Beranda / Romansa / Tears / Chapter 6

Share

Chapter 6

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-19 17:06:50

"Lepas—hmmpttt!!!—kan saya dosen gi—ehemmptt!!! Ibell gelagapan saat Arkan melumat ganas bibirnya. Menghisap semua rasa manis di rongga-rongga mulutnya. Mata Ibell membelalak ngeri saat  merasakan lidah Arkan  membelit lidahnya dan  mulai mencuri nafasnya. Ibell sesak napas dan nyaris muntah.

Setelah Arkan merasa Ibell mulai kehabisan oksigen dengan memukul-mukul panik punggungnya, barulah Arkan melepaskan tautan bibirnya. Mata Ibell menatap Arkan horror. Seumur hidup Ibell belum pernah dicium orang secara seksual. Pipinya hanya pernah dicium oleh kedua orang tuanya. Itu pun saat ia masih kecil. Dan hari ini ciuman pertamanya direbut paksa oleh Arkan dengan cara yang begitu brutal. Ibell shock.

"Sudah, jangan memasang mimik wajah seperti itu. Sekarang, apabila ada pria lain yang bertanya apakah kamu sudah pernah dicium, kamu sudah bisa menjawabnya bukan, Sayang?"

Arkan menaikkan sudut bibirnya. Mengejek kebingungan dan rasa shock yang terpetakan dalam raut wajah Ibell. Melihat Ibell hanya diam saja dengan wajah pias, Arkan akhirnya menuangkan segelas air putih, dan menggenggamkan gelas pada tangan dingin Ibell. Arkan mencoba mengurai rasa shock pada diri Ibell.

"Minum," perintah Arkan.

Seperti robot, Ibell mengikuti titah Arkan. Meminum beberapa teguk air putih yang Arkan sodorkan. Beberapa saat kemudian, Ibell mulai bisa juga mengendalikan dirinya.

"Sebenarnya apa tujuan Bapak menculik saya?" tantang Ibell berani. Ternyata ungkapan yang mengatakan bahwa kita akan menjadi sangat berani saat sedang berada di bawah tekanan, sungguh benar adanya. Saat ini Ibell tidak merasa takut lagi. Tapi ia marah!

"Excuse me? Menculik? Definisi kata menculik itu identik dengan permintaan sejumlah besar uang tebusan kepada pihak keluarga korban. Dan biasanya keluarga korbannya itu kaya raya atau tokoh terkenal. Bagian mana dari kamu yang mencakup kategori keluarga kaya atau terkenal itu? Kamu bahkan tidak punya satu bagian pun yang cocok untuk disebut sebagai korban penculikan," ejek Arkan.

"Anak dari keluarga buangan seperti kamu ini, siapa yang memperdulikannya selain pembantu rumah tanggamu yang sudah renta itu? You are nothing! Akuilah bahwa kamu itu bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa di dunia ini. Bahkan kalau kamu mati saat ini pun, paling cuma pembantumu itu saja yang akan menangisimu. Correct me if I'm wrong."

Ibell tahu apa yang dikatakan oleh dosen gila ini  memang benar. Setiap patah kata menyakitkan yang keluar dari mulut sadisnya itu memang tepat sekali. Tetapi tetap saja, mendengar orang lain mengingatkan akan keadaan sebatang karanya di dunia ini, rasa-rasanya seperti ada sembilu tak kasat mata yang mengiris-iris keping demi keping hatinya. Sakitnya bahkan sampai ke jiwa.

"Bapak tidak perlu membuang-buang nafas Bapak yang berharga itu hanya untuk memperjelas keadaan Saya. Straight to the point saja. Bapak membawa saya ke sini ini untuk tujuan apa?"

Ibell sengaja menekankan kata membawa, sebagai upaya mengganti kata menculik, yang menurut dosen gila ini tidak masuk kategori untuk orang sepertinya.

"Untuk ini!" Arkan berjalan menghampiri sebuah meja kerja, dan melemparkan sebuah map berwarna putih ke lantai. Tepat di hadapan Ibell.

"Baca baik-baik dan fahami juga unsur-unsur hukum yang mengikat di dalamnya. Saya lihat kamu cukup cerdas untuk memahami isinya. Sekarang, baca!"

Tanpa banyak bicara, Ibell membungkuk dan meraih map putih itu. Membuka berkasnya dan mulai membaca dalam hati. Wajah Ibell semakin lama semakin memucat saat membaca kalimat demi kalimat yang termaktub di dalamnya. Terlebih lagi saat ia melihat, ada lembar akte kelahiran aslinya yang diselipkan di dalam dokumen. Ternyata ini adalah surat perjanjian yang dibuat oleh Arkan dengan mommynya. Selama ini Ibell selalu menggunakan copyan akte lahir dalam mengurus semua dokumen surat menyurat studynya. Karena ia tidak bisa menemukan akte kelahiran aslinya. Dan sekarang ia telah tahu aktenya itu ada di mana.

Ibell melanjutkan  membaca. Mommynya ternyata telah meminjam uang tunai sebesar lima ratus juta rupiah pada Arkan, dengan suku bunga 1% perbulan selama tiga tahun. Itu berarti mommynya harus membayar lima juta rupiah untuk bunga selama satu bulan. Dan rupanya, mommynya tidak pernah mencicilnya sekali pun. Secara kasar Ibell menghitung untuk suku bunga saja ia harus membayar sejumlah empat ratus delapan puluh juta rupiah. Ditambah dengan hutang pokok sebesar lima ratus juta rupiah. Berarti Ibell harus menanggung hutang warisan total sebesar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah. Nyaris satu milyar! Ibell harus membayar dengan apa coba?

"Sudah mengerti mengapa Saya membawa kamu ke sini, Ibell?"

Dengan lesu Ibell mengangguk. Ia tahu, mommynya memang berhutang pada Arkan. Ia telah melihat perjanjian hitam di atas putihnya.

"Maaf, Pak Arkan. Sa-Saya tidak punya uang sebanyak itu. Satu-satunya solusi yang bisa saya tawarkan adalah saya tetap akan membayar, tetapi dengan cara mencicil. Bagaimana Pak?" Ibell menatap Arkan dengan mata penuh permohonan.

Pasti seperti inilah dulu cara Celine dalam merayu papanya. Oke pembalasan termanis akan segera ia tunaikan.

"Setahu saya selain berjualan kue kamu tidak punya penghasilan lain 'kan?"

Ibell mengangguk.

"Saya akan memberikan kamu satu pekerjaan mudah dan cepat, serta insentif yang cukup besar untuk mulai mencicil hutangmu. Apakah kamu bersedia?" Ibell langsung mengangguk cepat. Ia sangat bersyukur dalam keadaan seperti ini Arkan masih mau memberikan pekerjaan padanya.

"Okey. Kamu bisa hand job atau blow job Ibell?" Arkan menatap Ibell dengan air muka melecehkan.

"Oh kebetulan saya bisa dua-duanya, Pak?"

"Wow really? Are you sure?" Arkan menaikkan satu alisnya. Ia seperti tidak percaya dengan kata-kata Ibell. Ia bahkan  terang-terangan menatap sekujur tubuh Ibell. Ibell mendadak merasa risih.

"Absolutely, Sir."

"Dari mana kamu belajar kedua teknik kelas tinggi itu?"

"Kalau blow job itu, dulu saya pernah memperhatikan mommy melakukannya kalau mommy hang out dengan teman-temannya. Makin besar saya makin ahli. Saya bahkan bisa berimprovisasi dengan berbagai macam gaya yang sedang trend saat ini."

Ibell menjawab jujur. Arkan makin intens saja memandanginya.

"Kalau hand job?"

"Kalau itu saya memang sudah mempunyai bakat alami. Dengan banyaknya buku-buku panduan dan media internet, terutama YouTub*, saya jadi sering mengikuti semua tutorialnya. Dan hasil akhirnya cukup memuaskan. Kadang saya juga melakukannya sesuai dengan request-an customer, Pak."

"Unbelieveable! Kamu masih bocah tetapi sudah sangat capable dengan hal-hal seperti ini. Speechless saya!" Arkansas menggeleng-gelengkan kepala. Takjub mendengar keterus terangan Ibell yang sepertinya biasa-biasa saja nenceritakan semua aib-aibnya.

"Oke. Saya memutuskan untuk percaya, dan memberikan kamu kesempatan untuk menerima pekerjaan ini. Apakah setelah saya menerima kamu, kamu akan kembali ingkar janji seperti almarhumah ibumu dengan menolak menjalankan jenis pekerjaan yang telah kita setujui bersama tadi, Ibell?!"

"Tentu saja tidak Pak. Saya bukan jenis manusia yang suka mengingkari janji. Apa yang sudah saya putuskan, insya allah akan saya laksanakan dengan sebaik-baiknya. Bapak tidak usah khawatir. Silahkan pegang kata-kata Saya!"

"Ok. Sekarang silahkan kamu praktekkan keahlian-keahlian kamu pada saya. Mungkin dimulai dengan yang lebih gampang dulu. Hand job misalnya."

"Bapak salah. Hand job justru lebih susah dan rumit jika dibandingkan dengan blow job. Kita harus lebih kreatif dalam menggali ide dan memainkan imajinasi agar hasil akhir yang dibuat lebih berkesan artistik. Lain dari pada yang lain. Intinya hasilnya tidak boleh sama dengan hand job hasil produksi pabrik yang dijual di toko-toko. Sekarang Bapak mau saya buatkan hand job apa? Tas boneka perca, gantungan kunci, bingkai photo atau sweater rajut mungkin? Ini saya ada beberapa contoh hand job yang sudah pernah direquest customer dan cukup best seller. Silahkan Bapak lihat-lihat dan pilih-pilih dulu." Ibell tersenyum manis sembari memberikan ponselnya.

"What are you talking about, young lady?" Arkan memijit-mijit keningnya. Ia pusing karena salah pengertian atas dua istilah yang ternyata pemahamannya berbeda dengan pemahaman gadis kecil. What the hell!

"Oke. Kalau begitu kamu praktekkan saja keahlian blow job kamu. Silahkan dimulai." Arkan mencona peruntungannya.

"Ok. Tidak masalah. Tapi hair dryer Bapak disimpan di mana? Kalau tidak ada hair dryer, bagaimana saya bisa memblow rambut Bapak? Mana ini rambut Bapak sudah berpomade begini. Hasil akhirnya pasti tetap aja lepek nantinya."

"Damn! Kamu salah persepsi tentang dua kosa kata dalam bahasa inggris tersebut. Sekarang mari kita luruskan kesalahfahaman yang makin lama semakin bertambah konyol ini!"

Arkan kali ini bahkan sampai membanting asbak rokok karena frustasi. Ibell memandangi serpihan kaca dengan raut kebingungan dan mulut ternganga. Apa kesalahan yang sudah ia lakukan kali ini?

Arkan  mengembalikan ponsel Ibell. Kemudian ia memerintahkan Ibell untuk mengklik g****e dan mencari kata-kata hand job. Begitu Ibell membaca definisinya kata perkata, selebar wajahnya langsung memucat bagai tidak dialiri darah. Rupanya hand made dan hand job itu pengertiannya berbanding terbalik dengan segala pengertian versinya sendiri. Ibell langsung merasa sesak nafas seketika.

Saat Arkan kemudian menyuruhnya kembali googling dengan kata kunci blow job, Ibell seketika mual dan berlari ke toilet. Ia memuntahkan sisa makan siangnya yang tidak seberapa. Membayangkan ia harus memegang kejantanan Arkan saja, Ibell rasa-rasanya ingin pingsan. Ini ditambah ia harus memakannya. Bagaimana perutnya tidak mual dan bergolak seketika. Mata Ibell sampai pedih akibat mual yang terus menerus mendera lambungnya. Ia jijik mengingat cairan yang memancar setelahnya dari tubuh seorang pemeran pria, yang tadi ia lihatnya di intrernet. Untuk pertama kalinya Ibell ingin menjadi seorang pengecut. Lari dari tanggung jawabnya. Tapi itu adalah perbuatan yang sangat hina bukan? Apa bedanya ia dengan mommynya di mata Arkan? Astaga, Ibell berharap bumi terbelah dan menelannya  saat ini juga.

"Alright. Setelah kesalahfahaman kita clear. Saatnya kita mulai membahas uang balas jasa atas pelayanan kamu terhadap Saya. Listen, setiap kamu melakukan satu kali pelayanan pada saya hingga tuntas, tolong garis bawahi kata tuntasnya. Saya akan mereduce hutang kamu sebesar lima juta rupiah untuk satu sesi. Total jumlah hutang kamu beserta bunganya adalah sembilan ratus delapan puluh juta. Jadi kamu harus melakukan pelayanan kepada saya sebanyak seratus sembilan puluh enam kali lagi kali, baru hutang tersebut lunas. Ingat saya sudah berbaik hati untuk menghentikan suku bunganya, sehingga pokok hutang kamu sudah tidak akan bertambah lagi." Ibell memandangi raut wajah dingin di sampingnya ini nanar. Melakukan itu be--berapa kali tadi? Ibell pening.

"Tidak bermoral!" Ibell mendesiskan rasa bencinya sambil lalu. Ia benar-benar merasa sudah dibodohi oleh Arkan.

"Ngomong apa tadi kamu? Moral? Fine, mari saya perlihatkan sesuatu yang lebih tidak bermoral lagi sebagai referensi buatmu dalam menservice saya nanti."

Tangan Arkan dengan cekatan memasukkan flash disk dan mengklik beberapa kali di macbook. Kali ini perasaan Ibell benar-benar luruh saat melihat adegan panas yang diperankan oleh mommynya dengan seorang pria dewasa yang mirip Arkan. Pasti laki-laki itu adalah papa Arkan. Ibell menekan tombol stop. Ia tidak sanggup lagi melanjutkan tontonannya. Arkan memandangi wajah pias mangsanya yang sudah terlihat seperti tidak punya semangat hidup lagi.

"Ada 8 video yang kesemuanya dibuat oleh ibumu, dan dikirimkan pada ibu saya setiap minggu secara rutin. Akibatnya kewarasan ibu saya terganggu. Sampai sekarang pun ibu saya tetap menjadi pasien permanen di RSJ. Semua itu terjadi atas campur tangan ibumu di dalamnya. Ibu kamu hebat kan, Ibell? Masih mau membahas masalah moral dengan saya, hmm?"

Arkan berbisik pelan di telinga Ibell. Sejurus kemudian Arkan melepas celana bahannya berikut pakaian dalamannya. Suara resleting yang diturunkan berikut bahan kain yang jatuh di lantai, membuat Ibell merasa sedang berada di pintu menuju neraka. Begitu masuk ke dalam, pasti api akan membakar hangus tubuhnya.

"Come on, Baby. Let's show me. I'm waiting. Tunjukkan kepada saya bahwa kamu itu bukan type orang yang suka menjilat ludahnya sendiri."

Ibell merasa kakinya mendadak terpaku di lantai, dan lehernya dikalungi oleh berkilo-kilo besi. Ia tidak sanggup untuk mengangkat kepalanya, apalagi menggerakkan kedua kakinya. Ibell diam saja. Nafasnya tiba-tiba tercekat saat merasakan ada sesuatu benda dijejalkan dengan paksa pada mulutnya dan membuatnya nyaris tidak bisa bernafas. Saat Ibell gelagapan dan berusaha berontak, Arkan memegangi kepala Ibell sekaligus menghentak-hentakkan dirinya pada mulut mungil Ibell. Geraman kenikmatan hakiki mulai merasuki sekujur tubuhnya bahkan ke setiap pembuluh darahnya. Setiap dia merasakan gadis kecil ini berusaha memberontak dan tersedak, maka dia akan mempererat cengkraman pada kepala sang gadis. Saat ini Ibell mengoralnya dalam posisi duduk, sementara dia berdiri dengan kejantanan sejajar pada kepala Ibell. Arkan meringis saat merasakan gadis kecil ini mencoba menggigit kejantanannya.

"Kalau kamu mencoba menggigit lagi, maka saya akan mematahkan batang lehermu ini. Coba saja lakukan sekali lagi!" Setelah kurang lebih dua puluh menit dioral oleh mulut manis Ibell, Arkan pun mulai memuntahkan cairannya, diikuti Ibell yang juga memuntahkan seluruh isi perutnya, sudah tidak terisi apa-apa selain cairan asam lambungnya sendiri. Ibell hancur tidak bersisa. Harga diri yang selama ini merupakan kekayaan yang ia punya, telah dihancurkan dengan kejam tak bersisa. Ibell yang tadi dalam keadaan bersimpuh, kita terduduk lesu dengan pandangan kosong di lantai. Ibell merasa telah mati dalam keadaan hidup.

Bab terkait

  • Tears   Chapter 7

    Ibell tiba di kontrakannya tepat pukul sembilan lebih sepuluh menit. Ia muncul di depan pintu dalam keadaan basah kuyub, ketakutan dan kehujanan. Galaksi yang tengah duduk sembari bermain game online, langsung berdiri menyambut kedatangannya."Kamu ini dari mana saja sih, jam segini baru pulang? Kamu tidak tahu betapa khawatirnya Kak—Mbok Darmi? Si Mbok tidak bisa duduk tenang dari tadi karena mencemaskan kamu!"Lega campur kesal karena melihat kedatangan Ibell, menjadikan emosi Galaksi sedikit tidak terkendali. Demi Tuhan, ia ketakutan! Ia takut kalau Ibell terkena masalah macam-macam. Sedari tadi benaknya penuh dengan adegan pemerkosaan, pembunuhan, kecelakaan lalu lintas dan semua tindak kejahatan di luar sana. Semua rasa ketakutan itu terus saja berseliweran di kepalanya. Makanya ia memutuskan untuk menunggu hingga Ibell pulang, barulah ia pulang juga."I—Ibell ada keperluan mendadak tadi, Kak. Permisi, Ibe

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 8

    Galaksi berlari kencang menuju ruang kesehatan. Dia tadi sedang memberi penjelasan tentang acara perpisahan besok dan jurit malam, saat melihat Arjuna dengan setengah berlari membopong Ibell menuju ruang kesehatan. Dia khawatir sekali, karena semalam sore Ibell pulang kerumah dalam keadaan basah kuyub. Dan benar saja dugaan nya, Ibell sakit dan pingsan dibarisan."Lo mau ngapain?" Galaksi langsung menepis tangan Juna yang terlihat ingin melepaskan ikat pinggang Ibell. Kurang ajar!!"Gua mau melepaskan ikat pinggang Ibell lah. Apa lo nggak tahu kalo pertolongan pertama buat orang yang pingsan itu adalah melonggarkan semua ikatan di tubuhnya, dan menaikkan kakinya 30 cm lebih tinggi dari jantung agar aliran darahnya kembali ke otak?" Juna menatap Galaksi seolah-olah dia adalah orang paling bodoh sedunia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 9

    Ibell mengangkat wajahnya perlahan. Netra coklat brandy nya bertatapan lurus-lurus dengan netra hitam Radja. Mereka berdua saling menandang dalam diam. Ibell melihat bahwa Om Radja nya kini telah memiliki sejumlah kerutan disudut-sudut matanya dan juga digaris senyumnya. Rambutnya pun sudah mulai diselang selingi oleh uban disana sini. Rahang perseginya masih sama, berbentuk kotak dan tegas, khas ciri-ciri kesukuannya. Dan diatas segalanya, Ibell merindukan Om nya, lebih tepatnya dia merindukan masa lalu nya yang telah dia coba mati-matian membuangnya jauh jauh!!!Akan hal nya Radja, dia sempat terpana sejenak saat memandang MABA nya. Dia ini lelaki normal dan matanya juga masih sehat dan awas. Gadis ini memang cantik sekali, tetapi ada sesuatu didirinya yang membuat Radja menolak memandangnya sebagai seorang wanita. Radja seperti merasa pernah melihatnya, tetapi dia lupa dimana. Netra coklat brandy itu, seperti sudah pernah diakrabi nya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Tears   Chapter 10 (konten dewasa)

    Ibell membuka matanya perlahan-lahan. Bau tajam obat-obatan khas rumah sakit mulai menyerbu indera penciumannya. Pemandangan serba putih serta infus yang ada di tangan kirinya, membuatnya sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit. Ingatan-ingatan sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran diri pun bermunculann di benaknya. Jurit Malam, lemari yang rubuh dan Om Radja! Ya ia ingat Om Raja berusaha melindungi sekujur tubuhnya dengan tubuh besarnya sendiri."Alhamdullilah, Neng. Eneng udah sadar? Ayo diminum dulu teh manisnya Neng, biar nyawanya ngumpul dulu."Mbok Darmi membantu Ibell minum sambil mengelus-elus punggungnya. Ia sebenarnya kasihan sekali melihat nasib malang nona mudanya. Hidupnya begitu pahit. Bahkan sejak ia terlalu kecil untuk mengetahuinya."Mana yang sakit, Neng? Kalau ada biar Mbok panggilin perawatnya ya?""Nggak usah, Mbok. Ibell sehat-sehat saja. Mungkin tadi Ibell pingsan kar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • Tears   Chapter 11

    "Gue nggak nyangka kalo diantara kita semua lo yang duluan kena sindrom puber ke dua, Ja. Walaupun puber kedua itu memang proses alami yang bakal dialami sebagian besar orang, tapi lo jangan sampe ke bablasan kayak gini juga kali, Ja. Inget Bro, lo itu udah punya anak bini."Dewa mulai menguliahi Radja pagi-pagi dirumah sakit. Setelah mendapat kabar dari Risma, mereka berlima Dewa, Rendra, Raven, Bayu dan Bima menyempatkan menjenguk Radja dirumah sakit sebelum mereka ngantor. Risma menangis sedih saat mengadu pada mereka semua kalau Radja mendapat insiden saat menemani cabe nya itu Jurit Malam. Demi apa coba seorang Radja Halomoan Girsang mau-maunya ikut kegiatan seperti itu kalau tidak ada apa-apanya dengan sang mahasiswi. Pakai mengorbankan diri segala lagi sampai terluka lumayan parah begini. Pasti mahasiswinya itu sangat istimewa. Mereka berlima penasaran sekali kepengen melihat wajah cabe nya Radja. Risma itu adalah runner up

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • Tears   Chapter 12

    Revan sangat bingung melihat gadis remaja ini. Setelah menjadi penumpang ilegal di mobilnya dari sejak dari rumah sakit, eh ini sekarang sicantik ini malah minta tolong diantar kan kembali ke sana. Aneh bukan?Tetapi Revan mengerti, tingkah para abege zaman now memang ajaib. Persis seperti dirinya dulu yang mati-matian mengejar Senjahari, guru matematika cantiknya. Dan kini dia telah bertunangan dengan seorang model terkenal yang bernama Luna Bratakusuma, atas konspirasi dari kedua belah pihak keluarga. Menurut orang tuanya, Luna adalah paket lengkap seorang calon istri. Cantik, terkenal, cucu seorang Alex Bratakusuma pula. Dan diatas semua itu, Luna sangat baik dan sopan terhadap orang tua. Itulah nilai plus Luna dimata kedua orang tuanya. Kalau ditanya soal bagaimana dengan perasaan Revan sendiri, sejujurnya dia tidak tahu. Yang paling penting buatnya adalah kebahagian kedua orang tuanya itu diatas segala-galanya. Sejak dia gagal mempersunting mantan gurunya itu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • Tears   Chapter 13

    Arkan mendorong paksa tubuh Ibell memasuki kursi penumpang kemudian dia sendiri pun masuk kedalam kursi pengemudi. Sebelum menjalankan mobilnya Arkan menatap kening Ibell sedikit lama, dan kemudian menyentuh bagian yang tampak sedikit memar. Ibell mengaduh tanpa sadar sambil memegang tempat yang tadi disentuh oleh Arkan."Ini keningmu kenapa bisa memar begini? Perasaan tadi malam sampai tadi pagi masih mulus-mulus saja." Arkan bertanya pada Ibell sambil tangannya meraba-raba kotak P3K di dalam dashboard mobilnya."Oh ini mungkin tadi terbentur bagian hardware jok yang agak keras sewaktu Saya menyelinap masuk ke dalam mobil Pak Revan." Setelah mengatakannya Ibell mendadak pengen menggigit lidahnya sendiri karena keceplosan. Hadehhhh bisa panjang ini urusannya."Apa? Menyelinap? JELASKAN!!"Arkan menuntut jawabannya sambil mulai mengompres kening memar yang sedikit lecet Ibell dengan sediki

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • Tears   Chapter 14

    "Alhamdullilahhh..Lo di mana sekarang? Gu-Gue nyusul ke sana sekarang ya?L-Lo tunggu di sana dulu ya Wa? Tolong lo jagain a-anak gadis gue bentaran ya, Wa? Tolong banget ya, Wa?""Percuma juga lo ke sini, Van. Si Ibellnya udah kabur. Tapi kayaknya anak lo dalam masalah besar deh, Van. Tadi gue liat mukanya babak belur kayak abis digamparin orang. Ibell bahkan nyaris ketabrak mobil gue, karena berjalan linglung nggak tentu arah."Raven menutup matanya yang tiba-tiba terasa panas. Air mata mengalir di sela-sela matanya yang tertutup rapat. Anaknya digebuki orang di luar sana, sementara dirinya tidak ada di sana untuk melindunginya. Daddy macam apa dirinya?Benaknya terus membayangkan kejadian-kejadian yang mungkin telah dan akan dialami anak gadisnya. Penculikan, pemerkosaan, pembunuhan. Oh Tuhan Raven begitu takut kejadian-kejadian itu benar-benar terjadi pada anak gadisnya. Pasti rentenir-rent

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31

Bab terbaru

  • Tears   Chapter 50 (extra part)

    "Saya terima nikah dan kawinnya Isabelle Artharwa Al Rasyid binti Al Rasyid dengan mas kawin 222 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Arkan dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhh!!!" Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilah."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ibell keluar dan duduk di samping suaminya. Ibell kemudian mencium punggung tangan Arkan, yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Usai sungkeman diadakan dengan sesi photo keluarga. Setelah acara yang paling ditunggu-tunggu, yaitu acara hiburan pun dimulai.

  • Tears   Chapter 49 (Epilog)

    Ibell melangkah ragu-ragu saatmelintasi kamar demi kamar di RSJ tempat Tante Florida dirawat. Langkahnya mendadak terpaku, saat melihat sosok Tante Florida yang sedang duduk santai di kursi taman. Menurut Arkan, akhir-akhir ini Tante Florida memang lebih suka duduk di taman daripada di dalam kamar. Kesehatan jiwa raganya maju pesat bulan-bulan terakhir ini. Ibell menyurutkan langkah kala melihat dokter Prambudi datang dan membawakan sebuket bunga untuk Tante Flo. Pak dokter ini memang hebat. Dari usianya belasan tahun sampai lima puluhan tahun, cintanya kepada Tante Flo tidak berubah. Ibell baru saja akan membalikkan badannya, saat suara bariton dokter Prambudi memanggilnya. Ternyata sang dokter telah mengetahui kedatangannya. Ibell menghampiri mereka berdua ragu-ragu."Sini, Nak. Kamu mau menemui Tante Flo bukan? Ayo duduk sini." Dokter Budi menggeser pinggulnya ke samping. Memberinya tempat duduk di sisi kanan Tante Florida. Setelahnya sang dokter

  • Tears   Chapter 48 (end)

    "Bagaimana dengan ibu Anda, bukankah ibu Anda selalu memandang Ibell seperti hama yang akan merusak keluarganya? Anda juga mengatakan bahwa ibu Anda adalah surga Anda? Lantas apakah hanya karena seorang wanita, Anda rela menggadaikan kebahagiaan Ibu Anda sendiri?"Raven masih belum menyerah. Bukan sifatnya untuk takluk begitu saja sebelum bertarung habis-habisan. Karena yang dipertaruhkannya di sini adalah masa depan anaknya. Dulu sebagai seorang ayah dia sudah sangat banyak berbuat salah. Kali ini dia akan berusaha menjadi orang tua yang benar. Karena terkadang anak seusia putrinya ini, belum bisa membedakan antara perasaan cinta atau hanya sekedar kagum karena merasa ada pembela. Orang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan dirinya sendiri. Dia ingin agar putrinya benar- benar yakin dulu akan perasaannya sendiri, baru dia akan mengambil keputusan."Tidak ada siapa yang akan menggadaikan kebahagian siapa

  • Tears   Chapter 47

    Ibell baru sampai di depan gang rumahnya, saat pandang matanya tertumbuk pada empat mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Pak RT. Rumah Pak RT memang bersebelahan dengan rumahnya. Pertama Ibell menduga mobil-mobil itu adalah mobil tamu-tamu Pak RT. Namun saat ia melihat nomor polisi dua mobil mewah itu, ia langsung mengenali pemiliknya. Mobil pertama adalah mobil daddynya. Dan mobil yang satunya lagi, ia kenali sebagai mobil yang pernah ditumpanginya berkali-kali karena tidak sengaja. Yaitu mobil Revan Aditama Perkasa. Itu artinya pemilik mobil-mobil itu sebenarnya adalah tamunya.Masalahnya, apa yang menyebabkan mereka beramai-ramai ke rumahnya? Ibell bingung. Ia jadi merasa kembali dikejar-kejar oleh para rentenir. Biasanya memang seperti itu. Apabila ada mobil asing di depan rumahnya, pasti ada rentenir yang sedang menunggu kepulangannya untuk menagih hutang.Sementara itu, Arkan mulai merasakan udara-udara tidak enak di sekitarny

  • Tears   Chapter 46

    Ibell menepis serangga yang menggerayangi wajahnya. Tetapi sepertinya serangganya tidak ada takut-takutnya. Ibell membuka mata. Bermaksud untuk melihat apakah ada semut yang mengerubungi wajahnya. Tetapi netra brandynya malah saling bersirobok dengan manik hitam segelap malam Arkan yang sedang menciumi permukaan wajahnya.Astaga, ternyata ini rupanya serangganya! Eh tapi tunggu dulu. Sepertinya ada yang salah di sini! Mata Ibell membelalak. Kenapa dosen mafianya bisa ada di sini?!"Lho Bapak kenapa bisa ada di ranjang saya?""Pertanyaan kamu terbalik, Sayang. Seharusnya saya dong yang nanya, kenapa kamu bisa ada di ranjang saya?" Arkan mengulum senyum. Ia merasa geli melihat Ibell yang belum sepenuhnya menyadari keberadaannya, dan apa seperti apa penampakannya saat ini."Hah! Iya ya?" Pandangan Ibell perlahan menjelajahi sudut-sudut kamar. Dimulai dari tirai abu-abu, wallpaper bermotif catur, meja

  • Tears   Chapter 45

    "Nis, ini kita bisa masuk penjara lho kalo si pemilik apartemen tahu kita udah nyelinap diam-diam ke wilayah pribadinya. Masak gue kemarin baru keluar dari kantor polisi, tetiba masuk lagi aja? 'Kan nggak lucu."Ibell berbisik pelan di telinga Annisa. Saat ini mereka berdua sudah seperti dua penjahat kambuhan yang sedang menyatroni mangsanya. Jalan berjingkat-jingkat dengan gerakan sehalus mungkin agar tidak menimbulkan suara. Annisa ingin masuk ke kamar Cakra dengan tiba-tiba. Siapa tahu WIL-nya Cakra ada di sana katanya."Bell, coba lo aja yang buka itu handle pintunya dan dorong pelan-pelan. Gue mau nyiapin jantung dulu. Biar dia nggak kaget-kaget amat kalo pas ngedapetin ada cewek naked yang lagi bobok cantik sama si Cakra di ranjangnya."Ibell dengan cepat menggeleng. Nyari mati kalau ketahuan itu mah!Annisa yang penasaran akut membuat gerakan memohon, diikuti dengan pandan

  • Tears   Chapter 44

    "Lho Opa sama Pak Cakra kok bisa datangnya barengan? Opa kenal sama Pak Cakra?" Ibell memandang opa dan bos ketusnya heran. Sementara dua orang di depannya terlihat bingung karena tidak saling mengenal sama sekali. Kebetulan saja mereka tiba berbarengan."Oh ini Opa kamu ya, Belle? Kami tidak saling mengenal. Mungkin kebetulan saja kami berdua tiba berbarengan di sini. Oh ya Opa, kenalkan saya Cakra Prajna Wisesa. Atasan Isabelle di restaurant Nikmat Rasa. Senang berkenalan dengan Opa."Cakra menjabat tangan Dirga diiringi dengan seulas senyum sopan di bibirnya. Ibell takjub. Ternyata boss ketusnya bisa bersikap manis dan sopan juga. Opanya juga balas menjabat dan menyebutkan nama. Opa Dirga juga menanyakan soal kinerjanya di restaurant. Boss ketus ini kalau soal diplomasi memang luar biasa. Tetapi coba kalau hanya berdua, kalau tidak menyindir-nyindir pasti mengomelinya.Ibell melirik ke arah Albert, yang seketika m

  • Tears   Chapter 43

    "Menunggu waktu saya meninggal maksudnya? Anda ini hebat sekali ya dosen bahlul. Merencanakan suatu tindakan percobaan pidana di kantor polisi. Tetapi tidak heran juga sih mengingat track record ayah Anda yang juga pernah mendekam di penjara. Buah 'kan memang jatuh tidak jauh dari pohonnya."Gue bales lo! Raven menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu, maksud daddy Ibell juga anak yang berasal dari genetika yang tidak baik karena punya mommy mantan narapidana ya? Bukannya daddy dulu juga mencintai mommy makanya daddy merebut mommy dari Om Dewa? Kalau di runut-runut Ibell ini berasal dari orang tua yang dua-duanya tidak baik dalam hal etika bukan?"Wajah Ibell mendung. Entah mengapa dia merasa daddynya masih saja menyesalkan kehadirannya yang berasal dari rahim seorang mantan narapidana. Istimewa daddynya

  • Tears   Chapter 42

    "Bapak tidak pulang? Ini sudah larut malam lho, Pak. Tante Flo nanti pasti nyariin Bapak. "Ibell yang merasa kasihan melihat Arkan yang sepertinya kebingungan harus bersikap bagaimana, menarik ujung kaos lengan panjang sang dosen yang masih saja memeluknya erat."Hah? Apa Petite? Maaf saya kurang begitu jelas mendengar kata-katamu tadi. Kamu bilang apa tadi hmmm?" Arkan menyelipkan sejumput rambut Ibell yang menutupi keningnya ke belakang telinga. Arkan memang sedang gegana dan dilema luar biasa. Dia sebenarnya ingin pulang dan segera menginterogasi ibunya dan juga Dokter Anita. Tetapi dia juga tidak tega membiarkan Ibell sendirian menginap di kantor polisi. Kalau saja di bolehkan, dia ingin sekali menemani Ibell di ruangannya.Bayangan Ibell yang nota bene seorang perempuan tidur di antara para laki-laki membuat hatinya tidak tenang. Saat ini saja sudah begitu banyak kepala yang menoleh sedikit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status