Kata-kata Zoya membuat Xavier mengetatkan rahang. "Perlindungan apa maksudmu? Dia hanya melarikan diri ke sini untuk menemui kekasihnya dan kebetulan pria brengsek itu adalah adikmu, kan? Claire juga anggota keluargaku! Sebagai seorang kakak, aku tidak akan pernah merestui hubungan adikku dengan musuh utama kami!"Bagi Xavier, sebenarnya tidak masalah kalau sejak awal Claire mengatakan tentang hubungannya dengan anggota Veuster, tapi Claire justru pergi begitu saja, membohongi anak buahnya hanya untuk bertemu Raz. Xavier tidak pernah bisa memaafkan pengkhianatan dan entah bagaimana pun caranya, ia harus membawa Claire kembali ke Axton.Zoya menaikkan satu alisnya melihat kemarahan di raut Xavier, hal itu membuktikan jika tebakannya benar. Xavier belum mengetahui apa pun masalah kehamilan Claire. Kalau begitu, hal ini bisa dimanfaatkan!"Claire adalah adikmu? Itu sungguh informasi tak terduga." Zoya tersenyum simpul, "Jadi, sebagai seorang kakak, kau pasti mengerti alasan adikmu sampai
Masih perawan? Zoya merasa tenggorokannya mengering setelah mendengar kata-kata Xavier. Yang benar saja?! Mana ada mafia yang masih perawan di usia dewasa! Tidak mungkin Claire tidak pernah melakukan hubungan satu malam dengan seseorang, setidaknya saat wanita itu sedang melkaukan misi atau ketika ia terpaksa melakukannya untuk mengelabui target. Tapi, masih perawan?"Apa yang kau pikirkan? Dia memang bagian dari dunia yang gelap, tapi bukan berarti semua hal kotor pernah dia lakukan. Claire dididik sebagai pembunuh dan mata-mata yang selalu mengedepankan otaknya, bukan tubuhnya." Ucapan Xavier membuat Zoya tersentak. Memang benar tidak semua orang-orang yang bekerja di bawah tanah melakukan semua hal karena setiap orang memiliki tugasnya masing-masing. "Jadi, kau sungguh ingin membawanya?" Zoya bertanya setelah menghela napa panjang. "Claire bilang jika kamu tidak menginginkan anak itu dan yakin kalau kamu akan menyuruhnya menggugurkan kandungan.""Aku tidak sejahat itu pada anakk
Claire terbangun saat matahari hampir tenggelam dan mengangguk saat Zoya mengatakan hasil pembicaraannya dengan Xavier. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Claire dan Xavier mencapai kesepakatan, meski Zoya tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena ia menunggu di luar, tapi melihat wajah tenang Claire, Zoya bisa memastikan jika hasilnya tidak buruk."Kalian akan langsung pergi?" Zoya menatap pada Claire dan Xavier yang baru saja keluar kamar, satu alis wanita itu terangkat melihat tangan yang saling tertaut."Iya, Kak, terima kasih sudah membiarkanku tinggal." Claire membungkuk sedikit, "Lalu, sampaikan ucapan terima kasihku pada Raz juga," ucapnya pelan.Claire sudah tahu jika Xavier belum bertemu Kaindra dan apa yang pria itu katakan sebelumnya hanyalah kebohongan, jadi ia bisa menghela napas lega dan tidak perlu merasa bersalah seumur hidupnya."Aku akan menyampaikannya. Sebaiknya kamu berhati-hati mulai sekarang, jangan sembarangan menyakiti dirimu sendiri entah bagaimana pun sit
"El dengar apa yang kakak itu katakan di telepon?" Elvio mengangguk pada pertanyaan ibunya. "Sebenarnya nggak terlalu jelas, tapi katanya 'ada Nona cantik di tempatku bekerja' gitu, trus aku pergi karena kakaknya kelamaan."Zoya menarik napas perlahan saat dadanya bergemuruh, mengingat jika kejadian serupa juga pernah dialami Elvio beberapa bulan lalu. Entah bagaimana anak itu selalu tidak sengaja mendengarkan pembicaraan orang lain. Beberapa bulan lalu juga Elvio mendengar salah satu pengawal menelepon Aileen dan ternyata orang itu tidak hanya menculik Elvio atas perintah Aileen, tapi juga merupakan mata-mata Axton. Lalu, apa kali ini Elvio mendengar hal yang mirip?"Kalau Mama mengumpulkan para pelayan, kamu bisa mengenali wajahnya tidak?" Zoya bertanya seraya mengusap pelan kepala Elvio, bibirnya masih mengukir senyum agar putranya tidak khawatir."Bisa, Ma, soalnya kakaknya juga sering bolak-balik gitu, jadi mukanya mudah diingat." Zoya melirik pada Mia yang sejak tadi juga iku
Arvin mengedarkan pandangan, menatap satu per satu pelayan yang sedang menunduk. Padahal selama bertahun-tahun ia memercayai mereka semua, tapi fakta bahwa salah satu dari orangnya merupakan mata-mata yang dikirimkan Axton membuat perasaan Arvin dilanda kemarahan dan kekecewaan.“Semua orang telah bekerja keras hari ini, tapi aku terpaksa memberi pengumuman ini. Gerbang kediaman Kalandra akan ditutup sementara, jadi tidak ada yang boleh keluar dari rumah ini tanpa izin dariku.”Keputusan yang disampaikan Arvin membuat beberapa napas tercekat dan keluhan pelan terdengar, tentu saja perintah itu hanya berarti jika mereka sedang dikurung sebelum masalah yang terjadi hari ini selesai sepenuhnya.“Apa ada yang keberatan dengan keputusanku?” Arvin bertanya sembari berjalan mendekati para pekerja, dimulai dari pengawal dan mengulang pertanyaan yang sama. Tidak ada yang protes secara terus terang tentu saja, semua pengawal hanya menunduk dan memberikan jawaban pasti jika mereka akan mengikuti
Zoya memutuskan untuk kembali ke ruang keluarga, menemani Elvio dan Freya sembari membisikkan situasi yang sedang terjadi pada Mia. Pukul sembilan kurang sepuluh menit, Zoya segera membawa anak-anak untuk bersiap tidur. “Kalau begitu, biar Freya tidur di kamarku.” Zoya mengangguk pada keputusan Mia, membiarkan Freya yang awalnya ingin tidur bersama Elvio merengut dan mengikuti Mia ke kamarnya. Meski masih kecil, Zoya tidak lupa jika memisahkan anak laki-laki dan perempuan di kamar berbeda merupakan pendidikan dasar. Setelah membantu Elvio menyikat gigi dan mencuci wajah, Zoya mengecup kening putranya, tersenyum ketika Elvio menaiki ranjang dan menarik selimut. Ini adalah malam ke dua anak itu tidur di kamarnya sendiri, jadi Zoya segera meninggalkan Elvio setelah mengucap selamat malam. Zoya kembali ke depan ruang kerja Arvin dan mengetuk pintu. Hannes adalah orang yang kembali membukakan pintu untuk Zoya. “Mia belum ke sini?” Zoya bertanya saat tidak menemukan keberadaan Mia. Sep
"BRENGSEK! Katakan--!""Wow, santailah sedikit, Tuan Kalandra!" Pria berpakaian hitam terkekeh, mundur selangkah saat Arvin mengarahkan pistolnya lebih dekat.Seringai di wajah pria itu membuat leher Zoya meremang, apalagi ketika tatapan dingin dilayangkan pada semua orang, termasuk Zoya yang bergetar."Aku tidak berbohong tentang Nona Grace kalau kau penasaran," ucap pria itu setelah mengedipkan sebelah mata pada Zoya, senyumnya melebar saat melihat wajah pucat wanita itu."Axton bahkan mengirimmu ke tengah-tengah pengawal Prazta?" Arvin berdecih, matanya awas menatap sekitar, pada Kaindra lebih tepatnya, memberi isyarat agar pria itu segera melindungi Zoya.Kaindra melangkah mundur atas isyarat yang Arvin berikan. "Tetaplah di belakangku, Love," bisiknya pada Zoya."Kau benar-benar akan mengabaikan Nona Grace yang sedang terluka?" Arvin melirik pada Kenneth, mengangguk saat pria itu meminta izin lewat matanya untuk segera pergi ke paviliun. Prazta atau Leonor yang tidak segera data
Zoya terus bergerak di terowongan kecil yang setahunya memang dibuat sebagai tempat persembunyian bagi anak-anak Kalandra jika sesuatu seperti ini terjadi. Sayup-sayup Zoya mendengar suara air yang tenang tepat di atas kepalanya, yang artinya Zoya sedang melewati lorong di bawah kolam renang saat ini.Entah bagaimana, bahkan terowongan di bawah tanah seperti ini pun memiliki lampu-lampu kecil di sepanjang jalan, seolah ada seseorang yang benar-benar rutin memeriksa tempat ini.Bergegas mempercepat gerakannya, Zoya akhirnya bisa melihat ujung dari terowongan, ada sebuah tangga besi yang harus dipanjat, untungnya tangga itu tidak berkarat juga lembab hingga tampak lebih mudah untuk dipanjat.Zoya menelan ludah, memegang erat pegangan pada tangga besi sebelum memanjatnya. Ketika mendongak, Zoya bisa melihat jelas jika terowongan yang kini dipanjatnya berbentuk kotak dan cukup luas. Ia tidak tahu ke mana tangga itu akan membawanya karena belum pernah benar-benar mencobanya. Zoya bahkan ti