Setelah telepon dengan Grace dimatikan, Arvin bergegas memeriksa panggilan tak terjawab lain. Seperti yang Zoya katakan, ada banyak panggilan tak terjawab dari Prazta. Pria itu langsung menghubungi wakilnya dan menarik napas pelan setelah panggilannya dijawab pada dering pertama."Katakan, ada masalah apa?" "Zoya tidak memberitahumu?" Arvin berdecak. Tentu saja Zoya tidak mengatakan apa pun, tapi melihat bagaimaa wanita itu mengetahui tentang surat kaleng, maka informasi yang dikatakan dengan ceroboh oleh Prazta pastilah seputar surat itu juga."Dia hanya meminta penjelasan tentang surat kaleng. Apa ada informasi terbaru?" "Sebenarnya ini sudah di luar jam kerja, apa aku bisa menghitungnya sebagai lembur?" "Kenapa kau bertingkah seperti kekurangan uang, sialan!" Prazta terkekeh di seberang, jelas sekali pria itu menikmati kejengkelan Arvin. Sejak memutuskan untuk menjadi wakil Arvin di perusahaan, mereka berusaha memisahkan urusan pekerjaan dan pribadi, lalu Prazta adalah karyawa
Zoya, Arvin dan Mia segera kembali ke kediaman Kalandra untuk melihat lukisan yang Grace katakan. Ketiganya langsung menuju lantai lima setelah Grace menyambut dan mengarahkan ke sana.Ini pertama kali Zoya pergi ke lantai lima kediaman Kalandra, karena tempat itu terlarang, hanya Arvin dan orang-orang yang diizinkan pria itu yang boleh memasukinya.Di ujung tangga menuju lantai lima, ada sebuah pintu menjulang. Lalu, ketika pintu itu terbuka dan Zoya resmi memasuki lantai itu untuk pertama kalinya, wanita itu tidak bisa menahan keterkejutannya. Seluruh lantai dibentuk seperti perpustakaam, dengan lemari dan rak tinggi, semuanya berbaris dengan rapi. Tapi, Zoya tidak melihat buku seperti perpustakaan pada umumnya. Melihat angka-angka yang tertera padak rak-rak tinggi itu, maka Zoya bisa menyimpulkan jika lantai lima kediaman ini menyimpan berkas-berkas penting, mungkin termasuk sejarah, pengeluaran, pemasukan, jumlah penghuni dan siapa saja yang keluar-masuk kediaman Kalandra setiap
Meski wajah serta seluruh tubuh yang terlihat dalam lukisan itu hanya setengah saja, semuanya menyadari bahwa itu adalah Mia. Setidaknya bagi Hannes, Grace dan Arvin yang mengetahui dengan benar wajah Mia saat kecil, meski hanya setengah, seolah lukisan itu tidak lengkap, semuanya memikirkan hal yang sama.Zoya hanya pernah beberapa kali melihat album foto saat Mia kecil, tapi ia juga bisa mengenali wajah dalam lukisan karena Zoya juga sudah mengenal Mia sejak gadis itu memasuki panti asuhan."Ugh ... kenapa aku?" Mia bergidik, matanya memperhatikan setiap detail hingga menemukan sebuah tulisan di bagian bawa kiri lukisan."Zayn? Bukan Zhian?" Gumaman Mia membuat semua orang ikut memperhatikan apa yang sedang gadis itu lihat. Zoya menelan ludah melihat kata Zayn yang tertulis menggunakan cat merah dan dibuat seperti tetesan darah. "Zayn?" Grace mengernyit, setitik ingatan memenuhi kepalanya. "Ayah, bukankah Zayn itu ... putranya Sera?" tanyanya pelan.Hannes memijit kening. "Ya ...
"Saya akan segera mengambilkannya, Nyonya." Hannes menjawab pertanyaan Zoya sembari bergegas pergi. Galleri milik nyonya Kalandra sebelumnya berada di lantai empat, dalam sebuah ruangan khusus yang dulu juga dijadikan sebagai tempat saat wanita itu ingin melukis.Kepergian Hannes menciptakan keheningan yang pekat. Zoya masih memperhatikan lukisan, entah kenapa ingatan tentang Mia yang dulu ditemukan dalam kondisi babak belur di depan panti asuhan kembali memenuhi kepalanya. Saat itu ia hanya berpikir kalau orang tua Mia yang telah melakukan itu sebelum membuangnya.Tapi, setelah sedikit kebenaran terungkap, mau tidak mau Zoya memikirkan sosok yang sudah membantu Mia melarikan diri dari Sera. Melihat bagaimana Sera mau pun orang-orangnya tidak berhasil menemukan Mia hingga wanita itu kembali ke kediaman Kalandra, itu artinya lokasi panti asuhan tempat Mia dibuang cukup jauh dari tempat penyekapannya dan tidak ada yang bisa menebak kalau Mia di sana.Apalagi beberapa tahun kemudian oran
"Lalu, bagaimana sekarang?" Mia akhirnya bertanya, meski suaranya sedikit gemetar. Dia tidak pernah membayangkan akan melihat lukisan dirinya sendiri dengan kondisi yang mengenaskan.Ada beberapa luka di wajah Mia kecil, begitu juga dengan lengan dan terdapat robekan-robekan kecil di gaunnya. Mata anak dalam lukisan tampak kosong. Siapa pun pasti akan gemetar ketakutan jika ada seseorang mengiriminya lukisan berisi wajahnya saat kecil dalam keadaan penuh darah dan luka."Aku harus membicarakan hal ini dengan Prazta. Aku mungkin ... harus menghubungi Damian dan menegaskan masalah Thrixx padanya." Arvin memutuskan setelah menghela napas pelan."Maksudmu Damian De Veuster?" Zoya bertanya dengan ragu, baru-baru ini dia mengetahui kalau nama yang sudah tidak asing itu merupakan pemimpin keluarga Veuster.Damian De Veuster, nama itu tercatat sebagai pemimpin Apistle Group, perusahaan yang memiliki setidaknya lima cabang di setiap negara di seluruh dunia itu selalu berhasil memuncaki dunia b
Foto-foto itu jelas diambil di waktu dan tempat yang sama ketika Mia keluar dari rumah sakit setelah insiden penculikan, lalu jelas yang ada di tangan Mia saat ini dipotret oleh seorang profesional. Itu adalah foto Mia dan Arvin di depan gedung rumah sakit dengan tangan Mia yang sedang menunjukkan bagaimana ia menggandeng lengan Arvin, berjalan beriringan, bahkan kecupan yang sempat Mia berikan di pipi kakaknya turut difoto."Kalau saja foto ini bocor ke publik, sudah pasti skandal ini akan menggegerkan media masa. Tapi, kenapa mereka mencoret wajah Kak Arvin?" gumam Mia saat melihat bahwa seluruh wajah Arvin di foto itu digores menggunakan benda tajam hingga tidak terlihat jelas.Bagaimana orang-orang itu berpikir memasukkan foto ke dalam perut boneka? Kalau Mia berpikir polos dan tidak membongkar boneka kelinci itu, dia tidak akan pernah tahu bahwa ada foto-foto mereka di sana. Yang membuat kepala wanita itu cukup sakit adalah kenapa bonekanya ada di kamarnya, sedangkan tidak ada ya
Suara kesal di seberang membuat Arvin terkekeh."Maaf, aku sedang bekerja. Bagaimana harimu? Aku merindukan kalian," ucap Arvin sembari menyandarkan kepala pada sofa, ekspresi lembut di wajahnya benar-benar berbeda jauh dengan beberapa menit sebelumnya."Menurutmu bagaimana? Kamu pikir aku bisa bilang 'hariku menyenangkan' setelah melihat lukisan dan boneka itu?" Di seberang, Zoya berdecak jengkel, lebih marah lagi karena tidak diperbolehkan ikut menyelidiki kasus itu.Arvin menghela napas, "Maaf, Love, tapi kita tidak bisa mengambil resiko apa pun. Seperti yang kukatakan kemarin, jangan pernah sendirian atau membiarkan El dan Freya sendirian juga. Kita belum menemukan orang yang meletakkan boneka di kamar Mia," ucapnya serius, berharap wanita di seberang mengerti kalau situasinya sedang tidak baik.Tiga hari berlalu sejak mereka melihat lukisan dan mendengar laporan dari Mia tentang boneka kelinci hitam di kamarnya, juga melihat apa yang ada dalam perut boneka itu. Tulisan 'KETEMU!'
"Habis nelpon Papa, ya?" Pertanyaan Elvio menyambut Zoya yang baru datang. Wanita itu hanya bisa mengangguk kecil."Papa titip salam, katanya dia merindukanmu.""Hmph!"Zoya terkekeh melihat Elvio merengut dan pura-pura tidak peduli, meski telinganya yang memerah membuktikan jika anak itu senang sekaligus malu dengan kata-kata Zoya."Tante Mia ke mana?" Zoya mengedarkan pandangan, mengernyit saat tidak menemukan keberadaan Mia. "Sedang ke dapur bersama Grace, katanya mau ambil camilan." "Tea time!" Tepat setelah Elvio memberitahukan ke mana Mia menghilang, wanita itu datang dengan nampan berisi beberapa piring cookies coklat. Di belakangnya, Grace mengikuti bersama beberapa pelayan lain, membawakan perlengkapan meminum teh dan camilan-camilan lainnya. Zoya terpana melihat betapa cepat mereka menyusun semua itu di atas meja di bawah sebuah kanopi. Setelah kepergian para pelayan, Zoya dan Elvio segera mendekat dan menatap penuh minat pada berbagai macam kue di atas meja."Oh iya,