Lambang kepala serigala itu! Zoya menahan napas saat akhirnya mengetahui dari mana lambang itu berasal. Tapi, kalau benar kalung yang dikenakan Mia memiliki lambang keluarga Thrixx, bukankah organisasi yang dikatakan berbahaya oleh Kaindra beberapa hari lalu adalah Thrixx? Zoya tidak berani memikirkan kemungkinan adiknya menjadi anggota salah satu organisasi yang disebutkan Arvin, hanya saja jika menilai situasi yang terjadi dan menggabungkannya dengan informasi yang Zoya ketahui, maka jelas Kaindra berada di organisasi yang memusuhi Thrixx. Tapi, semuanya hanyalah spekulasi sepihak tanpa penjelasan langsung dari Kaindra. Zoya hanya berharap adiknya tidak berseteru dengan organisasi yang melakukan perjanjian damai dengan Kalandra. Entah bagaimana semuanya menjadi rumit seperti ini, tapi mungkin jika harus memilih antara Kaindra dan Arvin, Zoya akan melarikan diri lagi sebagai pilihan."Kalung itu sudah ada bersama Mia sejak dia dibuang di depan panti asuhan, Arvin. Aku benar-benar t
Zoya bergegas ke kamar tempat Kaindra dirawat sebelumnya, menghela napas saat melihat saudara kembarnya sedang duduk sambil memasang wajah menakutkan. "Aku hanya minta dicarikan pakaian ganti, kenapa kalian malah diam saja?!" Kaindra yang wajahnya sangat pucat dan berkeringat, mengerrnyitkan dahi saat para pelayan di sekitarnya hanya menunduk tanpa bergerak."Berhenti, Kaindra!" Zoya menghentikan Kaindra yang baru akan turun dari ranjang setelah tidak mendapatkan respon atas apa yang ia minta. "Sedikit saja kamu bergerak dari sana, aku akan merobek jahitan di perutmu hingga kamu pingsan lagi." Kata-kata Zoya kejam, tapi Kaindra yang tahu bahwa tidak ada candaan dari ancaman saudarinya langsung menelan ludah dan berhenti bergerak. Pria itu tahu Zoya dipenuhi dengan kemarahan dan ketakutan saat ini, tapi Kaindra juga tidak bisa mengabaikan pekerjaannya. Dia sudah menemukan Mia, menyelamatkannya dan membawa wanita itu ke hadapan Zoya, jadi sepertinya itu sudah lebih dari cukup."Aku ha
Zoya menghela napas saat Kaindra langsung memejamkan mata, jelas tidak mau menjawab pertanyaannya. Setelah memastikan jika Kaindra tidak akan macam-macam lagi, Zoya keluar dari kamar."Jangan pernah tinggalkan kamar ini!" Zoya memberi perintah begitu ia melihat empat pelayan di depan kamar. "Kalian boleh bergantian menjaganya, tapi pastikan dia tidak berusaha melarikan diri seperti tadi. Segera panggil aku jika sesuatu terjadi!"Melihat para pelayan membungkuk dengan patuh atas perintahnya, Zoya menarik napas perlahan, menekan sakit kepala yang melandanya sejak semalam. Masalahnya datang bertubi-tubi. Padahal belum selesai pembicaraannya dan Arvin tentang Aileen, masalah lain sudah datang.Zoya tidak tahu harus memprioritaskan yang mana terlebih dahulu. "Kalau sudah selesai, ayo kembali, Love." Arkan yang sejak melihat istrinya mengernyit, langsung mendekat dan meletakkan telapak tangannya di dahi Zoya. "Kamu harus melanjutkan makanmu dan beristirahat setelahnya.""Aku tidak lapar--"
Zoya mengerjap pelan ketika merasakan guncangan pelan di tubuhnya. Suara lirih yang memanggil juga turut membuat kesadarannya perlahan pulih. Kening wanita itu mengernyit saat membuka mata dan melihat bayangan kabur seseorang."Akhirnya Mama bangun!"Zoya yang menyadari jika sosok yang telah mengganggu tidurnya adalah Elvio, langsung berniat untuk bangkit, tapi tubuhnya tertahan oleh dekapan seseorang. Arvin memeluk erat Zoya, satu tangannya melingkar di sekitar bahu Zoya dan satu tangan lainnya memeluk pinggang wanita itu."Arvin," panggil Zoya pelan ketika merasakan kekuatan yang tidak mudah dilepas dari tubuhnya. Padahal pria itu sedang tertidur, tapi bagaimana tangannya tidak melepaskan Zoya sedikit pun?"Haruskah aku membawa pisau ke sini dan memotong tangannya?"Zoya yang sedang berusaha melepaskan diri dari Arvin langsung mengalihkan atensinya setelah mendengar gumaman Elvio. Dia terkejut tentu saja, pertama kali mendengar putranya mengatakan sesuatu seperti itu dengan wajah ta
"Oh, sayang!" Zoya memanggil, matanya berbinar saat suaminya mendekat, sedikit lebih lambat dari langkah cepatnya beberapa saat lalu.Arvin berdeham singkat, "Jadi, bisakah aku bergabung merayakan ulang tahunmu?" tanyanya dengan nada seperti orang linglung.'Dia pasti baru saja bangun dan bergerak cepat ke sini.' Zoya membatin kasihan, tapi senyumnya segera terbit saat ia menunjuk pada kursi kosong di sisi kanannya."Kamu juga harus duduk, Mia!" Zoya memberi arahan yang jelas tudak bisa dibantah.Meski sedikit kikuk dan ragu awalnya, Mia memilih untuk menuruti permintaan Zoya setelah melihat Arvin mengangguk dan mengizinkannya untuk duduk juga. Setelahnya, Zoya melanjutkan menutup mata, dengan kedua tangan yang terjalin di depan dada. Tidak banyak yang bisa Zoya harapkan untuk angka 20 di atas kue ulang tahunnya, jadi wanita itu hanya berdoa agar apa pun luka atau rasa kecewa yang ia miliki di masa lalu bisa sembuh perlahan dan tidak mengganggunya lagi.Zoya meniup lilin beberapa kali
Mereka terlambat untuk makan malam, persis seperti yang Zoya pikirkan. Wanita itu menuruni tangga dengan wajah merengut, tahu jika dokter sudah datang dan sedang memeriksa Kaindra dari salah satu pelayan yang mengetuk kamarnya."Jangan menyentuhku!" sungut Zoya ketika Arvin mengejar dan mencoba meraih pinggangnya. Zoya menjauh, mempercepat langkah dengan wajah masam. "Aku kan, tidak mengingkari janji, Love!" Arvin kembali berjalan di sisi Zoya, sedikit menyeringai melihat bibir cemberut wanita itu. "Aku hanya melakukannya sekali sesuai keinginanmu!"Zoya langsung menoleh, matanya menatap tajam, seolah sebuah sinar merah akan keluar dari tatapannya jika itu adalah sebuah komik. "Memang hanya sekali, tapi kamu menundanya sangat lama! Sudah kubilang untuk menyelesaikannya dengan cepat, tapi kamu--!" Seruan Zoya terhenti saat menyadari jika langkahnya sudah sampai di dekat kamar Kaindra, beberapa pelayan menoleh saat mendengar suara Zoya yang sedikit keras.Zoya menarik napas panjang, m
Zoya kembali ke kamarnya setelah menghabiskan makan malam dan memberi tambahan waktu bagi Elvio untuk bermain hingga pukul sembilan. Beruntung Arvin juga memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, jadi pria itu segera mendekam di ruang kerjanya dan meminta Zoya untuk datang setelah menidurkan Elvio.Masih ada satu jam sebelum jadwal tidur Elvio datang, jadi Zoya memilih untuk menyalakan laptop dan membuka file-file yang dikirimkan Hana.Seperti yang dikatakan Arvin, lambang kepala serigala itu adalah milik Thrixx. Hana memberi laporan yang jelas jika tidak ada organisasi lain dengan lambang seperti itu selain Thrixx, karena bagi mereka yang bekerja di dunia bawah seperti itu, lambang adalah harga diri yang tidak boleh sama dengan siapa pun."Bukan organisasi yang besar, tapi karena berada di bawah pohon keluarga Veuster, maka tidak ada yang berani menyentuh Thrixx?" Zoya bergumam saat membaca informasi yang tertera.Jika Kaindra adalah musuh bagi Thrixx sejak pria itu menghabisi salah sa
"Dokter tadi bilang apa tentang om Kai?" Zoya yang sedang menyelimuti Elvio, menghentikan gerakannya saat mendengar pertanyaan anak itu. Senyumnya terukir dengan lembut."Dokter bilang akan segera sembuh, tapi setidaknya membutuhkan waktu hingga satu bulan sebelum om Kai boleh beraktivitas lagi."Elvio mengerjap, "Lebih parah dari aku berarti ya, Ma?" tanyanya seraya menghela napas lega. Padahal ia sudah sedikit khawatir jika harus mendekam di rumah sakit terlalu lama sejak mendengar jika ia harus dioperasi waktu itu, tapi dokter mengizinkannya untuk pulang tidak sampai sepuluh hari setelah dirawat.Zoya terkekeh pelan. Alasan Elvio diperbolehkan pulang adalah karena keinginan Zoya sendiri yang selalu menerima keluhan dari Elvio. Tentu saja berada di rumah sakit itu membosankan, jadi Zoya memilih untuk membawa pulang putranya dengan syarat untuk rajin kontrol."Ah, itu jadi mengingatkan Mama pada jadwal pemeriksaanmu besok!" Zoya mengecup kening putranya sebelum menepuk-nepuk pelan t