Xavier? Zoya menelan ludah setelah melihat raut pucat Claire. Untungnya pria tinggi yang tiba-tiba membuat kekacauan itu tidak langsung mendobrak masuk ke kamar, meski yang dilakukannya tidak kalah mengerikan dengan menerobos pertahanan Kalandra."Ke sini, Claire!" Xavier menatap tajam pada wanita yang terlihat ketakutan di tempatnya. "Ke sini atau kulubangi kepala wanita ini!"Zoya menahan napas saat merasakan sesuatu di belakang kepalanya. Dari suara yang dihasilkan, Zoya tahu jika pria di belakangnya sedang menodongkan pistol dan tidak main-main dengan ancamannya. "Lepaskan Kak Zoya! Kenapa kau ke sini dan membuat kekacauan?! Tidak, tunggu, kenapa kau bisa tahu aku di sini? Di mana Raz?!" Claire merasa dadanya sesak oleh rasa takut atas situasi yang terjadi. Padahal dia datang untuk bersembunyi dan menjauh dari Xavier, tapi ia justru membawa masalah ke kehidupan orang-orang yang mau membantunya."Ah ... kekasihmu itu?" Xavier terkekeh seraya menekan ujung pistol lebih kuat ke kep
"Biarkan dia istirahat, aku sudah memberinya sedikit obat tidur yang aman dan lukanya juga sudah diperban."Kata-kata dokter membuat Xavier yang sejak tadi hanya memperhatikan bagaimana Claire dirawat, menghela napas lega saat melihat wajah damai wanita itu yang tertidur setelah diobati, seolah kejadian menakutkan tadi tidak pernah terjadi.Tidak ada yang bisa Xavier lakukan selain mengikuti dokter keluar dan membiarkan para pelayan yang tinggal untuk mengganti pakaian Claire. Xavier mengikuti dokter, tahu pasti jika pria tua itu akan membawanya pada Zoya dan Arvin. Xavier pikir ia akan dibawa ke ruang kerja Arvin atau tempat lain di mana mereka menyekap anak buahnya, tapi malah ruangan luas yang tampak hangat dengan berbagai mainan, boneka, miniatur bangunan dan rak-rak buku berjejer, jelas itu adalah ruang keluarga. Meski ruangan itu berada di bagian yang cukup dalam karena harus melewati beberapa koridor, jelas jika tempat itu sangat tidak cocok dijadikan sebagai tempat untuk berd
Kedatangan Mia mengalihkan atensi semua orang. Elvio yang lega karena Mia datang di waktu yang tepat, langsung menuntun Freya menuju wanita itu. “Lova dan Kak Arvin akan segera ke sini, jadi sebaiknya tunggu dengan tenang.” Mia menujukan kata-kata itu pada Xavier, tidak merasa takut saat menatap tepat di manik sebiru es pria itu. “Lalu, Tuan Kenneth, ada pesan dari Lova--maksudku Zoya, katanya jangan mengatakan apa pun.” Mia segera menggendong Freya dan menuntun Elvio setelah menyampaikan pesannya pada dokter. “Aku nggak boleh tanya orang itu siapa, ya?” Elvio bertanya setelah mereka sudah menaiki tangga menuju lantai dua, agak jauh dari ruangan tempatnya bermain tadi. Mia yang mendengar pertanyaan Elvio hanya bisa tersenyum tipis, memberi pengertian lewat matanya jika apa yang Elvio tanyakan memang tidak bisa dijawab. “Tapi, dia bukan orang jahat, kan?” Elvio kembali bertanya, raut wajahnya tidak bisa ditutupi jika ia mengkhawatirkan orang tuanya. Pasalnya tadi Arvin yang sedang
Kata-kata Zoya membuat Xavier mengetatkan rahang. "Perlindungan apa maksudmu? Dia hanya melarikan diri ke sini untuk menemui kekasihnya dan kebetulan pria brengsek itu adalah adikmu, kan? Claire juga anggota keluargaku! Sebagai seorang kakak, aku tidak akan pernah merestui hubungan adikku dengan musuh utama kami!"Bagi Xavier, sebenarnya tidak masalah kalau sejak awal Claire mengatakan tentang hubungannya dengan anggota Veuster, tapi Claire justru pergi begitu saja, membohongi anak buahnya hanya untuk bertemu Raz. Xavier tidak pernah bisa memaafkan pengkhianatan dan entah bagaimana pun caranya, ia harus membawa Claire kembali ke Axton.Zoya menaikkan satu alisnya melihat kemarahan di raut Xavier, hal itu membuktikan jika tebakannya benar. Xavier belum mengetahui apa pun masalah kehamilan Claire. Kalau begitu, hal ini bisa dimanfaatkan!"Claire adalah adikmu? Itu sungguh informasi tak terduga." Zoya tersenyum simpul, "Jadi, sebagai seorang kakak, kau pasti mengerti alasan adikmu sampai
Masih perawan? Zoya merasa tenggorokannya mengering setelah mendengar kata-kata Xavier. Yang benar saja?! Mana ada mafia yang masih perawan di usia dewasa! Tidak mungkin Claire tidak pernah melakukan hubungan satu malam dengan seseorang, setidaknya saat wanita itu sedang melkaukan misi atau ketika ia terpaksa melakukannya untuk mengelabui target. Tapi, masih perawan?"Apa yang kau pikirkan? Dia memang bagian dari dunia yang gelap, tapi bukan berarti semua hal kotor pernah dia lakukan. Claire dididik sebagai pembunuh dan mata-mata yang selalu mengedepankan otaknya, bukan tubuhnya." Ucapan Xavier membuat Zoya tersentak. Memang benar tidak semua orang-orang yang bekerja di bawah tanah melakukan semua hal karena setiap orang memiliki tugasnya masing-masing. "Jadi, kau sungguh ingin membawanya?" Zoya bertanya setelah menghela napa panjang. "Claire bilang jika kamu tidak menginginkan anak itu dan yakin kalau kamu akan menyuruhnya menggugurkan kandungan.""Aku tidak sejahat itu pada anakk
Claire terbangun saat matahari hampir tenggelam dan mengangguk saat Zoya mengatakan hasil pembicaraannya dengan Xavier. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Claire dan Xavier mencapai kesepakatan, meski Zoya tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena ia menunggu di luar, tapi melihat wajah tenang Claire, Zoya bisa memastikan jika hasilnya tidak buruk."Kalian akan langsung pergi?" Zoya menatap pada Claire dan Xavier yang baru saja keluar kamar, satu alis wanita itu terangkat melihat tangan yang saling tertaut."Iya, Kak, terima kasih sudah membiarkanku tinggal." Claire membungkuk sedikit, "Lalu, sampaikan ucapan terima kasihku pada Raz juga," ucapnya pelan.Claire sudah tahu jika Xavier belum bertemu Kaindra dan apa yang pria itu katakan sebelumnya hanyalah kebohongan, jadi ia bisa menghela napas lega dan tidak perlu merasa bersalah seumur hidupnya."Aku akan menyampaikannya. Sebaiknya kamu berhati-hati mulai sekarang, jangan sembarangan menyakiti dirimu sendiri entah bagaimana pun sit
"El dengar apa yang kakak itu katakan di telepon?" Elvio mengangguk pada pertanyaan ibunya. "Sebenarnya nggak terlalu jelas, tapi katanya 'ada Nona cantik di tempatku bekerja' gitu, trus aku pergi karena kakaknya kelamaan."Zoya menarik napas perlahan saat dadanya bergemuruh, mengingat jika kejadian serupa juga pernah dialami Elvio beberapa bulan lalu. Entah bagaimana anak itu selalu tidak sengaja mendengarkan pembicaraan orang lain. Beberapa bulan lalu juga Elvio mendengar salah satu pengawal menelepon Aileen dan ternyata orang itu tidak hanya menculik Elvio atas perintah Aileen, tapi juga merupakan mata-mata Axton. Lalu, apa kali ini Elvio mendengar hal yang mirip?"Kalau Mama mengumpulkan para pelayan, kamu bisa mengenali wajahnya tidak?" Zoya bertanya seraya mengusap pelan kepala Elvio, bibirnya masih mengukir senyum agar putranya tidak khawatir."Bisa, Ma, soalnya kakaknya juga sering bolak-balik gitu, jadi mukanya mudah diingat." Zoya melirik pada Mia yang sejak tadi juga iku
Arvin mengedarkan pandangan, menatap satu per satu pelayan yang sedang menunduk. Padahal selama bertahun-tahun ia memercayai mereka semua, tapi fakta bahwa salah satu dari orangnya merupakan mata-mata yang dikirimkan Axton membuat perasaan Arvin dilanda kemarahan dan kekecewaan.“Semua orang telah bekerja keras hari ini, tapi aku terpaksa memberi pengumuman ini. Gerbang kediaman Kalandra akan ditutup sementara, jadi tidak ada yang boleh keluar dari rumah ini tanpa izin dariku.”Keputusan yang disampaikan Arvin membuat beberapa napas tercekat dan keluhan pelan terdengar, tentu saja perintah itu hanya berarti jika mereka sedang dikurung sebelum masalah yang terjadi hari ini selesai sepenuhnya.“Apa ada yang keberatan dengan keputusanku?” Arvin bertanya sembari berjalan mendekati para pekerja, dimulai dari pengawal dan mengulang pertanyaan yang sama. Tidak ada yang protes secara terus terang tentu saja, semua pengawal hanya menunduk dan memberikan jawaban pasti jika mereka akan mengikuti