Revan sangat bingung melihat gadis remaja ini. Setelah menjadi penumpang ilegal di mobilnya dari sejak dari rumah sakit, eh ini sekarang sicantik ini malah minta tolong diantar kan kembali ke sana. Aneh bukan?Tetapi Revan mengerti, tingkah para abege zaman now memang ajaib. Persis seperti dirinya dulu yang mati-matian mengejar Senjahari, guru matematika cantiknya. Dan kini dia telah bertunangan dengan seorang model terkenal yang bernama Luna Bratakusuma, atas konspirasi dari kedua belah pihak keluarga. Menurut orang tuanya, Luna adalah paket lengkap seorang calon istri. Cantik, terkenal, cucu seorang Alex Bratakusuma pula. Dan diatas semua itu, Luna sangat baik dan sopan terhadap orang tua. Itulah nilai plus Luna dimata kedua orang tuanya. Kalau ditanya soal bagaimana dengan perasaan Revan sendiri, sejujurnya dia tidak tahu. Yang paling penting buatnya adalah kebahagian kedua orang tuanya itu diatas segala-galanya. Sejak dia gagal mempersunting mantan gurunya itu,
Arkan mendorong paksa tubuh Ibell memasuki kursi penumpang kemudian dia sendiri pun masuk kedalam kursi pengemudi. Sebelum menjalankan mobilnya Arkan menatap kening Ibell sedikit lama, dan kemudian menyentuh bagian yang tampak sedikit memar. Ibell mengaduh tanpa sadar sambil memegang tempat yang tadi disentuh oleh Arkan."Ini keningmu kenapa bisa memar begini? Perasaan tadi malam sampai tadi pagi masih mulus-mulus saja." Arkan bertanya pada Ibell sambil tangannya meraba-raba kotak P3K di dalam dashboard mobilnya."Oh ini mungkin tadi terbentur bagian hardware jok yang agak keras sewaktu Saya menyelinap masuk ke dalam mobil Pak Revan." Setelah mengatakannya Ibell mendadak pengen menggigit lidahnya sendiri karena keceplosan. Hadehhhh bisa panjang ini urusannya."Apa? Menyelinap? JELASKAN!!"Arkan menuntut jawabannya sambil mulai mengompres kening memar yang sedikit lecet Ibell dengan sediki
"Alhamdullilahhh..Lo di mana sekarang? Gu-Gue nyusul ke sana sekarang ya?L-Lo tunggu di sana dulu ya Wa? Tolong lo jagain a-anak gadis gue bentaran ya, Wa? Tolong banget ya, Wa?""Percuma juga lo ke sini, Van. Si Ibellnya udah kabur. Tapi kayaknya anak lo dalam masalah besar deh, Van. Tadi gue liat mukanya babak belur kayak abis digamparin orang. Ibell bahkan nyaris ketabrak mobil gue, karena berjalan linglung nggak tentu arah."Raven menutup matanya yang tiba-tiba terasa panas. Air mata mengalir di sela-sela matanya yang tertutup rapat. Anaknya digebuki orang di luar sana, sementara dirinya tidak ada di sana untuk melindunginya. Daddy macam apa dirinya?Benaknya terus membayangkan kejadian-kejadian yang mungkin telah dan akan dialami anak gadisnya. Penculikan, pemerkosaan, pembunuhan. Oh Tuhan Raven begitu takut kejadian-kejadian itu benar-benar terjadi pada anak gadisnya. Pasti rentenir-rent
Ibell menyusun buku-bukunya dengan cepat ke dalam tas ransel. Mbok Darmi izin pulang kampung selama beberapa hari. Ada ada salah seorang kerabat si mbok yang meninggal. Otomatis Ibell harus membuat kue-kuenya besok sendirian. Untuk itu Ibell harus pulang lebih cepat. Apalagi besok pagi banyak sekali kedai-kedai yang meminta tambahan aneka macam kue-kue baru. Akhir-akhir ini Ibell memang belajar membuat kue-kue baru via internet. Dengan aneka macam kue yang ia tawarkan, banyak kedai-kedai yang tertarik untuk menjualnya. Alhasil ia harus bekerja ekstra keras. Namun hasilnya setimpal. Pundi-pundi uangnya juga bertambah."Bell, lo masih nyari kerja part time nggak?" Annisa menarik sebuah kursi kosong di samping Ibell. Setelahnya ia duduk santai dan memperhatikan Ibell membereskan mejanya."Ya masih dong, Nis. Apa ada lowongan kerja buat gue?" Ibell mengencangkan ikatan tas ransel. Kemudian mengaitkan sisi kanan kiri tas ransel p
"Maaf kalau sa-saya lancang. Tapi kenapa Bapak sudah menolak saya, bahkan sebelum Bapak menginterview saya?" Ibell berupaya agar ia bisa diterima bekerja. Minimal diinterview. Ia memang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini."Setidaknya Bapak bi-bisa melihat CV saya dulu mungkin? Atau mengetest kemampuan saya bekerja ba-barangkali?" Ibell nekad. Pokoknya ia harus bisa bekerja.Ibell sedikit tergagap. Karena Cakra terus memandangi wajahnya lurus-lurus selama saat ia berbicara. Bagaimana Ibell tidak merasa risih karenanya."Yang jadi Boss di sini, kamu atau saya, heh?" Cakra menggebrak meja. Ia memang sedang stress. Staff kepercayaannya telah melakukan switch dengan perusahaan lain. Sementara kedua orang tuanya memaksanya untuk bertunangan dengan anak abege sahabat lama mereka. Belum lagi Senjahari, Mbak tercintanya melemparkan tanggung jawab restaurant begitu saja kepadanya. Bagaimana kep
Ibell berlarian sambil mengangkat dua keranjang kuenya. Pagi ini ia kesiangan karena semalaman tidak bisa tidur. Pertemuan dengan dua keluarga besar kedua orang tuanya begitu menguras emosi dan air matanya. Apalagi sepedanya hari ini sedang rusak. Rantai sepedanya putus. Makanya ia harus mengantar kue-kue dengan menaiki angkutan umum. Alhasil pagi ini ia harus berlarian untuk mempersingkat waktu. Ia takut terlambat mengantarkan kue-kuenya. Belum lagi ia juga masih dalam masa training di restaurant Nikmat Rasanya pacar Nisa. Ia sampai ngos-ngosan demi mengejar waktu.Saat langkah Ibell mencapai jalan raya, ia kaget saat tiba-tiba saja, ada yang merampas paksa dua keranjang kuenya. Ternyata orang yang merampas keranjangnya adalah daddynya. Daddynya mengangkat dua keranjang kuenya dan kini, berjalan mensejajarinya. Ibell mencoba merebut kembali keranjangnya. cuma bisa menggapai angin. Namun daddy
Pukul lima pagi, adalah waktunya Ibell mengantar kue ke warung-warung sekitaran kontrakkannya. Ibell selalu menggunakan sepeda karena alasan kepraktisan. Kue-kue basahnya biasanya dikonsumsi sebagai sarapan pagi bagi anak-anak sekolah dan para pekerja kantoran yang tidak bisa mengkonsumsi makanan berat di pagi hari. Kalau jam tujuh pagi, biasanya Ibell mengantarkan kue ke kampus dan sekitaran komplek perumahan di sana dengan angkot. Karena setelahnya ia langsung berangkat kerja di restaurant. Karena di restaurant, Ibell masuk kerja pada pukul delapan pagi tepat dan pulang pukul empat sore. Ibell biasa mandi dan berganti pakaian di restaurant sebelum ke kampus. Hidupnya sangat teratur dan telah tersusun jadwal-jadwalnya. Tidak ada sedikit pun waktu baginya untuk berleha-leha. Hanya saja sekarang, kue-kue sore untuk kafe telah diantarkan melalui jasa kurir. Karena Ibell sekarang sudah mulai kuliah."Mbok, Ibell berangkat ya?Asalamualaikum." Ib
Ibell baru saja mempersilahkan duduk boss besarnya dan Nisa, saat pandangannya tidak sengaja bersirobok dengan dosen mafianya, Arkan.Astaga, baru kemarin bertemu di kampus, dan kini bertemu lagi di acara gathering. Sepertinya dia dia terus yang dilihatnya akhir-akhir ini."Tempat duduk saya di mana, Petite? Tapi jujur, kalau boleh memilih, saya inginnya duduk di pangkuan kamu saja," bisik Arkan pelan di telinga kiri Ibell. Arkan bahkan sempat-sempatnya menggigit kecil telinga Ibell, saat Ibell sedikit meleng. Ibell langsung gugup saat Arkan kembali mendekatkan bibirnya ke pipi kirinya. Menyentuh kemulusannya sekilas dengan ujung hidungnya. Ibell segera bergeser menjaga jarak. Ia ingin terlihat professional. Di sini, ia dibayar untuk bekerja. Bukan membuat masalah yang bisa mengacaukan pesta. Sebisa mungkin ia mencoba untuk menghindari sumber utama masalahnya, yaitu Arkansas."Jangan
"Dia itu orang yang mengaku-ngaku sebagai pemilik dari Isabelle, Om!" Revan menjawab santai sembari menunjuk Arkansas dengan dagunya."Apa? Anda ini siapa, sampai Anda berani mengaku-ngaku sebagai pemilik dari Isabelle?" Raven mulai panas mendengar ada orang yang dengan seenak perutnya mengklaim putrinya."Anda sendiri siapa?" Arkan berkacak pinggang seraya menunjuk wajah Raven dengan jari telunjuknya."Saya ini daddynya. Ibell itu anak kandung saya!" Wajah Raven sudah merah padam karena emosi. Ia geram melihat sikap meremehkan yang terang-terangan diperlihatkan Arkan. Sementara Arkan mengangguk-anggukan kepala dengan gaya menjengkelkan, saat mendengar pengakuan Raven."Ooo... jadi si Pet-Bella ini anak kandung Anda? Tetapi kalau dia memang anak kandung Anda, seharusnya saat ini ia sudah duduk cantik sambil ongkang-ongkang kaki di meja dua puluh lima. Bersama dengan Reksiva Digdaya Al Ras
"Saya terima nikah dan kawinnya Isabelle Artharwa Al Rasyid binti Al Rasyid dengan mas kawin 222 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Arkan dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhh!!!" Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilah."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ibell keluar dan duduk di samping suaminya. Ibell kemudian mencium punggung tangan Arkan, yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Usai sungkeman diadakan dengan sesi photo keluarga. Setelah acara yang paling ditunggu-tunggu, yaitu acara hiburan pun dimulai.
Ibell melangkah ragu-ragu saatmelintasi kamar demi kamar di RSJ tempat Tante Florida dirawat. Langkahnya mendadak terpaku, saat melihat sosok Tante Florida yang sedang duduk santai di kursi taman. Menurut Arkan, akhir-akhir ini Tante Florida memang lebih suka duduk di taman daripada di dalam kamar. Kesehatan jiwa raganya maju pesat bulan-bulan terakhir ini. Ibell menyurutkan langkah kala melihat dokter Prambudi datang dan membawakan sebuket bunga untuk Tante Flo. Pak dokter ini memang hebat. Dari usianya belasan tahun sampai lima puluhan tahun, cintanya kepada Tante Flo tidak berubah. Ibell baru saja akan membalikkan badannya, saat suara bariton dokter Prambudi memanggilnya. Ternyata sang dokter telah mengetahui kedatangannya. Ibell menghampiri mereka berdua ragu-ragu."Sini, Nak. Kamu mau menemui Tante Flo bukan? Ayo duduk sini." Dokter Budi menggeser pinggulnya ke samping. Memberinya tempat duduk di sisi kanan Tante Florida. Setelahnya sang dokter
"Bagaimana dengan ibu Anda, bukankah ibu Anda selalu memandang Ibell seperti hama yang akan merusak keluarganya? Anda juga mengatakan bahwa ibu Anda adalah surga Anda? Lantas apakah hanya karena seorang wanita, Anda rela menggadaikan kebahagiaan Ibu Anda sendiri?"Raven masih belum menyerah. Bukan sifatnya untuk takluk begitu saja sebelum bertarung habis-habisan. Karena yang dipertaruhkannya di sini adalah masa depan anaknya. Dulu sebagai seorang ayah dia sudah sangat banyak berbuat salah. Kali ini dia akan berusaha menjadi orang tua yang benar. Karena terkadang anak seusia putrinya ini, belum bisa membedakan antara perasaan cinta atau hanya sekedar kagum karena merasa ada pembela. Orang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan dirinya sendiri. Dia ingin agar putrinya benar- benar yakin dulu akan perasaannya sendiri, baru dia akan mengambil keputusan."Tidak ada siapa yang akan menggadaikan kebahagian siapa
Ibell baru sampai di depan gang rumahnya, saat pandang matanya tertumbuk pada empat mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Pak RT. Rumah Pak RT memang bersebelahan dengan rumahnya. Pertama Ibell menduga mobil-mobil itu adalah mobil tamu-tamu Pak RT. Namun saat ia melihat nomor polisi dua mobil mewah itu, ia langsung mengenali pemiliknya. Mobil pertama adalah mobil daddynya. Dan mobil yang satunya lagi, ia kenali sebagai mobil yang pernah ditumpanginya berkali-kali karena tidak sengaja. Yaitu mobil Revan Aditama Perkasa. Itu artinya pemilik mobil-mobil itu sebenarnya adalah tamunya.Masalahnya, apa yang menyebabkan mereka beramai-ramai ke rumahnya? Ibell bingung. Ia jadi merasa kembali dikejar-kejar oleh para rentenir. Biasanya memang seperti itu. Apabila ada mobil asing di depan rumahnya, pasti ada rentenir yang sedang menunggu kepulangannya untuk menagih hutang.Sementara itu, Arkan mulai merasakan udara-udara tidak enak di sekitarny
Ibell menepis serangga yang menggerayangi wajahnya. Tetapi sepertinya serangganya tidak ada takut-takutnya. Ibell membuka mata. Bermaksud untuk melihat apakah ada semut yang mengerubungi wajahnya. Tetapi netra brandynya malah saling bersirobok dengan manik hitam segelap malam Arkan yang sedang menciumi permukaan wajahnya.Astaga, ternyata ini rupanya serangganya! Eh tapi tunggu dulu. Sepertinya ada yang salah di sini! Mata Ibell membelalak. Kenapa dosen mafianya bisa ada di sini?!"Lho Bapak kenapa bisa ada di ranjang saya?""Pertanyaan kamu terbalik, Sayang. Seharusnya saya dong yang nanya, kenapa kamu bisa ada di ranjang saya?" Arkan mengulum senyum. Ia merasa geli melihat Ibell yang belum sepenuhnya menyadari keberadaannya, dan apa seperti apa penampakannya saat ini."Hah! Iya ya?" Pandangan Ibell perlahan menjelajahi sudut-sudut kamar. Dimulai dari tirai abu-abu, wallpaper bermotif catur, meja
"Nis, ini kita bisa masuk penjara lho kalo si pemilik apartemen tahu kita udah nyelinap diam-diam ke wilayah pribadinya. Masak gue kemarin baru keluar dari kantor polisi, tetiba masuk lagi aja? 'Kan nggak lucu."Ibell berbisik pelan di telinga Annisa. Saat ini mereka berdua sudah seperti dua penjahat kambuhan yang sedang menyatroni mangsanya. Jalan berjingkat-jingkat dengan gerakan sehalus mungkin agar tidak menimbulkan suara. Annisa ingin masuk ke kamar Cakra dengan tiba-tiba. Siapa tahu WIL-nya Cakra ada di sana katanya."Bell, coba lo aja yang buka itu handle pintunya dan dorong pelan-pelan. Gue mau nyiapin jantung dulu. Biar dia nggak kaget-kaget amat kalo pas ngedapetin ada cewek naked yang lagi bobok cantik sama si Cakra di ranjangnya."Ibell dengan cepat menggeleng. Nyari mati kalau ketahuan itu mah!Annisa yang penasaran akut membuat gerakan memohon, diikuti dengan pandan
"Lho Opa sama Pak Cakra kok bisa datangnya barengan? Opa kenal sama Pak Cakra?" Ibell memandang opa dan bos ketusnya heran. Sementara dua orang di depannya terlihat bingung karena tidak saling mengenal sama sekali. Kebetulan saja mereka tiba berbarengan."Oh ini Opa kamu ya, Belle? Kami tidak saling mengenal. Mungkin kebetulan saja kami berdua tiba berbarengan di sini. Oh ya Opa, kenalkan saya Cakra Prajna Wisesa. Atasan Isabelle di restaurant Nikmat Rasa. Senang berkenalan dengan Opa."Cakra menjabat tangan Dirga diiringi dengan seulas senyum sopan di bibirnya. Ibell takjub. Ternyata boss ketusnya bisa bersikap manis dan sopan juga. Opanya juga balas menjabat dan menyebutkan nama. Opa Dirga juga menanyakan soal kinerjanya di restaurant. Boss ketus ini kalau soal diplomasi memang luar biasa. Tetapi coba kalau hanya berdua, kalau tidak menyindir-nyindir pasti mengomelinya.Ibell melirik ke arah Albert, yang seketika m
"Menunggu waktu saya meninggal maksudnya? Anda ini hebat sekali ya dosen bahlul. Merencanakan suatu tindakan percobaan pidana di kantor polisi. Tetapi tidak heran juga sih mengingat track record ayah Anda yang juga pernah mendekam di penjara. Buah 'kan memang jatuh tidak jauh dari pohonnya."Gue bales lo! Raven menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu, maksud daddy Ibell juga anak yang berasal dari genetika yang tidak baik karena punya mommy mantan narapidana ya? Bukannya daddy dulu juga mencintai mommy makanya daddy merebut mommy dari Om Dewa? Kalau di runut-runut Ibell ini berasal dari orang tua yang dua-duanya tidak baik dalam hal etika bukan?"Wajah Ibell mendung. Entah mengapa dia merasa daddynya masih saja menyesalkan kehadirannya yang berasal dari rahim seorang mantan narapidana. Istimewa daddynya
"Bapak tidak pulang? Ini sudah larut malam lho, Pak. Tante Flo nanti pasti nyariin Bapak. "Ibell yang merasa kasihan melihat Arkan yang sepertinya kebingungan harus bersikap bagaimana, menarik ujung kaos lengan panjang sang dosen yang masih saja memeluknya erat."Hah? Apa Petite? Maaf saya kurang begitu jelas mendengar kata-katamu tadi. Kamu bilang apa tadi hmmm?" Arkan menyelipkan sejumput rambut Ibell yang menutupi keningnya ke belakang telinga. Arkan memang sedang gegana dan dilema luar biasa. Dia sebenarnya ingin pulang dan segera menginterogasi ibunya dan juga Dokter Anita. Tetapi dia juga tidak tega membiarkan Ibell sendirian menginap di kantor polisi. Kalau saja di bolehkan, dia ingin sekali menemani Ibell di ruangannya.Bayangan Ibell yang nota bene seorang perempuan tidur di antara para laki-laki membuat hatinya tidak tenang. Saat ini saja sudah begitu banyak kepala yang menoleh sedikit