Share

2. Keputusan Ruby

Author: VAD_27
last update Last Updated: 2025-01-18 23:07:00

Ruby menatap sendu pada gundukan tanah dengan bibir bergetar yang tidak dapat berhenti menangis. Netranya mengabur ketika air mata luruh melewati pipinya. Dia tidak pernah menyangka akan mendapatkan hadiah perpisahan sekolah dengan perpisahan yang sesungguhnya.

Padahal baru satu tahun yang lalu dia mengunjungi pemakaman Ibunya dengan rasa kehilangan dan tidak percaya. Hari ini dia harus kembali menghadapi kenyataan pahit bahwa yang di ambil darinya kali ini adalah Ayahnya.

Bahkan Ruby tidak tahu apa penyebab kecelakaannya karena otaknya mendadak berhenti berfungsi ketika Polisi dan para orang dewasa menjelaskan. Yang keluar hanya tangis tanpa kata apapun.

Ruby sangat menyayangi Sapta meskipun dia bukan Ayah kandung Ruby. Dia menyayangi Sapta sebagai Ayahnya.

"Ruby, kamu yang tenang, ya? Harus kuat." Ujar Hani, wanita berumur yang merupakan Ibu dari Andra.

Ruby menggeleng pelan, dipaksa kuat pun, dunianya benar-benar sedang hancur.

Bagaimana mungkin Ruby kuat menjalani hidup tanpa penopang yang di sebut orang tua.

Bisakah dia?

**

"Terimakasi sudah datang hari ini, Ruby. Saya tahu baru satu hari setelah kepergian almarhum Sapta, tapi kami terpaksa mengundang kamu kemari untuk membuat keputusan. Memang kita tidak terikat darah, saya hanyalah teman dari almarhum Ayah kamu. Tapi tetap saya merasa punya tanggung jawab untuk membantu kamu, terlebih karena kamu adalah anak dari sahabat saya. Sapta meninggal karena tertabrak oleh mobil dan jatuh ke laut. Saya berada di sana tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa, sekali lagi maafkan saya." Ujar Andra yang duduk di sofa single.

Ruby mendengarkan dalam diam sebelum mengangguk pelan, meskipun ada rasa sedikit belum terima, tapi dia tahu bahwa kematian Ayahnya bukanlah salah Andra. Hani, wanita berumur yang merupakan Ibu dari Andra itu merangkul Ruby, berharap bisa menghantarkan kekuatan.

"Bukannya saya ingin ikut campur dan mengatur hidup kamu, tapi disini kamu harus membuat keputusan. Sekarang kamu sendirian, dalam artian sebenarnya. Kamu harus membuat keputusan yang akan menentukan hidup kamu ke depannya." Ujar Andra membuat Ruby mengernyit karena kepalanya pusing.

Dia belum siap.

Dunia terasa berputar lebih cepat di sekitarnya. Ruby masih perlu waktu untuk menatah hatinya yang pecah tapi dunia benar-benar tidak memberi waktu pada dirinya bahkan untuk sekedar bernapas dan berduka atas kematian Ayahnya.

"Maaf sebelumnya, tapi bisakah Bapak memberi waktu pada saya? Sa-saya belum siap. Hati dan pikiran saya masih belum sinkron. Saya tidak dapat memikirkan apapun. Ini terlalu cepat." Ujar Ruby.

"Begitulah menjadi dewasa, Ruby. Kamu dituntut untuk menelan rasa sakit bulat-bulat dan membuat pilihan hidup. Karena dunia tidak akan menunggu kamu, dia bahkan berputar lebih cepat dan meninggalkan kamu jika kamu masih belum move on dari satu situasi." Ujar Andra menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Biarkan dia tenang dulu, Ndra. Ruby baru berusia tujuh belas, meskipun harus menjadi dewasa tapi tetap ini adalah yang pertama kali untuk dia membuat pilihan hidup sendiri. Dia baru saja kehilangan orang yang di sayang, mari kita mengerti keadannya. Bagaimanapun Ruby masih tahap menginjak dewasa dan mandiri. Tidak apa memberi waktu sebentar." Ujar Hani.

Andra menghembuskan napas kasar, pemikirannya Ibunya sangat tidak cocok dengan prinsipnya yang serba cepat dan tidak bertele-tele. Tapi kali ini Andra harus mengalah.

"Kalau begitu, bicara dan cari saya jika kamu sudah siap. Saya ingin membantu kamu karena kewajiban dan juga saya tahu tidak ada saudara dari pihak kedua orang tua kamu yang hadir saat ini, kan? Maka dari itu kamu leluasa meminta bantuan, entah itu pendapat atau yang lain pada saya." Ujar Andra sebelum beranjak berdiri.

"Beri saya waktu satu jam, Pak!"

Andra mengangkat alisnya, "Apa itu cukup?"

Dia pikir Ruby akan meminta waktu yang lebih lama.

Ruby mengangguk yakin, "Lagipula jika diberi lebih banyak waktu, saya malah akan makin terpuruk dalam kesedihan. Jadi biarkan saya menatah hati saya dalam satu jam, setelah itu saya akan membuat keputusan."

Andra mengangguk sebelum beranjak pergi.

Senyuman hangat menghiasi wajah keriput Hani, "Kamu boleh istirahat di sini, Nak. Panggil Nenek jika butuh bantuan."

"Makasih Nek."

**

"Jadi, keputusan kamu?" Tanya Andra setelah kembali duduk di sofa ruang tamunya setelah menunggu satu jam.

"Saya memutuskan untuk sewa kos karena tidak mungkin saya tinggal bersama saudara pihak Ibu, Bapak tahu sendiri mereka memutus hubungan semenjak Ibu menikah dengan Ayah. Tinggal dengan saudara pihak Ayah pun saya tidak mau karena mereka berbeda provinsi. Untuk rumah akan saya jual. Untuk penjualannya, saya ingin minta tolong Pak Andra mengurusnya, apa boleh?"

"Saya tidak keberatan mengurus penjualan rumah kamu. Tapi jika kamu ingin tinggal dengan saudara pihak Ayah, masalah berbeda provinsi mudah. Saya yang akan menanggung ongkosnya dan mengantarkan kamu dengan selamat." Ujar Andra membuat Ruby menggeleng pelan.

"Alasan yang lainnya karena saya tidak terlalu kenal dengan mereka. Kami hanya bertemu sekali, karena Ayah jarang membawa keluarga ke sana. Dan lagi, saya masih ingin menggapai mimpi, berkuliah lalu bekerja disini."

"Tapi, Ruby. Uang penjualan rumah tidak akan cukup menanggung seluruh biaya hidup kamu. Mungkin itu hanya bisa membiayai kamu selama beberapa bulan ke depan." Ujar Pak Andra membuat Hani mengangguk setuju.

"Saya seorang tiktoker Pak. Saya membuat konten tutorial make-up. Meskipun gaji saya belum besar dan masih belum cukup menghidupi biaya sehari-hari, tapi saya ingin berjuang demi hidup dan pendidikan. Selain jadi tiktokers, saya akan bekerja serabutan, entah sampai berapa tahun ke depan, yang penting sampai saya bisa mandiri dan semua tabungan yang saya kumpulkan cukup." Ujar Ruby.

"Kalau begitu kamu tinggal disini saja, Nak. Lumayan dapat menghemat pengeluaran kamu untuk bayar sewa kos, kan? Dan lagi disini juga aman."

Sontak Ruby terkejut dengan penuturan Hani.

"Tapi itu agak--," ujar Ruby menggaruk belakang kepala ragu.

"Mungkin memang agak nekat. Tapi jika kamu akan tinggal di sini, kamu tidak perlu khawatir karena saya tinggal dengan Ibu saya." Ujar Andra membuat Ruby lebih terkejut.

"Bapak masih tinggal dengan orang tua?"

"Ayah saya sudah meninggal dua tahun lalu, dan para kakak saya sudah menikah. Saya tidak tega membiarkan Ibu saya tinggal sendiri, maka dari itu kami tinggal bersama." Ujar Andra membuat Ruby membulatkan bibirnya paham.

Ternyata Pak tua menyebalkan ini anak berbakti juga.

"Jadi keputusan kamu?" Tanya Andra.

Ruby menghembuskan napas dalam, sebenarnya tawarannya tidak buruk juga, apalagi Ruby dapat menghemat pendapatan dan nanti dia akan menyisihkan uangnya untuk membayar biaya makan dan hidup pada Andra dan Hani meskipun mereka tidak meminta, tapi Ruby tahu diri.

"Baik, saya sudah memutuskan untuk tinggal bersama Pak Andra." Ujar Ruby menatap Andra yang juga menatapnya.

Andra mengangguk sebelum meminum kopinya dengan Hani yang menepuk punggung Ruby senang karena akan ada teman mengobrol.

Ruby memilin jemarinya, entah bagaimana kedepannya ketika dia tinggal bersama Andra.

Related chapters

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   3. Bukan Anak Kecil Lagi!

    Pukul empat pagi, Ruby sudah beranjak dari ranjang dan membersihkan diri ke kamar mandi. Hari pertama yang dia jalani tanpa orang tua dengan tempat yang baru akan segera dimulai. Ruby menuruni tangga menuju lantai pertama untuk menyapu seluruh rumah sebelum mengepelnya.Rumah Andra memiliki dua lantai, lantai pertama terdapat kamar tidur Hani, dapur, toilet serta ruang tamu. Sementara lantai dua hanya terdapat dua kamar tidur yang ditempati Andra dan satunya mejadi kamar Ruby yang akan menjadi tempat istirahat dan pulangnya.Ketika waktu menujukan pukul enam tepat, Ruby selesai mengepel seluruh lantai rumah. Dia hanya perlu waktu sepuluh menit untuk istirahat duduk, minum air dan melamun sebelum kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan."Nak, biar Nenek aja yang masak. Setelah ini kamu kerja, kan?"Ruby menoleh ketika Hani datang dengan tergopoh-gopoh. Ruby menyimpan mangkuk di meja makan sebelum merangkul lengan Hani untuk duduk."Gapapa, Nek. Lagipula sarapannya sudah sele

    Last Updated : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   4. Tidur Itu Pakai Baju!

    Ruby duduk di kursi dengan nampan di tangannya sebelum netranya menatap gadis berambut pendek dengan gaya tomboy duduk di depannya sambil melahap makanannya.Ruby meraih gelang yang ada di lengannya sebelum menggigit dan tangannya meraup rambut menjadi satu, memperlihatkan leher jenjang dan tulang selangkanya yang mulus kemudian mengikatnya.Gerakan Ruby barusan sukses menarik perhatian para pengunjung Cafe lain yang berjenis kelamin laki-laki. Wajar saja, mengingat kecantikannya yang mencolok mata."Gini ya temenan sama seleb Tiktok. Jadi pusat perhatian mulu." Sindir Karin. "Eh, setelah ini elo mau ikut main gak?""Gas." Jawab Ruby langsung."Gila, bahkan elo gak nanya main kemana. Tapi enaknya temenan sama elo itu, gak pernah nolak kalau di ajak main." Ujar Karin membuat Ruby tertawa kecil."Jelaslah! Gue kan mau menikmati masa muda yang kerjaannya kuliah, main, belajar, pacaran dan gak perlu mikirin pusingnya nyari uang dan capeknya kerja." Jawab Ruby membuat Karin mengangguk makl

    Last Updated : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   5. Tertangkap Kiss

    Andra sontak menutup pintu kamar Ruby dengan keras sebelum menyandarkan punggungnya dengan napas memburu. Andra mengusap keningnya, tiba-tiba badannya terasa panas ketika bayangan punggung polos Ruby kembali hinggap di kepalanya membuat Andra memukul kepalanya sendiri ketika otaknya sudah tidak bisa dia kontrol."Ruby! Cepet turun sarapan!" Teriak Andra sebelum berlari turun.Tangannya terulur mengisi gelas dengan air putih sampai penuh dan sedikit tumpah sebelum menghabiskannya dalam satu kali tegukan ketika tenggorokannya tiba-tiba kering.Andra menghidupkan AC, menambah suhu mendapati badannya tiba-tiba panas. Andra menarik napas dalam, mencoba untuk tenang tapi reaksi tubuhnya tidak dapat dia kontrol.Hani yang duduk di depan Andra jadi mengerjap, mendapati anak bungsunya yang biasa tenang kini bergerak-gerak gelisah.Andra berdecak sebelum kembali mengambil air mineral dan menenggaknya sebelum dia menyemburkan airnya ketika mendapati Ruby turun dari tangga dengan rambut acak-acak

    Last Updated : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   6. Mari menikah

    "Kamu tahu apa salahmu?"Ruby menundukkan kepala, meremas ujung sofa yang dia duduki sambil mengangguk, mengakui bahwa dia salah."Lain kali jangan bawa pacar kamu ke sini!" Andra memperingatkan membuat Ruby mendongkak menatapnya yang berdiri menjulang di depannya."Kalau gitu saya mau keluar dari rumah ini untuk ngekos."Andra sontak mengangkat alis sambil menatapnya tidak percaya."Kamu meminta saya mengijinkan kamu tinggal sendiri setelah saya melihat kamu dan pacar kamu hampir ciuman?!""Bukannya kalau pacaran, ciuman itu hal biasa, Pak?" Tanya Ruby melengos kasar."Saya mengerti, untuk hubungan asmara anak muda yang membara itu adalah hal yang sama dengan pegangan tangan. Tapi bagaimana jika kalian kebablasan saat sedang berdua di kosan? Tidak ada yang tahu! Nafsu bisa datang saat berduaan, maka dari itu yang ketiganya setan!" Ujar Andra membuat Ruby menunduk."Maafkan saya, Pak. Saya tidak akan mengulanginya." Ujar Ruby ketika menyadari bahwa memang dialah yang salah membawa ora

    Last Updated : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   7. Rasa Suka

    Andra membanting pintu kamarnya sebelum mengacak belakang rambutnya sendiri dengan gusar. Andra berjalan mondar-mandir sebelum berdecak dan duduk di kursi kerjanya sambil kembali mengacak rambutnya kesal.Netra Andra melirik pada ponsel yang berada di atas meja, menimang-nimang sebelum meraih dan menekan nomor Brian. "Wah, ada apa Pak Dosen nelpon malem-malem?" Tanya Brian di seberang telpon."Bri, gue ... ehm kenapa ya, gue?" Tanya Andra sambil mengernyit dan mengacak rambutnya sendiri."Lah? Mana gue tahulah, nyet! Lo kenapa? Kok kayak lagi gelisah gitu? Gak biasanya, padahal elo itu tipe yang paling tenang diantara kita." Ujar Brian."Gue juga gak tahu kenapa gue kayak gini.""Ck, ceritain pelan-pelan."Brian tertawa setelah mendengar Andra bercerita bahwa dia marah karena Ruby akan berciuman dengan pacarnya."Fiks, sih! Elo suka sama anak yang namanya Ruby! Eh, sorry! Bukan anak-anak ya? Udah dewasa!" Ujar Brian sambil tertawa geli."Suka sama Ruby? Gak mungkin. Apa mungkin gue u

    Last Updated : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   8. Dihukum

    "Ha? Dihukum? Pak Andra ngomomg apa, sih?" Tanya Ruby meneguk ludah gugup tatkala Andra mengikis jarak, tangan Ruby terjulur mendorong dada Andra namun gagal tatkala Andra menyingkirkan tangannya sebelum mendorong bahu Ruby.Memojokannya membuat punggung Ruby menyentuh pintu kulkas, Ruby tidak bisa kabur tatkala Andra mengurung tubuhnya dengan kedua tangan membuat Ruby meneguk ludah, melirik takut-takut pada Andra yang menatapnya tajam dengan raut wajah mengeras."Dari kapan mau merokok?" tanya Andra membuat Ruby meneguk ludah."U-udah lama, Pak. Tapi saya gak sering kok." Ujar Ruby meringis pelan sebelum tersentak tatkala Andra merampas rokok di tangannya sebelum melemparkannya pada tempat sampah."Saya memang bukan siapapun, saya tidak punya hak melarang kamu merokok, tapi mohon mengikuti peraturan di rumah ini, jangan merokok di sekitaran apalagi di dalam rumah karena orang tua saya masih tinggal di sini, Ruby. Asap rokok bisa sangat berbahaya jika dihirup dan mengepul dalam rumah.

    Last Updated : 2025-01-26
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   9. Modus

    "Ruby, kamu gak sarapan?" Langkah Ruby terhenti, dia meneguk ludah, perilaku Andra padanya tadi malam masih membekas di setiap ingatan atau kulit dan bibir yang Andra sentuh. Kepala Ruby menggeleng kuat, mengenyahkan pikiran gilanya. "Aku mau sarapan di kampus aja, bareng pacar aku." Jawab Ruby, menekankan kalimat terakhir sebelum tersenyum sopan dan menunduk untuk pamit. Andra yang tengah duduk di meja makan jadi menatap punggung Ruby yang menghilang dari balik pintu sebelum menghembuskan napas kasar. Sepertinya akan sulit sekali mendapat hati gadis itu meskipun Andra sudah terang-terangan, apalagi masih ada nama lelaki lain dalam hatinya. * "Lo ngapain bengong di sini?" Ruby tersentak tatkala Karin sudah ada di sampingnya. "Gue lagi nungguin Dika." jawab Ruby meringis pelan, berdiri di samping pintu kelas yang tertutup sebelum pintunya terbuka, para mahasiswa dan mahasiswi mulai keluar. Sementara kelas Ruby sudah selesai lebih awal, dia berniat pulang bersama Dika."Kal

    Last Updated : 2025-02-01
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   10. Jambret

    "Permisi, Pak Andra."Ruby sontak mendorong Andra menjauh sampai tubuh lelaki itu terjungkal ke tepi sofa, Ruby refleks berdehem canggung, berpura-pura sibuk pada kertas lagi sebelum mendongkak menemukan Sinta yang membuka pintunya barusan.Ternyata Dosennya yang lain."Ada apa, Bu?" tanya Andra setelah berdehem pelan."Bapak sibuk? Saya mau mendiskusikan hal yang kemarin saya bilang. Bapak ada waktu?" tanya Sinta, melirik Ruby sebelum membalas senyum mahasiswinya.Andra sontak mengangguk sebelum mempersilahkan Sinta duduk. Senyum segaris sontak tersungging dari bibir Ruby, harus bagaimana dia sekarang? Entah kenapa ini canggung sekali, mana pekerjaan yang dimintai tolong oleh Andra belum selesai. Ini terasa canggung karena Ruby sesekali melirik pada Sinta yang seperti tidak nyaman dengan kehadiran Ruby di ruangan ini.Ruby mengerti sekali tatapan Sinta pada Andra. Sudah jelas dosen perempuannya itu menyukai om-om modus di sebelahnya ini. Tatapan netranya persis seperti saat Ruby mena

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   11. Bicara tentang perasaan

    "Padahal saya bisa pulang sendiri." Tukas Ruby setelah masuk ke dalam mobil Andra, duduk di sebelahnya yang mengemudi."Padahal kalau ada kejadian seperti tadi, kamu bisa memberitahu saya." Tukas Andra."Kenapa saya harus? Itu kan urusan saya bukan urusan Pak Andra." Tukas Ruby heran membuat Andra menghela napas.Ruby tersentak saat Andra mencondongkan tubuh ke arahnya sampai ujung hidung keduanya hampir bersentuhan membuat Ruby menahan napas."A-apa? Kenapa?" Tanya Ruby terbata sebelum mengerjap tatkala Andra hanya memasangkan sabuk pengamannya sebelum kembali mundur ke jok mobilnya sendiri.Ruby menakan dadanya sendiri dengan ujung jari sebelum menghembuskan napas panjang. Seharusnya dia tidak boleh berdebar pada lelaki lain apalagi Andra. Ruby sudah punya kekasih, jika begini, dia akan menyakiti kekasihnya Dika."Lain kali jangan begitu, bilang aja. Saya punya tangan sendiri." Tegur Ruby, menatap keluar jendela.Andra meliriknya, dia sadar bahwa Ruby kesal dengan tindakannya, tapi

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   10. Jambret

    "Permisi, Pak Andra."Ruby sontak mendorong Andra menjauh sampai tubuh lelaki itu terjungkal ke tepi sofa, Ruby refleks berdehem canggung, berpura-pura sibuk pada kertas lagi sebelum mendongkak menemukan Sinta yang membuka pintunya barusan.Ternyata Dosennya yang lain."Ada apa, Bu?" tanya Andra setelah berdehem pelan."Bapak sibuk? Saya mau mendiskusikan hal yang kemarin saya bilang. Bapak ada waktu?" tanya Sinta, melirik Ruby sebelum membalas senyum mahasiswinya.Andra sontak mengangguk sebelum mempersilahkan Sinta duduk. Senyum segaris sontak tersungging dari bibir Ruby, harus bagaimana dia sekarang? Entah kenapa ini canggung sekali, mana pekerjaan yang dimintai tolong oleh Andra belum selesai. Ini terasa canggung karena Ruby sesekali melirik pada Sinta yang seperti tidak nyaman dengan kehadiran Ruby di ruangan ini.Ruby mengerti sekali tatapan Sinta pada Andra. Sudah jelas dosen perempuannya itu menyukai om-om modus di sebelahnya ini. Tatapan netranya persis seperti saat Ruby mena

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   9. Modus

    "Ruby, kamu gak sarapan?" Langkah Ruby terhenti, dia meneguk ludah, perilaku Andra padanya tadi malam masih membekas di setiap ingatan atau kulit dan bibir yang Andra sentuh. Kepala Ruby menggeleng kuat, mengenyahkan pikiran gilanya. "Aku mau sarapan di kampus aja, bareng pacar aku." Jawab Ruby, menekankan kalimat terakhir sebelum tersenyum sopan dan menunduk untuk pamit. Andra yang tengah duduk di meja makan jadi menatap punggung Ruby yang menghilang dari balik pintu sebelum menghembuskan napas kasar. Sepertinya akan sulit sekali mendapat hati gadis itu meskipun Andra sudah terang-terangan, apalagi masih ada nama lelaki lain dalam hatinya. * "Lo ngapain bengong di sini?" Ruby tersentak tatkala Karin sudah ada di sampingnya. "Gue lagi nungguin Dika." jawab Ruby meringis pelan, berdiri di samping pintu kelas yang tertutup sebelum pintunya terbuka, para mahasiswa dan mahasiswi mulai keluar. Sementara kelas Ruby sudah selesai lebih awal, dia berniat pulang bersama Dika."Kal

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   8. Dihukum

    "Ha? Dihukum? Pak Andra ngomomg apa, sih?" Tanya Ruby meneguk ludah gugup tatkala Andra mengikis jarak, tangan Ruby terjulur mendorong dada Andra namun gagal tatkala Andra menyingkirkan tangannya sebelum mendorong bahu Ruby.Memojokannya membuat punggung Ruby menyentuh pintu kulkas, Ruby tidak bisa kabur tatkala Andra mengurung tubuhnya dengan kedua tangan membuat Ruby meneguk ludah, melirik takut-takut pada Andra yang menatapnya tajam dengan raut wajah mengeras."Dari kapan mau merokok?" tanya Andra membuat Ruby meneguk ludah."U-udah lama, Pak. Tapi saya gak sering kok." Ujar Ruby meringis pelan sebelum tersentak tatkala Andra merampas rokok di tangannya sebelum melemparkannya pada tempat sampah."Saya memang bukan siapapun, saya tidak punya hak melarang kamu merokok, tapi mohon mengikuti peraturan di rumah ini, jangan merokok di sekitaran apalagi di dalam rumah karena orang tua saya masih tinggal di sini, Ruby. Asap rokok bisa sangat berbahaya jika dihirup dan mengepul dalam rumah.

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   7. Rasa Suka

    Andra membanting pintu kamarnya sebelum mengacak belakang rambutnya sendiri dengan gusar. Andra berjalan mondar-mandir sebelum berdecak dan duduk di kursi kerjanya sambil kembali mengacak rambutnya kesal.Netra Andra melirik pada ponsel yang berada di atas meja, menimang-nimang sebelum meraih dan menekan nomor Brian. "Wah, ada apa Pak Dosen nelpon malem-malem?" Tanya Brian di seberang telpon."Bri, gue ... ehm kenapa ya, gue?" Tanya Andra sambil mengernyit dan mengacak rambutnya sendiri."Lah? Mana gue tahulah, nyet! Lo kenapa? Kok kayak lagi gelisah gitu? Gak biasanya, padahal elo itu tipe yang paling tenang diantara kita." Ujar Brian."Gue juga gak tahu kenapa gue kayak gini.""Ck, ceritain pelan-pelan."Brian tertawa setelah mendengar Andra bercerita bahwa dia marah karena Ruby akan berciuman dengan pacarnya."Fiks, sih! Elo suka sama anak yang namanya Ruby! Eh, sorry! Bukan anak-anak ya? Udah dewasa!" Ujar Brian sambil tertawa geli."Suka sama Ruby? Gak mungkin. Apa mungkin gue u

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   6. Mari menikah

    "Kamu tahu apa salahmu?"Ruby menundukkan kepala, meremas ujung sofa yang dia duduki sambil mengangguk, mengakui bahwa dia salah."Lain kali jangan bawa pacar kamu ke sini!" Andra memperingatkan membuat Ruby mendongkak menatapnya yang berdiri menjulang di depannya."Kalau gitu saya mau keluar dari rumah ini untuk ngekos."Andra sontak mengangkat alis sambil menatapnya tidak percaya."Kamu meminta saya mengijinkan kamu tinggal sendiri setelah saya melihat kamu dan pacar kamu hampir ciuman?!""Bukannya kalau pacaran, ciuman itu hal biasa, Pak?" Tanya Ruby melengos kasar."Saya mengerti, untuk hubungan asmara anak muda yang membara itu adalah hal yang sama dengan pegangan tangan. Tapi bagaimana jika kalian kebablasan saat sedang berdua di kosan? Tidak ada yang tahu! Nafsu bisa datang saat berduaan, maka dari itu yang ketiganya setan!" Ujar Andra membuat Ruby menunduk."Maafkan saya, Pak. Saya tidak akan mengulanginya." Ujar Ruby ketika menyadari bahwa memang dialah yang salah membawa ora

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   5. Tertangkap Kiss

    Andra sontak menutup pintu kamar Ruby dengan keras sebelum menyandarkan punggungnya dengan napas memburu. Andra mengusap keningnya, tiba-tiba badannya terasa panas ketika bayangan punggung polos Ruby kembali hinggap di kepalanya membuat Andra memukul kepalanya sendiri ketika otaknya sudah tidak bisa dia kontrol."Ruby! Cepet turun sarapan!" Teriak Andra sebelum berlari turun.Tangannya terulur mengisi gelas dengan air putih sampai penuh dan sedikit tumpah sebelum menghabiskannya dalam satu kali tegukan ketika tenggorokannya tiba-tiba kering.Andra menghidupkan AC, menambah suhu mendapati badannya tiba-tiba panas. Andra menarik napas dalam, mencoba untuk tenang tapi reaksi tubuhnya tidak dapat dia kontrol.Hani yang duduk di depan Andra jadi mengerjap, mendapati anak bungsunya yang biasa tenang kini bergerak-gerak gelisah.Andra berdecak sebelum kembali mengambil air mineral dan menenggaknya sebelum dia menyemburkan airnya ketika mendapati Ruby turun dari tangga dengan rambut acak-acak

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   4. Tidur Itu Pakai Baju!

    Ruby duduk di kursi dengan nampan di tangannya sebelum netranya menatap gadis berambut pendek dengan gaya tomboy duduk di depannya sambil melahap makanannya.Ruby meraih gelang yang ada di lengannya sebelum menggigit dan tangannya meraup rambut menjadi satu, memperlihatkan leher jenjang dan tulang selangkanya yang mulus kemudian mengikatnya.Gerakan Ruby barusan sukses menarik perhatian para pengunjung Cafe lain yang berjenis kelamin laki-laki. Wajar saja, mengingat kecantikannya yang mencolok mata."Gini ya temenan sama seleb Tiktok. Jadi pusat perhatian mulu." Sindir Karin. "Eh, setelah ini elo mau ikut main gak?""Gas." Jawab Ruby langsung."Gila, bahkan elo gak nanya main kemana. Tapi enaknya temenan sama elo itu, gak pernah nolak kalau di ajak main." Ujar Karin membuat Ruby tertawa kecil."Jelaslah! Gue kan mau menikmati masa muda yang kerjaannya kuliah, main, belajar, pacaran dan gak perlu mikirin pusingnya nyari uang dan capeknya kerja." Jawab Ruby membuat Karin mengangguk makl

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   3. Bukan Anak Kecil Lagi!

    Pukul empat pagi, Ruby sudah beranjak dari ranjang dan membersihkan diri ke kamar mandi. Hari pertama yang dia jalani tanpa orang tua dengan tempat yang baru akan segera dimulai. Ruby menuruni tangga menuju lantai pertama untuk menyapu seluruh rumah sebelum mengepelnya.Rumah Andra memiliki dua lantai, lantai pertama terdapat kamar tidur Hani, dapur, toilet serta ruang tamu. Sementara lantai dua hanya terdapat dua kamar tidur yang ditempati Andra dan satunya mejadi kamar Ruby yang akan menjadi tempat istirahat dan pulangnya.Ketika waktu menujukan pukul enam tepat, Ruby selesai mengepel seluruh lantai rumah. Dia hanya perlu waktu sepuluh menit untuk istirahat duduk, minum air dan melamun sebelum kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan."Nak, biar Nenek aja yang masak. Setelah ini kamu kerja, kan?"Ruby menoleh ketika Hani datang dengan tergopoh-gopoh. Ruby menyimpan mangkuk di meja makan sebelum merangkul lengan Hani untuk duduk."Gapapa, Nek. Lagipula sarapannya sudah sele

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status