Beranda / Romansa / Tears / Chapter 3

Share

Chapter 3

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-19 17:05:03

Galaksi menghentikan mobilnya sesuai dengan aba-aba yang diberikan oleh Ibell. Mbok Darmi telah berdiri di teras. Menunggu kepulangan Ibell. Wajah tuanya penuh dengan kecemasan akan nasib mereka ke depannya.

"Neng, kita sebaiknya mulai  nyari kontrakan baru. Mbok takut besok-besok mereka bakalan ngerusuhin si Eneng lagi. Mbok khawatir Eneng nanti diapa-apain sama mereka. Eneng sekarang udah besar. Bahaya kalau dekat-dekat mereka." Dalam kecemasan Mbok Darmi mengajak Ibell duduk di kursi plastik teras. Kebingungan harus berbuat apa. Mbok Darmi bahkan melupakan kehadiran teman Ibell. Ia sangat cemas.

Dalam kebingungan yang sama, Ibell menatap Mbok Darmi dengan pandangan penuh kengerian. Satu-persatu ingatan tentang masa lalu, berdesakan keluar. Mereka yang diseret keluar dari rumah, dibentak-bentak sepanjang jalan agar melunasi hutang-hutang ibunya kembali memasuki benaknya. Ibell ketakutan dan mulai gemetaran tidak terkendali.

Ibell mempunyai kebiasaan gemetaran hebat, kalau sedang dalam keadaan panik luar biasa atau pun ketakutan. Karena di saat itu benaknya seakan diserbu oleh ratusan monster yang keluar dari kolong tempat tidurnya. Mereka seakan-akan berlomba memakannya. Itu semua bermula saat mommynya selalu menakut-nakutinya apabila ia tidak bisa tidur. Sementara mommynya sudah tidak sabar ingin dugem bersama teman-temannya yang telah menunggu di mobil.

Mommynya mengarang cerita, bahwa di bawah kolong tempat tidurnya, ada segerombolan monster yang tinggal di sana. Apabila ia nakal dan tidak mau tidur, maka mereka semua akan keluar dan beramai-ramai menyantapnya sebagai menu makan malam. Sewaktu kecil biasanya Ibell akan langsung berkeringat dingin dan ketakutan. Akibatnya ia malah semakin tidak bisa tidur.

"Neng... Neng... udah nggak apa-apa, Neng. Nggak ada monster di sini. Monsternya sudah pergi. Udah Neng!Udah ya? Lihat Mbok Neng, Lihat Mbok!" Mbok Darmi memeluk anak majikannya sambil terus berusaha mengarahkan wajah Ibell agar menghadap padanya.

"Ampun... Ampun! Tolong jangan makan Ibell. Ampun!" Ibell yang masih saja terbawa ilusi masa lalu, terus berjongkok sambil membenamkan wajah di antara lututnya. Mencoba meredam kengerian yang mulai merasuki jiwanya. Dia takut!

Galaksi Andromeda sejenak terpana memandang keadaan Ibell. Dia bukanlah orang yang gampang baper terhadap sesuatu ataupun seseorang. Teman-teman kampusnya malah menjulukinya raja tega. Karena berkali-kali menolak pernyataan cinta dari rekan-rekan maupun adik kelasnya. Tetapi kalau sekedar ena ena just for fun dengan mereka semua, Galaksi oke-oke saja. Asalkan sesuai dengan seleranya. Lo dapet enaknya, gue juga dapat mengosongkan kantong sperma. Juga dengan satu syarat, no commitment. Ya, ia memang sebejat itu!

Tapi entah kenapa kali ini ia  ingin memeluk seorang perempuan tanpa modus untuk menidurinya. Pelukan yang ingin diberikannya kali ini adalah murni pelukan untuk, apa ya? Ia sendiri pun susah untuk menjabarkannya. Sedikit rasa nyaman mungkin.

"Neng, sadar Neng! Lihat Mbok Neng. Ini Mbok Darminya Eneng."

"Oh, Mbok Darmi. Maaf ya tadi Ibell agak kacau pikirannya. Hehehe... Mbok gini cantik mana mungkin jadi monster ya, Mbok ya? Kalau Mbok jadi monster nanti Ibell sama siapa?" Ibell yang mulai tersadar, segera memeluk erat si mboknya seakan-akan takut ditinggal.

"Ibell hanya punya si mbok. Ibell cuma punya si mbok." Ibell berguman berulang-ulang. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau si mboknya tetap bersamanya.

"Bagaimana kalau Ibell dan Mbok Darmi sementara tinggal di rumah saya saja dulu. Mau?" Galaksi berjongkok di samping Ibell yang masih memeluk erat mboknya di teras rumah.

"Aden ini siapa ya? Kok rasa-rasanya Mbok pernah lihat. Tapi di mana ya? Sek... sek... sek... ini Den Galaksi majikan kecilnya Mang Dadang toh? Yang dulu suka beli kue-kuenya si Mbok?" Mbok Darmi tertawa gembira. Ia ingin raut wajah tengih si bocah yang kini telah dewasa.

"Hahahah... iya, Mbok. Wah si Mbok langsung inget. Nggak kayak seseorang. Harus dikasih clue berkali-kali dulu baru inget." Galaksi melirik Ibell yang terlihat malu dan serba salah. Ibell tidak nyaman karena telah memperlihatkan kelemahannya tanpa sengaja.

"Hehehe. Den Galaksi sudah dewasa sekarang ya? Nguanteng lagi. Apa kabar Mang Dadang, Den? Masih jadi supirnya Den Galaksi ndak?"

"Mang Dadang sudah pensiun sekarang, Mbok. Kasihan sudah tua masak disuruh kerja terus? Sekarang beliau sudah kembali ke desa. Berkumpul dengan anak cucunya. Tawaran saya bagaimana Mbok? Mau tinggal sementara di rumah saya, sebelum kita mencari rumah kontrakan yang baru?" Mbok Darmi memandang Ibell. Meminta pertimbangan tanpa suara. Ibell menggeleng tegas.

"Terima kasih tawarannya, Kak. Tapi Ibell rasa tidak perlu. Ibell sudah capek terus melarikan diri dari mereka. Ibell akan mencoba menyelesaikannya sendiri satu persatu. Entah dengan cara mencicil atau apa. Ibell capek hidup seperti buronan, Kak. Sekarang Ibell masuk dulu ya, Kak? Mau menyelesaikan tugas untuk besok. Kalau tidak selesai,  bisa kena hukum nanti satu kelompok." Ibell mengalihkan pembicaraan.

"Kamu kelihatannya sangat capek, Ibell. Ayo kita masuk. Kakak bantu menyelesaikan tugasmu." Ibell mengiyakan. Galaksi sudah berbaik hati mengantarnya pulang. Tidak ada salahnya membiarkannya singgah sebentar.

Saat mengerjakan tugas, Ibell sudah sangat lelah. Ia hanya sempat menulis tugasnya separuh. Karena ia telah tertidur pulas dalam posisi duduk. Kepalanya terkulai di meja belajar.

Alhasil Galaksi lah yang menyelesaikan salinan tugas Ibell, yang rangkumannya  mencapai dua lembar halaman double folio. Galaksi merasa tangannya mulai kram karena kelamaan menulis.

Semua demi putri ompongnya. Tidak apa-apalah. Tanam budi saja dulu, biar metik hasilnya nanti lebih gampang. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Masuk ke toilet saja bayar kan?

Galaksi tidak tahu, bahwa yang namanya cinta itu bisa menyamar dalam bentuk apapun. Bisa dalam bentuk kasihan, simpati, suka bahkan benci. Dia tinggal masuk diam-diam. Menelusup perlahan melalui kisi-kisi relung hati, dan selanjutnya menguasai benaknya dengan bayangannya. Untuk selanjutnya merajai hatinya untuk selamanya.

***

Ibell turun dari angkot dengan dua keranjang kue ditangan kanan dan kirinya. Bu Manan, Ibu kantin kampus ternyata jadi memesan kue-kue basah dari Ibell. Rupanya saat Ibell ketiduran semalam, Mbok Darmi lah yang mengangkat teleponnya dan sekaligus bangun lebih pagi untuk membuat kue-kue pesanan Ibu kantin tersebut. Ibell juga kaget sekaligus lega, saat tahu bahwa tugas kelompoknya telah diselesaikan dengan baik oleh Galaksi. Jujur, setelah sekian lama terbiasa hidup mandiri tanpa pernah merasa dimanja dan didukung oleh siapapun, sudut hatinya sedikit tersanjung saat menerima perhatian dari seseorang, apalagi itu dalam bentuk lawan jenis yang semenawan Galaksi. Ayolah, bagaimana pun Ibell adalah seorang gadis remaja belasaan tahun yang hatinya mulai merasakan debar-debar aneh saat berdekatan dengan lawan jenisnya.

Bunyi bel panjang menandakan bahwa semua kelompok MABA wajib apel pagi dan mulai berkumpul dilapangan. Ibell dan ke tujuh temannya dalam satu kelompok pun mulai berbaris memanjang kebelakang dan Ibell lah yang berdiri paling depan sebagai ketua kelompok. Sebenarnya kemarin Ibell sudah menolak pengangkatannya sebagai ketua kelompok secara sepihak itu. Karena rata-rata kelompok yang lain ketuanya 99% adalah laki-laki. Hanya Ibell dan Rosni saja yang perempuan. Itu jika kita diperbolehkan untuk melihat KTP Rosni, sehingga kita bisa membaca kolom jenis kelamin yang ternyata ditulis perempuan. Coba kalau tidak, pasti semua orang akan mengira kalau Rosni itu laki-laki. Dia terlihat ganteng alih-alih cantik.

"Ayo semua ketua kelompok mulai mengumpulkan tugas-tugas yang kemarin diberikan. Setelah itu kita akan mengadakan sesi permainan ketangkasan. Setiap kelompok yang kalah, wajib mendapatkan hukuman yang akan dibacakan sesuai dengan nomor yang mereka di pilih dalam amplop ini. Jadi hukumannya sifatnya random. Ayo sekarang kalian silahkan mempersiapkan diri, sementara kami memeriksa tugas kalian semua." Ranti senior wanita cantik dan baik hati mulai memberikan perintah.

"Saya sama sekali tidak menyangka, kalau dalam tugas pertama saja, kalian sudah berani bertindak curang. KAMI SANGAT KECEWA SEKALI!!!"

Arjuna Wigunatra, salah seorang senior yang paling sadis mulutnya memandang beringas pada Ibell.

"Kelompok Ayam Sayur, maju depan semua!!!" Ibell, Armita, Lea, Annisa, Reno, Panca, Malik dan Galih dengan wajah pias mulai melangkah cepat kedepan.

"Siapa yang bertanggung jawab untuk menyalin resume ini?"

"Saya Pak."

"Nama?"

"Isabelle, Kak."

"Isabelle, kamu punya hubungan apa dengan Galaksi Abdromeda?" Pertanyaan yang sangat ambigu itu membuat semua kepala menoleh penasaran pada Ibell. Berbagai ekspresi wajah pun tampak disana. Ada yang kaget, heran  tapi sepertinya lebih banyak yang mencemooh.

"Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan kak Galaksi, Kak?"

"Kalau begitu mengapa bisa Galaksi yang menulis resume ini? Saya sangat hafal dengan tulisan tangannya. Kamu masih mau menyangkal? Saya bahkan melihat dengan mata kepala Saya sendiri kalau kamu semalam diantar pulang olehnya dan dia juga baru keluar dari rumahmu pada pukul sebelas malam. Bisa kamu jelaskan semua ini pada Saya?

Manusia mental penipu seperti kamu ini cocoknya balik ke negri asal mu saja sana. Sepertinya disana para penipu dan tukang KKN lebih bisa diterima, kulit pucat." Decih Arjuna seolah-olah Ibell adalah orang yang paling hina sedunia.

"Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan cinta Saya kepada negeri ini, Saya ingin mengatakan bahwa, negeri yang anda sebut sebagai negeri para penipu dan KKN itu 90% menghukum oknum pelaku nya dengan hukuman mati, setelah sebelumnya mereka wajib meminta maaf pada public atas perbuatan mereka yang merugikan bangsa dan negaranya. Bukannya malah senyum-senyum sambil dadah-dadah manjah di teve, dan setelahnya masih bisa mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Coba katakan kepada saya, negara yang mana yang bersikap lebih permisif terhadap penipuan dan KKN?

Lagi pula menurut UU No.3 tahun 1946 tentang Kewarga Negaraan Indonesia, UU No.2 tahun 1958 Tentang penyelesaian Kewarga Negaraan Indonesia, bahkan sampai UU No.12 tahun 2006 Tentang Kewarga Negaraan Republik Indonesia. Semua poin-poin nya mengindikasikan bahwa Saya adalah WARGA NEGARA INDONESIA. Dan itu VALID. Bukan warga negara negeri yang Kakak sebutkan tadi, yang saya bahkan tidak pernah menginjakkan kaki kesana!" Suasana dilapangan menjadi begitu sunyi saat Ibell dengan berani membalikkan semua argumen dengan cerdas, dan lugas. Arjuna tampak merah padam wajahnya menahan malu karena ditelanjangi begitu rupa oleh anak kemarin sore. Sementara Ibell, mata coklat brandy nya tampak menyala-nyala saat seniornya ini berniat membantai nya dengan hal-hal yang berbau SARA. Tidak seorang didunia ini bisa memilih dimana dia akan dilahirkan dan RAS apa yang akan dia dapatkan. Kesemuanya itu memang sudah diatur sedemikian rupa oleh semesta bukan?Satu yang pasti, semuanya adalah makhluk ciptaan Tuhan.

"Memang benar kak Galaksi kemarin mengantar Saya pulang. Benar juga kak Galaksi yang menyalin resume tugas kami. Saya ketiduran saat mengerjakannya semalam. Jadi mungkin kak Galaksi yang melanjutkannya. Saya bersalah Kak Juna. Saya minta maaf, Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan Saya bersedia dihukum."

"Sebagai warga negara yang baik, tentu kelompok Ayam Sayur ini tidak keberatan dihukum menghormat bendera sampai tiba saat sesi berikutnya bukan?" Arjuna pun mengeluarkan senyum manisnya yang sepertinya malah terlihat seringai dimata Ibell dan kelompok Ayam Sayurnya.

Ternyata otak kamu memang berisi, gadis kecil. Sayang sekali orang secerdas kamu harus habis pelan-pelan ditangan Saya karena dosa warisan ibumu.

Bab terkait

  • Tears   Chapter 4

    "Gue bener-bener minta maaf sama lo semua ya? Gegara gue ketiduran jadi kalian pada ikutan kena hukum. Maaf ya?" Ibell meminta maaf pada Reno."Ya udah deh Bell, namanya juga musabah eh musibah. Gue mah kagak ngapa-ngapa. Asal ada Neng Lea yang nemenin Akang Reno berjuang menghadap bendera di mari." Reno yang sepertinya naksir si imut Lea mulai modus-modus busuk omongannya."Ish, najis gue deket-deket gembel buluk kayak lo," cibir Lea. Dan Reno pun menanggapinya dengan tawa berderai saja mendengar omelan kesal Lea. Emang ya, kalau udah cinta, diomelin pun berasa di dipuji-puji aja perasaannya."Gue juga sebenernya nggak keberatan sih dihukum. Secara 'kan harusnya kita ngerjainnya rame-rame. Tapi kami malah nyuruh lo sendiri yang ngerjain," aku Armita pasrah. "Masalahnya sekarang, gue semalem baru derma med muka imut gue ini.Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 5

    Arkan memandangi ratusan MABA yang tengah berbaris rapi di urutan kelompoknya masing-masing. Wajah-wajah gembira dan semangat muda memancar dari segala gerak gerik penuh spontanitas mereka. Ia dulu juga pernah seperti mereka. Energik dengan bersemangat berapi-api demi untuk menggapai cita-cita, dan selalu optimis dalam segala hal. Ia bahkan sempat menjadi ketua BEM. Jabatan yang cukup bergengsi di masa itu.Ya, itu terjadi ketika ia masih muda, naif, dan bahagia. Keharmonisan keluarganya selalu menjadi rule mode bagi rekan-rekan sesama mahasiswa yang lain. Potret keluarga yang harmonis dan bahagia. Dan itu semua terjadi sebelum ada satu kejadian yang menjungkir balikkan semuanya. Pemikiran naif dan jiwa idealiasnya meradang saat ia mengetahui fakta yang sebenarnya. Bahwa sesungguhnya semua itu hanyalah kamuflase belaka. Dari luar keluarganya terlihat sempurna. Namun di dalam, fondasinya bobrok bahkan nyaris ambruk.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 6

    "Lepas—hmmpttt!!!—kan saya dosen gi—ehemmptt!!! Ibell gelagapan saat Arkan melumat ganas bibirnya. Menghisap semua rasa manis di rongga-rongga mulutnya. Mata Ibell membelalak ngeri saat merasakan lidah Arkan membelit lidahnya dan mulai mencuri nafasnya. Ibell sesak napas dan nyaris muntah.Setelah Arkan merasa Ibell mulai kehabisan oksigen dengan memukul-mukul panik punggungnya, barulah Arkan melepaskan tautan bibirnya. Mata Ibell menatap Arkan horror. Seumur hidup Ibell belum pernah dicium orang secara seksual. Pipinya hanya pernah dicium oleh kedua orang tuanya. Itu pun saat ia masih kecil. Dan hari ini ciuman pertamanya direbut paksa oleh Arkan dengan cara yang begitu brutal. Ibell shock."Sudah, jangan memasang mimik wajah seperti itu. Sekarang, apabila ada pria lain yang bertanya apakah kamu sudah pernah dicium, kamu sudah bisa menjawabnya bukan, Sayang?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 7

    Ibell tiba di kontrakannya tepat pukul sembilan lebih sepuluh menit. Ia muncul di depan pintu dalam keadaan basah kuyub, ketakutan dan kehujanan. Galaksi yang tengah duduk sembari bermain game online, langsung berdiri menyambut kedatangannya."Kamu ini dari mana saja sih, jam segini baru pulang? Kamu tidak tahu betapa khawatirnya Kak—Mbok Darmi? Si Mbok tidak bisa duduk tenang dari tadi karena mencemaskan kamu!"Lega campur kesal karena melihat kedatangan Ibell, menjadikan emosi Galaksi sedikit tidak terkendali. Demi Tuhan, ia ketakutan! Ia takut kalau Ibell terkena masalah macam-macam. Sedari tadi benaknya penuh dengan adegan pemerkosaan, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas dan semua tindak kejahatan di luar sana. Semua rasa ketakutan itu terus saja berseliweran di kepalanya. Makanya ia memutuskan untuk menunggu hingga Ibell pulang, barulah ia pulang juga."I—Ibell ada keperluan mendadak tadi, Kak. Permisi, Ibe

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 8

    Galaksi berlari kencang menuju ruang kesehatan. Dia tadi sedang memberi penjelasan tentang acara perpisahan besok dan jurit malam, saat melihat Arjuna dengan setengah berlari membopong Ibell menuju ruang kesehatan. Dia khawatir sekali, karena semalam sore Ibell pulang kerumah dalam keadaan basah kuyub. Dan benar saja dugaan nya, Ibell sakit dan pingsan dibarisan."Lo mau ngapain?" Galaksi langsung menepis tangan Juna yang terlihat ingin melepaskan ikat pinggang Ibell. Kurang ajar!!"Gua mau melepaskan ikat pinggang Ibell lah. Apa lo nggak tahu kalo pertolongan pertama buat orang yang pingsan itu adalah melonggarkan semua ikatan di tubuhnya, dan menaikkan kakinya 30 cm lebih tinggi dari jantung agar aliran darahnya kembali ke otak?" Juna menatap Galaksi seolah-olah dia adalah orang paling bodoh sedunia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 9

    Ibell mengangkat wajahnya perlahan. Netra coklat brandy nya bertatapan lurus-lurus dengan netra hitam Radja. Mereka berdua saling menandang dalam diam. Ibell melihat bahwa Om Radja nya kini telah memiliki sejumlah kerutan disudut-sudut matanya dan juga digaris senyumnya. Rambutnya pun sudah mulai diselang selingi oleh uban disana sini. Rahang perseginya masih sama, berbentuk kotak dan tegas, khas ciri-ciri kesukuannya. Dan diatas segalanya, Ibell merindukan Om nya, lebih tepatnya dia merindukan masa lalu nya yang telah dia coba mati-matian membuangnya jauh jauh!!!Akan hal nya Radja, dia sempat terpana sejenak saat memandang MABA nya. Dia ini lelaki normal dan matanya juga masih sehat dan awas. Gadis ini memang cantik sekali, tetapi ada sesuatu didirinya yang membuat Radja menolak memandangnya sebagai seorang wanita. Radja seperti merasa pernah melihatnya, tetapi dia lupa dimana. Netra coklat brandy itu, seperti sudah pernah diakrabi nya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 10 (konten dewasa)

    Ibell membuka matanya perlahan-lahan. Bau tajam obat-obatan khas rumah sakit mulai menyerbu indera penciumannya. Pemandangan serba putih serta infus yang ada di tangan kirinya, membuatnya sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit. Ingatan-ingatan sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran diri pun bermunculann di benaknya. Jurit Malam, lemari yang rubuh dan Om Radja! Ya ia ingat Om Raja berusaha melindungi sekujur tubuhnya dengan tubuh besarnya sendiri."Alhamdullilah, Neng. Eneng udah sadar? Ayo diminum dulu teh manisnya Neng, biar nyawanya ngumpul dulu."Mbok Darmi membantu Ibell minum sambil mengelus-elus punggungnya. Ia sebenarnya kasihan sekali melihat nasib malang nona mudanya. Hidupnya begitu pahit. Bahkan sejak ia terlalu kecil untuk mengetahuinya."Mana yang sakit, Neng? Kalau ada biar Mbok panggilin perawatnya ya?""Nggak usah, Mbok. Ibell sehat-sehat saja. Mungkin tadi Ibell pingsan kar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • Tears   Chapter 11

    "Gue nggak nyangka kalo diantara kita semua lo yang duluan kena sindrom puber ke dua, Ja. Walaupun puber kedua itu memang proses alami yang bakal dialami sebagian besar orang, tapi lo jangan sampe ke bablasan kayak gini juga kali, Ja. Inget Bro, lo itu udah punya anak bini."Dewa mulai menguliahi Radja pagi-pagi dirumah sakit. Setelah mendapat kabar dari Risma, mereka berlima Dewa, Rendra, Raven, Bayu dan Bima menyempatkan menjenguk Radja dirumah sakit sebelum mereka ngantor. Risma menangis sedih saat mengadu pada mereka semua kalau Radja mendapat insiden saat menemani cabe nya itu Jurit Malam. Demi apa coba seorang Radja Halomoan Girsang mau-maunya ikut kegiatan seperti itu kalau tidak ada apa-apanya dengan sang mahasiswi. Pakai mengorbankan diri segala lagi sampai terluka lumayan parah begini. Pasti mahasiswinya itu sangat istimewa. Mereka berlima penasaran sekali kepengen melihat wajah cabe nya Radja. Risma itu adalah runner up

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31

Bab terbaru

  • Tears   Chapter 50 (extra part)

    "Saya terima nikah dan kawinnya Isabelle Artharwa Al Rasyid binti Al Rasyid dengan mas kawin 222 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Arkan dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhh!!!" Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilah."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ibell keluar dan duduk di samping suaminya. Ibell kemudian mencium punggung tangan Arkan, yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Usai sungkeman diadakan dengan sesi photo keluarga. Setelah acara yang paling ditunggu-tunggu, yaitu acara hiburan pun dimulai.

  • Tears   Chapter 49 (Epilog)

    Ibell melangkah ragu-ragu saatmelintasi kamar demi kamar di RSJ tempat Tante Florida dirawat. Langkahnya mendadak terpaku, saat melihat sosok Tante Florida yang sedang duduk santai di kursi taman. Menurut Arkan, akhir-akhir ini Tante Florida memang lebih suka duduk di taman daripada di dalam kamar. Kesehatan jiwa raganya maju pesat bulan-bulan terakhir ini. Ibell menyurutkan langkah kala melihat dokter Prambudi datang dan membawakan sebuket bunga untuk Tante Flo. Pak dokter ini memang hebat. Dari usianya belasan tahun sampai lima puluhan tahun, cintanya kepada Tante Flo tidak berubah. Ibell baru saja akan membalikkan badannya, saat suara bariton dokter Prambudi memanggilnya. Ternyata sang dokter telah mengetahui kedatangannya. Ibell menghampiri mereka berdua ragu-ragu."Sini, Nak. Kamu mau menemui Tante Flo bukan? Ayo duduk sini." Dokter Budi menggeser pinggulnya ke samping. Memberinya tempat duduk di sisi kanan Tante Florida. Setelahnya sang dokter

  • Tears   Chapter 48 (end)

    "Bagaimana dengan ibu Anda, bukankah ibu Anda selalu memandang Ibell seperti hama yang akan merusak keluarganya? Anda juga mengatakan bahwa ibu Anda adalah surga Anda? Lantas apakah hanya karena seorang wanita, Anda rela menggadaikan kebahagiaan Ibu Anda sendiri?"Raven masih belum menyerah. Bukan sifatnya untuk takluk begitu saja sebelum bertarung habis-habisan. Karena yang dipertaruhkannya di sini adalah masa depan anaknya. Dulu sebagai seorang ayah dia sudah sangat banyak berbuat salah. Kali ini dia akan berusaha menjadi orang tua yang benar. Karena terkadang anak seusia putrinya ini, belum bisa membedakan antara perasaan cinta atau hanya sekedar kagum karena merasa ada pembela. Orang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan dirinya sendiri. Dia ingin agar putrinya benar- benar yakin dulu akan perasaannya sendiri, baru dia akan mengambil keputusan."Tidak ada siapa yang akan menggadaikan kebahagian siapa

  • Tears   Chapter 47

    Ibell baru sampai di depan gang rumahnya, saat pandang matanya tertumbuk pada empat mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Pak RT. Rumah Pak RT memang bersebelahan dengan rumahnya. Pertama Ibell menduga mobil-mobil itu adalah mobil tamu-tamu Pak RT. Namun saat ia melihat nomor polisi dua mobil mewah itu, ia langsung mengenali pemiliknya. Mobil pertama adalah mobil daddynya. Dan mobil yang satunya lagi, ia kenali sebagai mobil yang pernah ditumpanginya berkali-kali karena tidak sengaja. Yaitu mobil Revan Aditama Perkasa. Itu artinya pemilik mobil-mobil itu sebenarnya adalah tamunya.Masalahnya, apa yang menyebabkan mereka beramai-ramai ke rumahnya? Ibell bingung. Ia jadi merasa kembali dikejar-kejar oleh para rentenir. Biasanya memang seperti itu. Apabila ada mobil asing di depan rumahnya, pasti ada rentenir yang sedang menunggu kepulangannya untuk menagih hutang.Sementara itu, Arkan mulai merasakan udara-udara tidak enak di sekitarny

  • Tears   Chapter 46

    Ibell menepis serangga yang menggerayangi wajahnya. Tetapi sepertinya serangganya tidak ada takut-takutnya. Ibell membuka mata. Bermaksud untuk melihat apakah ada semut yang mengerubungi wajahnya. Tetapi netra brandynya malah saling bersirobok dengan manik hitam segelap malam Arkan yang sedang menciumi permukaan wajahnya.Astaga, ternyata ini rupanya serangganya! Eh tapi tunggu dulu. Sepertinya ada yang salah di sini! Mata Ibell membelalak. Kenapa dosen mafianya bisa ada di sini?!"Lho Bapak kenapa bisa ada di ranjang saya?""Pertanyaan kamu terbalik, Sayang. Seharusnya saya dong yang nanya, kenapa kamu bisa ada di ranjang saya?" Arkan mengulum senyum. Ia merasa geli melihat Ibell yang belum sepenuhnya menyadari keberadaannya, dan apa seperti apa penampakannya saat ini."Hah! Iya ya?" Pandangan Ibell perlahan menjelajahi sudut-sudut kamar. Dimulai dari tirai abu-abu, wallpaper bermotif catur, meja

  • Tears   Chapter 45

    "Nis, ini kita bisa masuk penjara lho kalo si pemilik apartemen tahu kita udah nyelinap diam-diam ke wilayah pribadinya. Masak gue kemarin baru keluar dari kantor polisi, tetiba masuk lagi aja? 'Kan nggak lucu."Ibell berbisik pelan di telinga Annisa. Saat ini mereka berdua sudah seperti dua penjahat kambuhan yang sedang menyatroni mangsanya. Jalan berjingkat-jingkat dengan gerakan sehalus mungkin agar tidak menimbulkan suara. Annisa ingin masuk ke kamar Cakra dengan tiba-tiba. Siapa tahu WIL-nya Cakra ada di sana katanya."Bell, coba lo aja yang buka itu handle pintunya dan dorong pelan-pelan. Gue mau nyiapin jantung dulu. Biar dia nggak kaget-kaget amat kalo pas ngedapetin ada cewek naked yang lagi bobok cantik sama si Cakra di ranjangnya."Ibell dengan cepat menggeleng. Nyari mati kalau ketahuan itu mah!Annisa yang penasaran akut membuat gerakan memohon, diikuti dengan pandan

  • Tears   Chapter 44

    "Lho Opa sama Pak Cakra kok bisa datangnya barengan? Opa kenal sama Pak Cakra?" Ibell memandang opa dan bos ketusnya heran. Sementara dua orang di depannya terlihat bingung karena tidak saling mengenal sama sekali. Kebetulan saja mereka tiba berbarengan."Oh ini Opa kamu ya, Belle? Kami tidak saling mengenal. Mungkin kebetulan saja kami berdua tiba berbarengan di sini. Oh ya Opa, kenalkan saya Cakra Prajna Wisesa. Atasan Isabelle di restaurant Nikmat Rasa. Senang berkenalan dengan Opa."Cakra menjabat tangan Dirga diiringi dengan seulas senyum sopan di bibirnya. Ibell takjub. Ternyata boss ketusnya bisa bersikap manis dan sopan juga. Opanya juga balas menjabat dan menyebutkan nama. Opa Dirga juga menanyakan soal kinerjanya di restaurant. Boss ketus ini kalau soal diplomasi memang luar biasa. Tetapi coba kalau hanya berdua, kalau tidak menyindir-nyindir pasti mengomelinya.Ibell melirik ke arah Albert, yang seketika m

  • Tears   Chapter 43

    "Menunggu waktu saya meninggal maksudnya? Anda ini hebat sekali ya dosen bahlul. Merencanakan suatu tindakan percobaan pidana di kantor polisi. Tetapi tidak heran juga sih mengingat track record ayah Anda yang juga pernah mendekam di penjara. Buah 'kan memang jatuh tidak jauh dari pohonnya."Gue bales lo! Raven menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu, maksud daddy Ibell juga anak yang berasal dari genetika yang tidak baik karena punya mommy mantan narapidana ya? Bukannya daddy dulu juga mencintai mommy makanya daddy merebut mommy dari Om Dewa? Kalau di runut-runut Ibell ini berasal dari orang tua yang dua-duanya tidak baik dalam hal etika bukan?"Wajah Ibell mendung. Entah mengapa dia merasa daddynya masih saja menyesalkan kehadirannya yang berasal dari rahim seorang mantan narapidana. Istimewa daddynya

  • Tears   Chapter 42

    "Bapak tidak pulang? Ini sudah larut malam lho, Pak. Tante Flo nanti pasti nyariin Bapak. "Ibell yang merasa kasihan melihat Arkan yang sepertinya kebingungan harus bersikap bagaimana, menarik ujung kaos lengan panjang sang dosen yang masih saja memeluknya erat."Hah? Apa Petite? Maaf saya kurang begitu jelas mendengar kata-katamu tadi. Kamu bilang apa tadi hmmm?" Arkan menyelipkan sejumput rambut Ibell yang menutupi keningnya ke belakang telinga. Arkan memang sedang gegana dan dilema luar biasa. Dia sebenarnya ingin pulang dan segera menginterogasi ibunya dan juga Dokter Anita. Tetapi dia juga tidak tega membiarkan Ibell sendirian menginap di kantor polisi. Kalau saja di bolehkan, dia ingin sekali menemani Ibell di ruangannya.Bayangan Ibell yang nota bene seorang perempuan tidur di antara para laki-laki membuat hatinya tidak tenang. Saat ini saja sudah begitu banyak kepala yang menoleh sedikit

DMCA.com Protection Status