinggiran taman membuat gadis itu rela pulang besok pagi.Gadis itu menggeleng, hal itu dia tepis jauh-jauh, bisa di tebas kepalanya oleh kedua orang tuanya jika benar akan pulang besok pagi.Lelah berkeliling taman, cewek itu duduk di salah satu ayunan sambil menikmati cilok bakar dan sosis goreng yang sempat dia beli terlebih dahulu tadi.Suasana taman kota cukup sepi, mengingat hari ini hari rabu bukan hari sabtu, jadi hanya ada beberapa orang saja yang pergi ke taman itu.Sesaat, Nadara merasakan jika ada yang mendorongkan ayunannya. Cewek itu menoleh dan terkejut melihat seorang cowok tampan berjaket navy tersenyum sangat manis sambil terus mendorongkan ayunannya."Lho, Derren? Ngapain tiba-tiba nongol?"Der
Nadara, Aura dan Reisa sedang berada di kantin. Ulangan harian dadakan Matematika membuat mereka bertiga seakan kehilangan jiwa manusianya. Nadara yang sudah memesan tiga mangkok bakso, Aura yang memesan satu mangkok soto dan satu mangkok bakso, sedangkan Reisa memesan satu nasi pecel dan dua mie pangsit. Entah jin angka dari mana yang sudah merasuki jiwa mereka."Ghue lwapher bwanghet," Celoteh Aura yang mulutnya masih dipenuhi satu pentol besar."Kunyah dulu tuh pentol, baru ngomong." Nadara mendorong pelan dahi Aura.Aura hanya cengengesan saat ditegur oleh sahabatnya."Eh, eh, itu pacar barunya Derren?" Heboh Reisa menunjuk kesisi pojok kantin.Mendengar nama teman kelasnya disebut, Nadara dan Aura secara otomatis langsung menoleh kearah yang ditunjuk Reisa.Nadara menyipitkan matanya melihat dua orang yang sedang makan bersama dengan sesekali tertawa, mojok lagi!
Dasar, lidah tak bertulang!Lain di mulut lain di hati!"Nada? Lo kenapa?"Pertanyaan yang sama lagi-lagi di lontarkan oleh Derren. Cowok itu tidak mengerti kenapa sejak kemarin Nadara bersikap seakan mengacuhkannya."Nada?" Panggil Derren lembut sembari mengelus rambut Nadara yang tengah menidurkan kepalanya di atas meja.Derren tahu jika Nadara tidak tidur, walaupun cewek itu masih terus berusaha memejamkan matanya dan tak berkutik sedikitpun.Entah kenapa mata Nadara terasa panas saat Derren mengelus rambutnya sangat lembut. Gadis itu menepis tangan Derren yang terus saja mengelus puncak kepalanya dengan sayang."Jangan sentuh rambut gue!""Kenapa?""Itu buat gue sakit,"Derren m
Jangan jadi manusia kalau gak peka!"Derren! Kenapa lo lempar tas gue, hah?!" Teriak Aura kesal saat tas-nya di lempar sembarangan oleh Derren."Disamping Nadara itu udah gue cap jadi tempat duduk gue. Lo minggat aja sana," Usir Derren dan langsung menaruh tasnya di atas meja lalu duduk di samping Nadara."Ih, gak mau! Hari ini gue duduk disini!" Aura menarik paksa tangan Derren agar berdiri dan pindah tempat. "Minggir!""Ogah!""Minggir, Derren!"Derren menggeleng dan terus menahan dirinya agar tidak dapat ditarik oleh Aura.Nadara hanya menggeleng melihat kelakuan kedua temannya itu. Bukan hal yang jarang lagi jika mereka sering berebut tempat duduk. Nadara juga tidak mengerti kenapa kedua makhluk itu selalu ngotot duduk sebangku dengannya."Nada, ih! Atulah, bantuin." Aura memp
"DERREN!!"Suara lantang itu memberhentikan langkah cowok berseragam coklat kotak-kotak dengan paduan celana berwarna krem tepat saat langkah kakinya baru saja memasuki gerbang sekolah.RigelDerren Antariksa atau sering disebut Derren itu tersenyum saat mendapati gadis berambut panjang itu menghampirinya dengan nafas ngos-ngosan."Ihh ! Dari tadi gue panggilin," Gerutu Nadara yang masih tengah sibuk mengatur nafasnya.Derren menarik kedua sudut bibirnya lalu mengelap dahi gadis itu sambil meniupnya beberapa kali."Sampe keringetan gini," Ucap Derren sambil mengacak-acak rambut Nadara."Ya elo, pake segala ngidupin mode budeg!"Derren terkekeh lalu menarik pergelangan tangan Nadara, "Ayok masuk kelas.""Lo gak bawa motor?" Tanya Nadara yang merasa heran karena melihat temannya itu berjalan kaki saat memasuki gerbang ta