แชร์

2. Keputusan Ruby

ผู้เขียน: VAD_27
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-18 23:07:00

Ruby menatap sendu pada gundukan tanah dengan bibir bergetar yang tidak dapat berhenti menangis. Netranya mengabur ketika air mata luruh melewati pipinya. Dia tidak pernah menyangka akan mendapatkan hadiah perpisahan sekolah dengan perpisahan yang sesungguhnya.

Padahal baru satu tahun yang lalu dia mengunjungi pemakaman Ibunya dengan rasa kehilangan dan tidak percaya. Hari ini dia harus kembali menghadapi kenyataan pahit bahwa yang di ambil darinya kali ini adalah Ayahnya.

Bahkan Ruby tidak tahu apa penyebab kecelakaannya karena otaknya mendadak berhenti berfungsi ketika Polisi dan para orang dewasa menjelaskan. Yang keluar hanya tangis tanpa kata apapun.

Ruby sangat menyayangi Sapta meskipun dia bukan Ayah kandung Ruby. Dia menyayangi Sapta sebagai Ayahnya.

"Ruby, kamu yang tenang, ya? Harus kuat." Ujar Hani, wanita berumur yang merupakan Ibu dari Andra.

Ruby menggeleng pelan, dipaksa kuat pun, dunianya benar-benar sedang hancur.

Bagaimana mungkin Ruby kuat menjalani hidup tanpa penopang yang di sebut orang tua.

Bisakah dia?

**

"Terimakasi sudah datang hari ini, Ruby. Saya tahu baru satu hari setelah kepergian almarhum Sapta, tapi kami terpaksa mengundang kamu kemari untuk membuat keputusan. Memang kita tidak terikat darah, saya hanyalah teman dari almarhum Ayah kamu. Tapi tetap saya merasa punya tanggung jawab untuk membantu kamu, terlebih karena kamu adalah anak dari sahabat saya. Sapta meninggal karena tertabrak oleh mobil dan jatuh ke laut. Saya berada di sana tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa, sekali lagi maafkan saya." Ujar Andra yang duduk di sofa single.

Ruby mendengarkan dalam diam sebelum mengangguk pelan, meskipun ada rasa sedikit belum terima, tapi dia tahu bahwa kematian Ayahnya bukanlah salah Andra. Hani, wanita berumur yang merupakan Ibu dari Andra itu merangkul Ruby, berharap bisa menghantarkan kekuatan.

"Bukannya saya ingin ikut campur dan mengatur hidup kamu, tapi disini kamu harus membuat keputusan. Sekarang kamu sendirian, dalam artian sebenarnya. Kamu harus membuat keputusan yang akan menentukan hidup kamu ke depannya." Ujar Andra membuat Ruby mengernyit karena kepalanya pusing.

Dia belum siap.

Dunia terasa berputar lebih cepat di sekitarnya. Ruby masih perlu waktu untuk menatah hatinya yang pecah tapi dunia benar-benar tidak memberi waktu pada dirinya bahkan untuk sekedar bernapas dan berduka atas kematian Ayahnya.

"Maaf sebelumnya, tapi bisakah Bapak memberi waktu pada saya? Sa-saya belum siap. Hati dan pikiran saya masih belum sinkron. Saya tidak dapat memikirkan apapun. Ini terlalu cepat." Ujar Ruby.

"Begitulah menjadi dewasa, Ruby. Kamu dituntut untuk menelan rasa sakit bulat-bulat dan membuat pilihan hidup. Karena dunia tidak akan menunggu kamu, dia bahkan berputar lebih cepat dan meninggalkan kamu jika kamu masih belum move on dari satu situasi." Ujar Andra menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Biarkan dia tenang dulu, Ndra. Ruby baru berusia tujuh belas, meskipun harus menjadi dewasa tapi tetap ini adalah yang pertama kali untuk dia membuat pilihan hidup sendiri. Dia baru saja kehilangan orang yang di sayang, mari kita mengerti keadannya. Bagaimanapun Ruby masih tahap menginjak dewasa dan mandiri. Tidak apa memberi waktu sebentar." Ujar Hani.

Andra menghembuskan napas kasar, pemikirannya Ibunya sangat tidak cocok dengan prinsipnya yang serba cepat dan tidak bertele-tele. Tapi kali ini Andra harus mengalah.

"Kalau begitu, bicara dan cari saya jika kamu sudah siap. Saya ingin membantu kamu karena kewajiban dan juga saya tahu tidak ada saudara dari pihak kedua orang tua kamu yang hadir saat ini, kan? Maka dari itu kamu leluasa meminta bantuan, entah itu pendapat atau yang lain pada saya." Ujar Andra sebelum beranjak berdiri.

"Beri saya waktu satu jam, Pak!"

Andra mengangkat alisnya, "Apa itu cukup?"

Dia pikir Ruby akan meminta waktu yang lebih lama.

Ruby mengangguk yakin, "Lagipula jika diberi lebih banyak waktu, saya malah akan makin terpuruk dalam kesedihan. Jadi biarkan saya menatah hati saya dalam satu jam, setelah itu saya akan membuat keputusan."

Andra mengangguk sebelum beranjak pergi.

Senyuman hangat menghiasi wajah keriput Hani, "Kamu boleh istirahat di sini, Nak. Panggil Nenek jika butuh bantuan."

"Makasih Nek."

**

"Jadi, keputusan kamu?" Tanya Andra setelah kembali duduk di sofa ruang tamunya setelah menunggu satu jam.

"Saya memutuskan untuk sewa kos karena tidak mungkin saya tinggal bersama saudara pihak Ibu, Bapak tahu sendiri mereka memutus hubungan semenjak Ibu menikah dengan Ayah. Tinggal dengan saudara pihak Ayah pun saya tidak mau karena mereka berbeda provinsi. Untuk rumah akan saya jual. Untuk penjualannya, saya ingin minta tolong Pak Andra mengurusnya, apa boleh?"

"Saya tidak keberatan mengurus penjualan rumah kamu. Tapi jika kamu ingin tinggal dengan saudara pihak Ayah, masalah berbeda provinsi mudah. Saya yang akan menanggung ongkosnya dan mengantarkan kamu dengan selamat." Ujar Andra membuat Ruby menggeleng pelan.

"Alasan yang lainnya karena saya tidak terlalu kenal dengan mereka. Kami hanya bertemu sekali, karena Ayah jarang membawa keluarga ke sana. Dan lagi, saya masih ingin menggapai mimpi, berkuliah lalu bekerja disini."

"Tapi, Ruby. Uang penjualan rumah tidak akan cukup menanggung seluruh biaya hidup kamu. Mungkin itu hanya bisa membiayai kamu selama beberapa bulan ke depan." Ujar Pak Andra membuat Hani mengangguk setuju.

"Saya seorang tiktoker Pak. Saya membuat konten tutorial make-up. Meskipun gaji saya belum besar dan masih belum cukup menghidupi biaya sehari-hari, tapi saya ingin berjuang demi hidup dan pendidikan. Selain jadi tiktokers, saya akan bekerja serabutan, entah sampai berapa tahun ke depan, yang penting sampai saya bisa mandiri dan semua tabungan yang saya kumpulkan cukup." Ujar Ruby.

"Kalau begitu kamu tinggal disini saja, Nak. Lumayan dapat menghemat pengeluaran kamu untuk bayar sewa kos, kan? Dan lagi disini juga aman."

Sontak Ruby terkejut dengan penuturan Hani.

"Tapi itu agak--," ujar Ruby menggaruk belakang kepala ragu.

"Mungkin memang agak nekat. Tapi jika kamu akan tinggal di sini, kamu tidak perlu khawatir karena saya tinggal dengan Ibu saya." Ujar Andra membuat Ruby lebih terkejut.

"Bapak masih tinggal dengan orang tua?"

"Ayah saya sudah meninggal dua tahun lalu, dan para kakak saya sudah menikah. Saya tidak tega membiarkan Ibu saya tinggal sendiri, maka dari itu kami tinggal bersama." Ujar Andra membuat Ruby membulatkan bibirnya paham.

Ternyata Pak tua menyebalkan ini anak berbakti juga.

"Jadi keputusan kamu?" Tanya Andra.

Ruby menghembuskan napas dalam, sebenarnya tawarannya tidak buruk juga, apalagi Ruby dapat menghemat pendapatan dan nanti dia akan menyisihkan uangnya untuk membayar biaya makan dan hidup pada Andra dan Hani meskipun mereka tidak meminta, tapi Ruby tahu diri.

"Baik, saya sudah memutuskan untuk tinggal bersama Pak Andra." Ujar Ruby menatap Andra yang juga menatapnya.

Andra mengangguk sebelum meminum kopinya dengan Hani yang menepuk punggung Ruby senang karena akan ada teman mengobrol.

Ruby memilin jemarinya, entah bagaimana kedepannya ketika dia tinggal bersama Andra.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   3. Bukan Anak Kecil Lagi!

    Pukul empat pagi, Ruby sudah beranjak dari ranjang dan membersihkan diri ke kamar mandi. Hari pertama yang dia jalani tanpa orang tua dengan tempat yang baru akan segera dimulai. Ruby menuruni tangga menuju lantai pertama untuk menyapu seluruh rumah sebelum mengepelnya.Rumah Andra memiliki dua lantai, lantai pertama terdapat kamar tidur Hani, dapur, toilet serta ruang tamu. Sementara lantai dua hanya terdapat dua kamar tidur yang ditempati Andra dan satunya mejadi kamar Ruby yang akan menjadi tempat istirahat dan pulangnya.Ketika waktu menujukan pukul enam tepat, Ruby selesai mengepel seluruh lantai rumah. Dia hanya perlu waktu sepuluh menit untuk istirahat duduk, minum air dan melamun sebelum kembali berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan."Nak, biar Nenek aja yang masak. Setelah ini kamu kerja, kan?"Ruby menoleh ketika Hani datang dengan tergopoh-gopoh. Ruby menyimpan mangkuk di meja makan sebelum merangkul lengan Hani untuk duduk."Gapapa, Nek. Lagipula sarapannya sudah sele

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   4. Tidur Itu Pakai Baju!

    Ruby duduk di kursi dengan nampan di tangannya sebelum netranya menatap gadis berambut pendek dengan gaya tomboy duduk di depannya sambil melahap makanannya.Ruby meraih gelang yang ada di lengannya sebelum menggigit dan tangannya meraup rambut menjadi satu, memperlihatkan leher jenjang dan tulang selangkanya yang mulus kemudian mengikatnya.Gerakan Ruby barusan sukses menarik perhatian para pengunjung Cafe lain yang berjenis kelamin laki-laki. Wajar saja, mengingat kecantikannya yang mencolok mata."Gini ya temenan sama seleb Tiktok. Jadi pusat perhatian mulu." Sindir Karin. "Eh, setelah ini elo mau ikut main gak?""Gas." Jawab Ruby langsung."Gila, bahkan elo gak nanya main kemana. Tapi enaknya temenan sama elo itu, gak pernah nolak kalau di ajak main." Ujar Karin membuat Ruby tertawa kecil."Jelaslah! Gue kan mau menikmati masa muda yang kerjaannya kuliah, main, belajar, pacaran dan gak perlu mikirin pusingnya nyari uang dan capeknya kerja." Jawab Ruby membuat Karin mengangguk makl

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   5. Tertangkap Kiss

    Andra sontak menutup pintu kamar Ruby dengan keras sebelum menyandarkan punggungnya dengan napas memburu. Andra mengusap keningnya, tiba-tiba badannya terasa panas ketika bayangan punggung polos Ruby kembali hinggap di kepalanya membuat Andra memukul kepalanya sendiri ketika otaknya sudah tidak bisa dia kontrol."Ruby! Cepet turun sarapan!" Teriak Andra sebelum berlari turun.Tangannya terulur mengisi gelas dengan air putih sampai penuh dan sedikit tumpah sebelum menghabiskannya dalam satu kali tegukan ketika tenggorokannya tiba-tiba kering.Andra menghidupkan AC, menambah suhu mendapati badannya tiba-tiba panas. Andra menarik napas dalam, mencoba untuk tenang tapi reaksi tubuhnya tidak dapat dia kontrol.Hani yang duduk di depan Andra jadi mengerjap, mendapati anak bungsunya yang biasa tenang kini bergerak-gerak gelisah.Andra berdecak sebelum kembali mengambil air mineral dan menenggaknya sebelum dia menyemburkan airnya ketika mendapati Ruby turun dari tangga dengan rambut acak-acak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   6. Mari menikah

    "Kamu tahu apa salahmu?"Ruby menundukkan kepala, meremas ujung sofa yang dia duduki sambil mengangguk, mengakui bahwa dia salah."Lain kali jangan bawa pacar kamu ke sini!" Andra memperingatkan membuat Ruby mendongkak menatapnya yang berdiri menjulang di depannya."Kalau gitu saya mau keluar dari rumah ini untuk ngekos."Andra sontak mengangkat alis sambil menatapnya tidak percaya."Kamu meminta saya mengijinkan kamu tinggal sendiri setelah saya melihat kamu dan pacar kamu hampir ciuman?!""Bukannya kalau pacaran, ciuman itu hal biasa, Pak?" Tanya Ruby melengos kasar."Saya mengerti, untuk hubungan asmara anak muda yang membara itu adalah hal yang sama dengan pegangan tangan. Tapi bagaimana jika kalian kebablasan saat sedang berdua di kosan? Tidak ada yang tahu! Nafsu bisa datang saat berduaan, maka dari itu yang ketiganya setan!" Ujar Andra membuat Ruby menunduk."Maafkan saya, Pak. Saya tidak akan mengulanginya." Ujar Ruby ketika menyadari bahwa memang dialah yang salah membawa ora

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   7. Rasa Suka

    Andra membanting pintu kamarnya sebelum mengacak belakang rambutnya sendiri dengan gusar. Andra berjalan mondar-mandir sebelum berdecak dan duduk di kursi kerjanya sambil kembali mengacak rambutnya kesal.Netra Andra melirik pada ponsel yang berada di atas meja, menimang-nimang sebelum meraih dan menekan nomor Brian. "Wah, ada apa Pak Dosen nelpon malem-malem?" Tanya Brian di seberang telpon."Bri, gue ... ehm kenapa ya, gue?" Tanya Andra sambil mengernyit dan mengacak rambutnya sendiri."Lah? Mana gue tahulah, nyet! Lo kenapa? Kok kayak lagi gelisah gitu? Gak biasanya, padahal elo itu tipe yang paling tenang diantara kita." Ujar Brian."Gue juga gak tahu kenapa gue kayak gini.""Ck, ceritain pelan-pelan."Brian tertawa setelah mendengar Andra bercerita bahwa dia marah karena Ruby akan berciuman dengan pacarnya."Fiks, sih! Elo suka sama anak yang namanya Ruby! Eh, sorry! Bukan anak-anak ya? Udah dewasa!" Ujar Brian sambil tertawa geli."Suka sama Ruby? Gak mungkin. Apa mungkin gue u

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   8. Dihukum

    "Ha? Dihukum? Pak Andra ngomomg apa, sih?" Tanya Ruby meneguk ludah gugup tatkala Andra mengikis jarak, tangan Ruby terjulur mendorong dada Andra namun gagal tatkala Andra menyingkirkan tangannya sebelum mendorong bahu Ruby.Memojokannya membuat punggung Ruby menyentuh pintu kulkas, Ruby tidak bisa kabur tatkala Andra mengurung tubuhnya dengan kedua tangan membuat Ruby meneguk ludah, melirik takut-takut pada Andra yang menatapnya tajam dengan raut wajah mengeras."Dari kapan mau merokok?" tanya Andra membuat Ruby meneguk ludah."U-udah lama, Pak. Tapi saya gak sering kok." Ujar Ruby meringis pelan sebelum tersentak tatkala Andra merampas rokok di tangannya sebelum melemparkannya pada tempat sampah."Saya memang bukan siapapun, saya tidak punya hak melarang kamu merokok, tapi mohon mengikuti peraturan di rumah ini, jangan merokok di sekitaran apalagi di dalam rumah karena orang tua saya masih tinggal di sini, Ruby. Asap rokok bisa sangat berbahaya jika dihirup dan mengepul dalam rumah.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-26
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   9. Modus

    "Ruby, kamu gak sarapan?" Langkah Ruby terhenti, dia meneguk ludah, perilaku Andra padanya tadi malam masih membekas di setiap ingatan atau kulit dan bibir yang Andra sentuh. Kepala Ruby menggeleng kuat, mengenyahkan pikiran gilanya. "Aku mau sarapan di kampus aja, bareng pacar aku." Jawab Ruby, menekankan kalimat terakhir sebelum tersenyum sopan dan menunduk untuk pamit. Andra yang tengah duduk di meja makan jadi menatap punggung Ruby yang menghilang dari balik pintu sebelum menghembuskan napas kasar. Sepertinya akan sulit sekali mendapat hati gadis itu meskipun Andra sudah terang-terangan, apalagi masih ada nama lelaki lain dalam hatinya. * "Lo ngapain bengong di sini?" Ruby tersentak tatkala Karin sudah ada di sampingnya. "Gue lagi nungguin Dika." jawab Ruby meringis pelan, berdiri di samping pintu kelas yang tertutup sebelum pintunya terbuka, para mahasiswa dan mahasiswi mulai keluar. Sementara kelas Ruby sudah selesai lebih awal, dia berniat pulang bersama Dika."Kal

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-01
  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   10. Jambret

    "Permisi, Pak Andra."Ruby sontak mendorong Andra menjauh sampai tubuh lelaki itu terjungkal ke tepi sofa, Ruby refleks berdehem canggung, berpura-pura sibuk pada kertas lagi sebelum mendongkak menemukan Sinta yang membuka pintunya barusan.Ternyata Dosennya yang lain."Ada apa, Bu?" tanya Andra setelah berdehem pelan."Bapak sibuk? Saya mau mendiskusikan hal yang kemarin saya bilang. Bapak ada waktu?" tanya Sinta, melirik Ruby sebelum membalas senyum mahasiswinya.Andra sontak mengangguk sebelum mempersilahkan Sinta duduk. Senyum segaris sontak tersungging dari bibir Ruby, harus bagaimana dia sekarang? Entah kenapa ini canggung sekali, mana pekerjaan yang dimintai tolong oleh Andra belum selesai. Ini terasa canggung karena Ruby sesekali melirik pada Sinta yang seperti tidak nyaman dengan kehadiran Ruby di ruangan ini.Ruby mengerti sekali tatapan Sinta pada Andra. Sudah jelas dosen perempuannya itu menyukai om-om modus di sebelahnya ini. Tatapan netranya persis seperti saat Ruby mena

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-08

บทล่าสุด

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   22. Jika Ruby sakit, maka Andra jauh lebih sakit.

    Netra Andra melebar dengan jantung mencelos tatkala mendapati untuk pertama kalinya Ruby menginginkan untuk menyentuh bahkan memeluk Andra dengan kesadarannya sendiri. Kening Andra mengernyit, hatinya ikut sakit saat mendapati pundak Ruby bergetar dengan tangisnya yang menyayat pilu. Andra segera membawanya ke pelukan lebih erat, mengusap punggungnya mencoba menenangkan sebelum menggendong Ruby tanpa mengubah posisinya dengan muda dan membawanya masuk ke mobil.Andra menempatkan Ruby di kursi samping kemudi sebelum dia beralih ke kursinya sendiri. Andra mengambil selimut, memakaikannya pada tubuh Ruby yang menggigil kedinginan baru Andra mendekat untuk membantu memasangkan sealt belt. Tangis Ruby tidak reda, namun bibirnya tetap bergetar dan terisak.Andra mengambil beberapa lembar tisu, melap wajahnya yang basah juga sisi wajahnya yang kotor karena tanah kuburan yang menempel di sana. Setelahnya Andra baru memberikan mug hangat berisi air hangat, memaksa kedua tel

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   21. Cinta tidak selalu berakhir baik

    Tangan Ruby bergetar, napasnya memberat dengan netra memburam karena air mata melesak berlomba agar keluar dan turun membasahi mata. Napasnya mulai memburu namun dengan cepat dia memfoto semua riwayat chat Dika dan wanita itu yang diberi nama 'Penjual Galon' oleh Dika. Setelah mendapatkan semua bukti, Ruby melempar ponsel Dika ke kursi, dia menyambar tasnya dan segera berlari keluar dari sana dengan kaki pincang dan menjeritkan tangis pilu. Ruby masih terus berlari menjauhi rumah Dika, dia membelah jalanan komplek sebelum berbelok ke gang sempit antar celah rumah setelah mendengar suara Dika meneriakan namanya keluar rumah. Ruby memaksa kakinya yang pincang untuk berlari keluar dari gang sempit, dia menginjak jalanan besar perumahan kembali sebelum berlari untuk keluar dari sana. Tangisnya tidak berhenti, malah semakin keras dan keras. Dia mematikan ponselnya agar Dika tidak bisa melacak keberadaannya lewat aplikasi track girlfriend. Air

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   20. Menjilat ludah sendiri

    "Kemana pacar kamu? Udah pulang?" Tanya Andra setelah menginjak anak tangga terakhir. Wajahnya sudah lebih segar setelah mandi, mengenakan kaos rumahan dan celana joger panjang.Ruby yang tengah duduk di sofa jadi menoleh. "Dika di toilet. Kita mau jalan sekarang."Andra bisa melihat Ruby tampil lebih segar dengan dress polkadot merah semata kaki dibalut kardigan berwarna tulang. Rambut panjang diikat kuda.'Cantik seperti biasa.' Puji Andra dalam benaknya."Jalan kemana? Mau kukuh padahal kaki kamu lagi sakit?" Tanya Andra tidak habis pikir."Mau kemana pun bukan urusan Bapak, kan? Lagipula saya cuman main ke rumah Dika. Itupun gak akan banyak gerak, karena dia bisa gendong saya kapanpu. Kita cuman mau nonton." Jawab Ruby agak kesal karena tidak mau dikekang oleh seseorang yang bahkan bukan siapa-siapanya.Andra jadi mengernyit, nonton film? Di rumah cowok? Berduaan?Andra jadi teringat pernah menggep Ruby dan Dika yang

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   19. Pendapat Brian tentang komitmen untuk pria tuwir

    "Kenapa? Lo ketemu pacarnya Ruby?" Tanya Brian, nadanya lebih tenang sambil menahan tawa geli. Ini pertama kalinya, sahabatnya Andra uring-uringan karena seorang wanita.Mungkin ini akan menjadi hal penting dalam pertumbuhan perasaannya, sepertinya Brian akan merecord percakapan ini dan menyebarkan ceritanya di grup chatting circle mereka. Hitung-hitung hiburan di tengah hiruk pikuknya dunia kerja. Dan Andra yang menjadi topik hiburannya.Andra menghela napas kotor, menyugar rambutnya frutasi sebelum menahan tubuhnya pada tembok. "Dia datang ke rumah, jemput Ruby buat date. Kaki Ruby lagi cedera, gue pikir itu bisa jadi alesan buat mereka gagal date. Sialannya, mereka malah mesra-mesraan depan gue, mana nyokap welcome dan nawarin sarapan bareng lagi."Brian sontak terbahak lebar, bisa dipastikan dia tengah menahan perutnya yang geli sambil memukuli pahanya sendiri berkali-kali sekarang."Udah ketawanya?" Tanya Andra jengah."Ha ha ha. Hab

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   18. Andra cemburu

    Andra menghela napas panjang, membiarkan suara bel berdenting memenuhi pendengarannya dengan emosi naik turun dan napas memburu. Melihat Andra tidak ingin beranjak membuat Hani mengambil alih untuk membukakan pintu. "Maaf ngerepotin, Nek." Ujar Ruby meringis bersalah karena kakinya. Hani hanya menggeleng pelan sebelum berlalu, meninggalkan Ruby dan Andra yang berada dalam keheningan. Tidak ada yang menyentuh alat makan mereka. Ruby merasakan aura dingin kuat yang menguar dari Andra tapi dia bungkam. "Apa gak sebaiknya janji kalian dibatalkan?" Tanya Andra setelah bergeming lama, menyahut datar dan penuh penekanan. Ruby sontak menoleh protes, "gak bisa dong, Pak! Kita udah gak ketemu seminggu ini dan cuman ngabarin lewat chat. Ini udah hari yang aku tungguin dari kemarin." Hati Andra serasa diremas mendengar jawabannya, panas, emosi dan cemburu bercampur aduk menjadi satu. Namun Andra menahannya meskipun raut

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   17. Keputusan pindah rumah dan Dika

    Begitu melihat Hani, sakit di pergelangan kaki Ruby sontak menghilang. Dia mendorong Andra sampai terjungkal ke belakang sebelum berdehem canggung."Tadi biaya diurutnya berapa, Nek? Aku ganti." Ujar Ruby, mengalihkan topik."Gak usah. Saya yang tanggung. Lagian jumlahnya gak banyak, kamu gak perlu ngerasa gak enak." Tolak Andra, beranjak berdiri sebelum meneguk segelas air dari atas meja.Hani mengangguk, mengambil alih duduk di sebelah Ruby sebelum mengusap bahunya penuh sayang. "Kamu jangan pikirin biayanya, ya? Lagipula, masalah kamu bayar karena tinggal di sini juga, Nenek masih kurang setuju sampai sekarang."Ruby terkekeh pelan, meraih jemari Hani yang sudah layu dengan permukaan tangan kasar namun hangat. "Ini kan kemauan aku sendiri, gapapa. Efek positivenya aku bisa mandiri. Meskipun kedepannya mungkin, aku bakal pikirin buat keluar dari sini dan ngekos."Sontak Andra maupun Hani terkejut samar."Kamu mau keluar dari rumah ini?" Tanya Hani."Kenapa mendadak?" Tanya Andra.Ru

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   16. Diurut

    Andra menaikan alisnya saat mendapati seorang pria kepala tiga, mungkin sebaya dengannya tengah melambai tinggi ke arah Ruby dengan senyumnya yang lebar. Andra tidak pernah melihatnya sebelumnya."Dia siapa?" Tanya Andra menoleh pada Ruby."Ah, itu ... Bapak inget waktu aku kecopetan? Beliau yang bantuin ngurus semuanya di kantor polisi. Dia aparat polisi, pak." Jawab Ruby agak berbisik, Andra sampai teralihkan karena panasnya napas Ruby yang menyentuh ujung telinganya, membuatnya tergelitik dalam perasaan senang."Hai.""Halo, pak Juan." Sapa Ruby melempar senyum sopan dan mengangguk.Juan jadi ikut tersenyum, agak terpana melihat Ruby yang berkeringat dengan seragam jogging, membuatnya nampak sangat segar dan muda. Andra yang menyadari tatapan terpana itu jadi menggeser tubuh membuat kini tubuh Andra yang menghadap Juan dengan Ruby di belakangnya."Ah, ini?" Tanya Juan melirik pada Ruby di belakang Andra."Saya—,""Ini saudara saya." Jawab Ruby cepat membuat Andra melotot samar, tid

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   15. Awal hubungan

    Andra menipiskan bibir saat Ruby menampilkan raut wajah enggan dan canggung yang kentara, entah kenapa membuat hatinya teremas sakit. Sebegitu tidak maunya kah Ruby bersentuhan dengan dirinya? Padahal Andra tidak punya penyakit menular yang menyebabkan kematian.Jika tahu Ruby akan canggung dan menghindarinya seperti ini, Andra agak menyesal telah mengungkapkan perasaannya. Seharusnya Andra menahan diri, namun ternyata perasaannya bisa meledak begitu saja hanya dengan melihat wajah Ruby."Pak?" Panggil Ruby sebelum mengerjap tatkala menemukan raut wajah Andra yang menurun dengan gurat murung."Ruby, kamu tunggu di sini, ya? Saya bakalan pulang buat ambil kendaraan. Gak akan sampai lima menit, habis itu kita langsung ke klinik." Ujar Andra setelah termenung lama. Andra tidak bisa memaksa jika Ruby tidak ingin dia gendong. Lagipula wajar, dia wanita yang sudah dewasa dan Andra juga pria dewasa."Pak! Tunggu! Nanti Bapak bakal bolak-balik kalau gitu!" Tukas Ruby membuat langkah Andra yan

  • Teman Ayahku Yang Panas Menginginkanku!   14. Jogging

    "Tumben udah bangun. Mau kemana kamu?" Tanya Hani, menyimpan segelas air putih di meja makan sebelum meniti penampilan Andra dari atas ke bawah. Biasanya saat wekeend seperti ini, Andra akan bangun lebih siang karena ini merupakan kesempatan liburnya dari rutinitas harian dan menumpuknya pekerjaan.Tapi kali ini, putranya sudah siap dengan kaos hitam dengan bahan menyerap keringat dan celana joger abu-abu."Olahraga. Udah lama badan gak gerak." Jawab Andra, mendekat pada Hani sambil melakukan peregangan."Gimana keadaan Bang Putra ? Udah sehat? Aku gak enak karena gak jenguk." Ujar Andra mengingat Hani menginap di rumahnya beberapa hari ini.Hani menggeleng sekilas, "Putra sendiri yang larang kamu datang. Dia gak mau repotin kamu apalagi tahu kalau kamu selalu sibuk sama kerjaan. Ini juga bukan operasi gede. Usus Putra udah baik-baik saja. Untung istrinya Putra baik, perhatian dan bisa ngurus suaminya dengan baik." Ujar Hani membuat Andra mengangguk, turut merasa lega."Kamu kapan pun

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status