Memasuki lobi rumah sakit, Zoya yang sebelumnya sempat merasa tenang setelah bertemu Arvin, menelan ludah gugup saat berjalan menuju lift. Melihat bagaimana istrinya berjalan sambil menunduk, Arvin mengeratkan genggaman tangannya. Dia tahu Zoya khawatir tentang keberadaan ibunya di tempat ini, tapi mereka bahkan tidak bisa mengganti rumah sakit karena sejak awal Elvio di rawat di sini. Mia dan Elvio mengikuti di belakang, turut bergandengan tangan seperti pasangan di depan mereka. Elvio melanjutkan cerita-ceritanya yang tertunda, sementara Mia menanggapi dengan sesekali tertawa, rasa gugupnya hilang bersamaan dengan celoteh riang Elvio sepanjang jalan.Sampai di ruangan dokter, Elvio melepaskan genggaman tangannya dan mengikuti kedua orang tuanya untuk masuk. Mia menunggu di luar, duduk di kursi yang tersedia dan iseng meraih sebuah brosur rumah sakit yang ada di belakang kursi. Itu hanyalah brosur biasa, sedikit informasi tentang kapan rumah sakit dibangun dan ada berapa jumlah ten
Napas Zoya tercekat saat suara familier itu kembali menyapa telinganya. Kenapa dia harus ada di sini? Kenapa harus bertemu sekarang? Padahal Zoya hampir menghela napas lega, padahal sebentar lagi sampai di mobil dan ia akan pergi dari rumah sakit, tapi kenapa?!Tubuh Zoya gemetar tanpa ia menyadarinya, memegang belakang jas suaminya untuk menopang tubuh yang tiba-tiba lemas. "Love, bisakah ... bisakah kita bicara sebentar?" Zoya semakin mengeratkan pegangannya, menarik Arvin dengan kuat hingga pria itu mundur selangkah dan hampir limbung. "Ugh!" Zoya terkejut saat sosok kecil dalam gendongan Arvin tampak melenguh, jelas tidurnya terganggu. Elvio membuka perlahan matanya, mengerjap ketika orang pertama yang dilihat adalah ibunya yang tampak linglung. Posisi Elvio yang memang tidur sambil memeluk Arvin membuatnya langsung berhadapan dengan Zoya ketika membuka mata, membuat wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu sedikit kelimpungan untuk mengatur ekspresi."Uh, oh, kamu sudah bang
Meski beberapa kali Zoya meyakinkan dirinya jika ia telah dibuang dengan menyedihkan, nyatanya perasaan rindu terhadap kehangatan yang pernah ia bagi bersama keluarganya selalu menggerogoti. "Tidak apa-apa," ucap Arvin seraya menepuk pelan punggung istrinya. "Merindukan seseorang bukanlah kejahatan." Zoya melepas pelukannya, keningnya berkerut saat menatap tajam pada Arvin. "Kubilang aku benci mereka, bukan merindukannya, kamu mendengarkanku tidak, sih?!" Arvin tersenyum, mengecup lembut pipi wanita yang tampak jengkel. "Aku tahu," katanya sembari memberikan kecupan lain di bibir Zoya. "Apa yang kamu tahu?! Aku sama sekali tidak merindukan mereka! Kenapa juga aku harus merindukan orang-orang yang membuangku seperti sampah?!" Zoya menatap sengit, menjauhkan wajahnya dari Arvin saat pria itu akan mencium keningnya."Kamu benar, aku tidak mengerti dan salah menilai." Arvin kembali menarik pinggang Zoya mendekat, mendekapnya erat. "Maaf karena sudah sembarang bicara. Aku akan berusaha
Zoya sedikit menyesali tindakannya dalam memprovokasi Arvin. Seperti yang pria itu katakan, Zoya tidak bisa bangun dari kasurnya meski matanya terbuka. Pukul lima pagi sekarang, Zoya yang terbiasa bangun untuk menyiapkan bekal makan siang Elvio, hanya bisa mengutuk ketika pinggangnya terasa nyeri.Belum lagi rasa kebas dan berdenyut di bagian bawah tubuhnya membuat Zoya semakin tidak berdaya, ia bahkan sedikit meringis saat serat kain yang melekat di tubuhnya bergesekan dengan dadanya."Aku merasa ingin mati!" Zoya menghela napas pelan setelah berhasil duduk, menatap agak jengkel pada pria yang tertidur pulas di sisinya.Arvin masih tidak mengenakan atasan, rambutnya terlihat berantakan dan Zoya bisa melihat bekas cakaran kuku di punggung, bahu dan lengan suaminya. Sejujurnya Zoya tidak ingat kapan mereka berhenti melakukannya semalam.Sejak Arvin membawanya pulang kemarin, Zoya baru bisa makan pukul delapan malam setelah tertidur--atau mungkin pingsan--selama satu jam. Ia pikir Arvin
Melihat bagaimana saudara kembarnya tidur sambil memeluk Mia dengan erat membuat Zoya menghela napas jengkel. Sejak dulu, meski ia beberapa kali memergoki mereka bercumbu, Kaindra tidak permah benar-benar meresmikan hubungannya dan Mia.Zoya tidak mengerti kenapa Mia masih membiarkan Kaindra berbuat seenaknya. "Haruskah aku menyiram mereka agar bangun?" Zoya bergumam sembari menatap tajam sepasang manusia yang membuatnya jengkel pagi-pagi. Menarik napas panjang, Zoya akhirnya memilih untuk menutup kembali pintu, membuang semua pikirannya untuk membuat keributan. "Aku benar-benar harus bicara dengan mereka nanti." Rencananya hari ini Arvin dan Mia akan bicara, meski hasil tes belum keluar, Zoya menyarankan agar Arvin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada adiknya dua puluh dua tahun yang lalu. Meski harus menunggu selama dua minggu untuk benar-benar mencari tahu hubungan antara hilangnya Azalea dan Thrixx, Zoya berhasil meyakinkan suaminya untuk menunggu dengan sabar.Zoya j
Eropa? Berperang? Zoya menggertakkan gigi, menahan amarah yang mulai menguasai. Dia bahkan baru saja melewati sesuatu yang menakutkan setelah melihat adiknya datang dalam kondisi terluka parah, tapi apa yang dikatakan pria itu sekarang?"Aku tidak mau mendengarkan alasan, Kai, kerjakan saja apa yang harus kamu selesaikan di sini." Kaindra menghela napas, tahu jika hanya akan ada pertengkaran jika mencoba menjelaskan sesuatu pada Zoya. "Ayo bicara, Love. Aku akan menceritakan semuanya padamu, apa saja yang kulakukan selama tujuh tahun terakhir, di mana aku bertemu dengan Ketua dan alasanku berakhir di organisasi. Aku juga akan memberitahumu lokasi markas pusat dan misi yang sedang kujalani saat ini." Zoya menggigit bibir, tawaran yang sangat menggoda mengingat ia belum mengetahui apa pun. Tapi, jika bayaran dari informasi itu adalah membiarkan Kaindra pergi dari sini, Zoya tidak bisa."Aku akan meminta pelayan untuk membawakan sarapanmu ke sini," ucap Zoya seraya bangkit dari dudukn
Zoya tidak bisa menjawab, bahkan hingga mobil yang mengantar Elvio sampai di depan sekolah. Setelah melepaskan Elvio dan memastikannya melewati gerbang, Zoya yang pikirannya bercabang dan penuh dengan pertanyaan, memutuskan untuk pergi ke mini market terlebih dulu.Ia harus berpamitan pada Almia dan Reno di mini market, mengingat peresmian hotel akan segera dilakukan, Zoya khawatir tidak memiliki waktu luang untuk berpamitan pada teman-temannya. 'Kenapa semuanya terasa semakin kacau?' Zoya membatin cemas, menatap langit di luar jendela. Dia bahkan belum tahu organisasi tempat adiknya bergabung, belum lagi hubungan antara kalung yang ada pada Mia dan organisasi Thrixx, ditambah Kalandra yang ternyata memiliki hubungan dengan Veuster.Semuanya terlihat semakin gelap setiap kali Zoya berusaha menyelesaikan satu hal. Sekarang ia harus memikirkan perkataan Elvio juga, tentang Kaindra yang memiliki anak. Zoya tidak tahu harus menyelesaikan masalahnya dimulai dari mana."Aku akan menelepon
Zoya tahu apa itu agen rahasia. Mereka biasanya bekerja di belakang layar dan menangkap gerbong pengedar narkoba atau menyelesaikan masalah-masalah yang tidak bisa diungkapkan ke publik. "Lalu, apa yang terjadi?" Kalau ayah dari anak angkat Kaindra adalah agen rahasia milik sebuah negara besar, kenapa bisa berakhir menitipkan putrinya pada anggota organisasi yang sedang ia selidiki? "Ada yang menyerang database organisasi pemerintah dan mencuri beberapa file penting, tapi mereka meninggalkan jejak seolah kami yang melakukannya. Veuster tidak pernah mengusik negara mana pun, jadi mengetahui jika ada yang mencoba mengacaukan organisasi, aku dikirim ke Hongkong untuk melacak keberadaan mereka. Saat itu kami belum tahu jika Axton adalah dalang di balik segalanya.""Tunggu, Kai!" Zoya menelan ludah saat dadanya terasa bergemuruh. "Veuster ... itu apa?" tanyanya teramat pelan."Oh, itu adalah keluarga tempatku bekerja. Sebenarnya Veuster disebut keluarga karena mereka berada di rantai te