Rasa kantuk menerjang begitu saja. Bagaimana tidak, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar digantikan dengan honeymoon versi Edward. Gadis itu menguap, menutup mulutnya dengan tangan. Padahal dia sudah bersemangat untuk mengikuti ujian kali ini. “Pergilah ke toilet, cuci wajahmu dulu agar segar kembali,” ucap Pak Iqbal ang sudah berdiri di sampingnya. Meta meringis pelan, menahan rasa malu. Gadis itu sama sekali tidak menyadari keberadaan dosennya itu. Meta mencuci wajahnya, merasa lebih baik. Sudut bibirnya terangkat membentuk lengkung sabit yangindah. “Aish, kenapa dia menyebalkan sekali,” gumamnya. Meta menggeleng pelan, lebih baik kembali ke kelas dan melanjutkan ujian. Edward sudah membuat dia tidak belajar dan sekarang mengganggu pikiran Meta. “Pak,” panggil Meta, melangkah cepat untuk menghampiri pria berkacamata tersebut. “Ada apa Meta?” Entah apa yang terjadi semua pria di kelasnya, bahkan Pak Iqbal yang dulu tampak tertarik, kini mulai menjauh. Ah, pasti karena
Ada begitu banyak hal yang Meta sesali, khususnya hari di mana dia memperkenalkan Xadira pada dunianya. Di hari dia memperkenalkan dunianya pada Xadira, semua hancur berantakan. Bukan hanya dunia Xadira tetapi dunianya juga. Meta memang seharusnya bisa mengendalikan diri setelah mencoba ikhlas dengan takdir, tetapi tetap saja kehadiran Dion menganggunya. Bagaimana kalau kehadiran Dion malah akan memperumit keadaan? “Ta, are you okay? Hei,” panggil Regano. Meta mengerjap, kemudian mengangguk kecil. Tentu saja Regano tidak percaya semudah itu. Pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiran gadis itu. “Apa ada masalah di kampus?” tanya Regano hati-hati. “Tidak ada. Hanya saja, aku mulai jenuh. Kamu tau, aku cukup kesulitan mempelajari semuanya. Dulu, aku sukanya dunia model, gak pernah tuh menyinggung soal fisika, biologi, saraf atau apa pun yang semacam itu. Itu semua terasa asing bagiku sekarang,” oceh Meta, Regano terkekeh, mengulurkan sebelah tangan untuk mengusap pipi Meta. “Siapa su
Sebuah ide terlintas begitu saja saat Regano memberikan senjata untuk menyerang Edward. Awalnya Meta tentu merasa kecewa, dibohongi oleh Edward. Namun, di saat bersamaan, dia juga merasa lega. Nyatanya dirinya masih bersih. Meta harsu mengucapkan terima kasih pada Cia yang menyelamatkan hidupnya hari itu dan meminta maaf, telah menempatkan gadis itu dalam masalah.Meta cukup menyesal tak mengenal baik Cia hari itu. Pertemuan mereka tak berakhir baik.“Kanada, aku ingin pergi ke tempat-tempat paling romantis di sana,” ucap Meta saat Edwrad menanyakan tempat impian gadis itu.Pasalnya, Meta bahkan sudah mengajak Azura, Ren dan Regano bahkan sebelum memutuskan akan pergi ke mana.Edward menatap gadis itu cukup lama, memindai wajah penuh binar yang akhir-akhir ini menemani hari-harinya. Meta terlihat lebih baik sekarang.“Katakan di mana itu,” sahut pria itu akhirnya.Meta tampak ragu-ragu, berkali-kali menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal.“Jangan membuatku mengubah keputusa
Tidak ada gunanya terus tenggelam dalam rasa bersalah, tanpa berani melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan itu sendiri. Seseorang yang tinggal dalam kegelapan tidak memerlukan uluran tangan. Hal pertama yang dia butuhkan adalah lentera untuk menerangi penglihatannya. Kemudian, dia bisa menerima uluran tangan dan berjalan mencari jalan untuk menemukan cahaya yang lebih terang.Hal yang sama untuk Edward. Azura tidak menyadari sekeras apa pun dia meneriaki pria itu agar keluar dari kegelapan akan sia-sia. Edward tidak punya cahaya untuk bisa mengambil langkah. Selama ini yang Azura lakukan hanya terus merasa bersalah, menyalahkan keadaan di masa lalu, menyalahkan kehadiran Edward dalm hidupnya.“Makan yang banyak,” ucap Azura memberikan lauk untuk putranya.Edward terdiam sejenak, memandangi daging di atas nasinya dalam diam. Pertama kali dalam hidup, Azura memperhatikannya.“Meta juga mau dong, Ma,” ucap Meta mencairkan suasana. Azura mengangguk, mengambilkan lauk untuk menantunya
Destinasi ketiga bukan kota melainkan sebuah desa bernama Niagara-on-the-lake, desa yang dibangun pada abad ke 19. Desa ini digambaran sebagai desa yang asri dengan hamparan tumbuhan dan rumput yang dirawat dan tertata rapi. Beberapa kegiatan menarik yang bisa dilakukan di desa tersebut seperti mengunjungi kawasan perkebunan anggu, kawasan bersejarah nasional benteng george, dan menjelajahi niagara escarpment dengan mengendarai kuda. Mendengar review dari para pengunjung ke sana saja sudah membuat Meta tertarik apalagi kalau dia sungguh pergi ke tempat tersebut.Setelah hiking, mengunjungi kastil, kini mereka akan ke sebuah desa yang amat indah.Gadis yang siap dengan sarung tangan dan sepatu sport itu, sudah duduk anteng di atas sepeda. Dia berencana berkeliling desa menggunakan sepeda, menikmati udara yang sejuk. Selain menjelajah desa yang indah, juga bangunan desa tersebut tampak menyegarkan mata, salah satunya bangunan untuk menginap.“Kalian sungguh tidak ikut?” tanya Meta seka
Jatuh cintalah pada orang yang berpontesi membalas cinta yang kamu miliki. Saling mencintai adalah tahta tertinggi. Namun, tidak semua orang beruntung untuk dicintai. Hal yang Ren rasakan ketika mulai jatuh hati pada pesona Regano. Pria itu sangat cerdas dan selalu tenang. Regano menjadi tangan kanan Edward karena kecerdikannya.“Hei,” panggil Regano melambaikan tangan. Wanita yang sedari tadi menunduk dengan kaki yang diayunkan, akhirnya mengerjap dan membalas tatapan Regano.Pria itu mengambil posisi duduk di sisi Ren, menyodorkan secangkir the hangat untuk menghalau dingginnya kota tersebut. Ren menggumamkan terima kasih, lalu mulai meniup dan meneguk minumannya secara berkala.“Pada akhirnya Edward akan mendapatkan keinginannya bukan?” ucap Regano membuka pembicaraan lebih dulu. Ren tahu ke mana arah pembicaraan Regano. Raut kecewa terukir dengan jelas di wajah pria itu.“Kamu sudah mengambil keputusan yang tepat kok. Aku dulu juga memikirkan hal yang sama, mengakui perasaanku p
Di bawah guyuran shower gadis itu tidak berhenti menangis, tidak peduli selama apa pun dia mencoba menghabiskan waktu untuk menangis, rasa sakitnya belum juga berkurang. Meta tertipu oleh sifat manis Edward, hingga melupakan fakta kalau Edward begitu membecinya. Dia bodoh jika berpikir Edward akan terpesona padanya. Pria itu tidak akan pernah jatuh hati, sampai kapan pun. Semua dimulai dengan harapan yang besar, ditambah sikap Edwrad yang akhir-akhir ini menjadi lebih baik. Rupanya pria itu hanya ingin mendapatkan keinginannya, menuntaskan hasrat bukan rasa cinta seperti yang Meta rasakan. “Sakit banget ya, Tuhan,” gumamnya. Dia mengeratkan jaket yang menutupi tubuhnya. Setelah berjam-jam di bawah guyuran air, akhirnya dia menyerah juga, menghangatkan tubuhnya yang semakin mengigil. Hari ini seharusnya mereka akan kembali ke Indonesia. Namun, rasanya Meta belum sanggup bertemu dengan Edward setelah pengakuan pria itu. “Meta,” panggil seseorang, menghentikan langkah Meta yang hendak
Semua hanya ilusi semata. Semua hal manis yang dia peroleh, nyatanya hanya ilusi yang dia ciptakan sendiri. Pada kenyataannya, Meta tidak pernah benar-benar beruntung, mendapatkan hidup yang baik. Gadis itu memaksa matanya untuk terbuka saat Regano memberitahu kalau mereka sudah tiba di Amerika. Setelah hari ini, hidup Meta akan kembali seperti semula, menjadi tawanan dan pelampiasan hasrat Edward. Pria itu berbuat baik karena menginginkan sesuatu dari Meta. Kini, setelah mendapatkan kemauannya, Edward pasti akan kembali ke setelan semua. “Meta,” panggil suara yang teramat gadis itu rindukan. Adam berlari kecil untuk menghampiri putrinya. Wajah pucat Meta sudah menjelaskan, betapa gadis itu tidak baik-baik saja. Adam memeluk Meta begitu erat, melampiaskan rasa rindunya lewa peluk hangat. Setelah berjuang keras, Adam akhirnya bisa menemui putrinya kembali. “Ayo masuk,” ajak Adam, merangkul putrinya. Halaman rumah tersebut tidak terlalu luas, tetapi sangat terawat. Seorang pria tua
Dua tahun berlalu begitu saja. Dengan sedikit bantuan dari world agency hukumannya bisa selesai lebih cepat. Dia kini bisa menghirup udara dengan bebas. Tangannya terentang, menyambut dunia barunya.Mobil hitam berhenti, membuat senyumnya semakin lebar.“Selamat datang kembali, Edward,” sapa Regano.Tidak ada embel-embel ‘tuan’ lagi, karena sejak hari itu mereka hanyalah saudara yang akan memulai hidup baru. Edward terkekeh, lantas masuk ke dalam mobil, mendahului sang supir.“Bagaimana keadaannya?”Sebulan yang lalu, dia akhirnya mendengar berita terbaiknya. Meta akhirnya bangun setelah tidur cukup lama. Edward sungguh berpikir tidak memiliki kesempatan untuk bersama wanitanya lagi. Namun, harapan itu sedikit memudar kala mengetahui kalau Meta kehilangan cukup banyak kenangannya.“Keadaannya mulai membaik, meski harus menjalani latihan untuk bisa berjalan lagi,” jelas Regano.Selain memori, Meta juga sempat tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya atau disebut lumpuh total. Sebulan t
Dia terlahir dengan julukan monster, tatapan benci bercampur rasa takut yang sering dijumpainya. Bukan hanya orang-orang, bahkan ibunya tak pernah mau menatapnya sebagai seorang putra. Bertahun-tahun, dia hidup dalam kegelapan. Edward Leonardo, namanya. Si pria berhati dingin dan beku. Tidak ada cinta, bahkan tidak ada rasa sedikit pun. Ditolak oleh orang-orang memaksa kepribadian gelapnya muncul. Asnaf adalah role model yang dia miliki, satu-satunya. Hanya Asnaf-yang sama dengannya- yang mau dekat dengan Edward. Asnaf membesarkannya dengan cara yang salah, hingga Edward tumbuh sesuai keinginan pria psikopat tersebut. Waktu berjalan begitu cepat. Edward yang tanpa perasaan, dinobatkan sebagai leader dalam organisasi besar dunia. Mafia yang akan mengambil organ milik orang lain yang tak mampu memenuhi target. Apa saja, termasuk hidup mereka jadi jaminannya. “Kamu hanya perlu menjalani hukuman penjara selama dua tahun, leader,” ucap Mr. Secret A. Tidak ada pilihan. Masalah sudah mera
Bagi Dion terlalu mudah mengakhiri rasa sakit hanya dengan membunuh Edward. Bertahun-tahu dia hidup dalam penderitaan setelah kehilangan gadis yang dia sayangi, sementara Edward terus beraksi tanpa takut sedikit pun. Kali ini, dia hanya ingin pria itu merasakan penderitaan yang sama dengannya. Dia ingin Edward merasakan ketakutan yang luar biasa. “Kamu pikir aku akan mudah melakukannya?” Dion terkekeh, menarik Meta agar mengikuti langkahnya. Tidak seorang pun berani melangkah. Meta menangis, menatap Adam yang semakin melemah. Dia sungguh ingin berlari dan memeluk pria tersebut. “Tolong Papa,” gumam Meta sebelum Dion memaksanya masuk ke dalam mobil. Edward menurut, menyuruh anak buahnya untuk segera membawa Adam ke rumah sakit. Dia dan Regano akan mengejar mobil yang Dion bawa. Di dalam mobil Meta hanya terus menangis, bukan karena dirinya dalam bahaya, melainkan karena takut tidak bisa melihat Adam lagi. “Kamu hebat! Aku akui itu. Kamu bisa membuat leader tergila-gila, bahkan tak
Kakinya terus melangkah, tanpa keinginan melihat ke belakang. Dia semakin jauh ke dalam kegelapan, ke tengah pepohonan yang semakin menjulang tinggi. Rasa takut kerap muncul. Namun, tekad untuk segera pergi dari tempat itu tak kalah besar. Dia terus melangkah lebar. Sebelah tangannya memegang satu-satunya pistol yang jadi alatnya untuk saat ini.Dor!Dia kembali menembak di salah satu pohon, memberi petunjuk. Dia sadar akan ada seseorang yang mencarinya nanti. Petunjuk itu akan membantunya untuk ditemukan lebih mudah.“Sssh, bertahanlah, Nak. Kita akan segera keluar dari tempat ini,” gumamnya mengelus perutnya yang semakin perih.Sesuatu yang buruk bisa terjadi jika dia terlambat keluar dari tempat itu.“Awss,”Pada akhirnya, Meta kehilangan tenaga untuk terus melangkah. Rasa sakit melanda seluruh tubuhnya, bukan hanya perut. Napasnya mulai tercekat, pelipinya dipenuhi keringat. Tubuhnya lemas, seolah tenaganya terserap habis tanpa sisa.“Ed, tolong,” gumamnya lirih. Dia bersandar di
Dari mana semua permasalahan ini bermula? Rasa cinta yang tidak bisa dikendalikan adalah awal semua dimulai. Azura jatuh hati pada pangeran kegelapan. Jika waktu diputar dan Azura tidak pernah menikah dengan Asnaf, mungkin kisah ini gak akan dimulai. Tidak ada Edward atau pewaris gen psikopat dari pria kegelapan tersebut. Satu sisi, jika saja Dion tidak jatuh hati pada gadis kecil itu, pasti tidak akan ada akar pahit, hingga sejauh ini.Rasa yang tak seharusnya hadir, terkadang menjadi sebuah kesalahan, menjadi pemicu akan skenario yang lebih rumit. Akan tetapi, apakah manusia bisa mengatur segalanya? Tentu saja tidak.Sebagai seorang anak, Edward dulunya selalu mengikuti jejak Asnaf, sampai semua semakin memburuk saat Asnaf hampir saja menjadikan Xadira-putrinya sendiri- sebagai korbannya. Edward jelas tidak terima, dan memutuskan untuk mengurung Asnaf selama bertahun-tahun. Pada awalnya, pria itu akan rutin memerintah anak buahnya mengirimkan beberapa ekor kelinci sebagai pemuas has
Meta berusaha menahan diri untuk meneriaki Dion sekarang juga. Rasa bencinya menumpuk begitu mengetahui kalau Dion yang memaksa Xadira melompat dari atas gedung. Perlahan tangannya menyusup ke sela kemeja yang dikenakannya, meraih sesuatu dari dalam sana. “Kamu tidak ingin minum dulu, manis? Bukankah kamu butuh tenaga untuk menghadapi ini semua?” Dion menyodorkan segelas susu. Awalnya Meta curiga, tetapi juga tidak memiliki pilihan lain. Dia menegok cairan kental berwarna putih itu meski sedikit. “Manis sekali,” tangan Dion terulur, membersihkan sisa susu di bibir Meta. Pria itu tersenyum hingga memunculkan lesung pipinya. Dia memperhatikan detail wajah Meta, sangat indah. Pantas saja Edward yang notabenya tidak memiliki hati, bisa luluh pada gadis itu, bahkan sampai membuat Meta mengandung keturunannya. “Seandainya kita bertemu lebih awal, mungkin aku akan jatuh cinta padamu. Sayang sekali, kamu adalah milik dari musuhku sendiri,” lontar pria itu lebih mirip seperti psikopat menge
Satu per satu kebenaran terungkap. Edward yang ternyata tidak mewarisi gen dari Asnaf. Banyak hal yang berubah akibat satu kebenaran yang disembunyikan. Azura jelas tidak terima akan kegagalan itu. Saat itu juga, dia mengajukan agar rumah sakit tersebut ditutup, didukung dengan data yang ada. Akan lebih banyak korban jika rumah sakit itu terus beroperasi. “Mulai sekarang, kamu harus hidup normal. Kalau perlu keluar saja dari world agency,” pinta Azura. “Tidak semudah yang Mama pikirkan,” Azura mengangguk paham. Perlahan, dia ingin Edward menjalani hidup selayaknya pemuda pada umumnya. Mungkin, jika Meta mau kembali, hidup putranya itu akan lebih sempurna. “Soal Meta, Mama sungguh minta maaf udah buat kalian takut memiliki anak. Sekarang, Mama justru ingin segera menimang cucu. Melihat keriput yang semakin banyak, rasanya tak sabar dipanggil nenek,” Azura terkekeh, membayangkan dirinya menimang bayi mungil. Dia bisa menebus kesalahan dengan membantu Meta membesarkan cucunya dengan
Saat kesempatan itu datang, Meta hanya ingin memperbaiki apa yang rusak di antara dia dan Edward. Mungkin cara Xadira salah, tetapi dia tetap seorang adik yang ingin saudaranya sembuh. Jika aku tidak bisa, maka setidaknya kamu harus membantu Bang Edward untuk sembuh. Tolong, wujudin mimpi aku, Ta. Meta akhirnya membuka mata. Mimpi itu kembali, mimpi yang sama di mana Xadira muncul dan memintanya untuk kembali. Xadira berkali-kali mengigatkannya untuk berhati-hati dengan Dion. “Sudah bangun, manis?” Meta menoleh, Dion tersenyum miring. Meta memegangi keningnya yang terasa pening, baru sadar ada cairan kental berwarna merah di tangannya. Benar juga, dia sempat kejar-kejaran sebelum kecelakaan itu terjadi. Rasa pusing menyerangnya, tetapi itu tidak seburuk rasa khawatir pada anaknya. Meta memegangi perutnya, bersyukur tidak terjadi hal buruk pada anak itu. “Kamu butuh sesuatu?” tanya Dion bersikap sok manis, hingga membuat Meta ingin muntah di hadapan pria itu. Si perusak yang mengha
Perkembangan baru terlihat hari ini, setelah dua bulan berlalu. Kelopak mata sang leader akhirnya menunjukkan pergerakan, sebelum akhirnya terbuka. Langit-langit putih menyambutnya. Pertama kali selam hidupnya, dia terbaring selama itu di rumah sakit.Pintu ruangan yang terbuka, menarik atensi pria itu. Wajah Azura tampak sembab, kantung matanya menghitam bersama kerutan yang menandakan usia wanita itu yang semakin menua. Sudut bibir Azura terangkat, membentuk lengkungan sabit tipis.“Akhirnya kamu bangun juga, Nak,” gumam Azura penuh haru.Dua bulan dipenuhi rasa takut akan kehilangan. Hanya Edward yang kini dia miliki. Tangan Azura terulur, membantu pria itu untuk duduk, lantas menyodorkan air minum untuknya. Meski tampak enggan, Edward tidak menolak semua bantuan wanita tersebut.“Mama baik-baik aja?”Tangis Azura pecah mendengar pertanyaan putranya. Tak menunda lagi, dia memeluk tubuh putranya dengan lembut. Tidak ada kata yang bisa mendeskripsikan hati Azura saat ini. Hanya tangi