Sebuah ide terlintas begitu saja saat Regano memberikan senjata untuk menyerang Edward. Awalnya Meta tentu merasa kecewa, dibohongi oleh Edward. Namun, di saat bersamaan, dia juga merasa lega. Nyatanya dirinya masih bersih. Meta harsu mengucapkan terima kasih pada Cia yang menyelamatkan hidupnya hari itu dan meminta maaf, telah menempatkan gadis itu dalam masalah.Meta cukup menyesal tak mengenal baik Cia hari itu. Pertemuan mereka tak berakhir baik.“Kanada, aku ingin pergi ke tempat-tempat paling romantis di sana,” ucap Meta saat Edwrad menanyakan tempat impian gadis itu.Pasalnya, Meta bahkan sudah mengajak Azura, Ren dan Regano bahkan sebelum memutuskan akan pergi ke mana.Edward menatap gadis itu cukup lama, memindai wajah penuh binar yang akhir-akhir ini menemani hari-harinya. Meta terlihat lebih baik sekarang.“Katakan di mana itu,” sahut pria itu akhirnya.Meta tampak ragu-ragu, berkali-kali menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal.“Jangan membuatku mengubah keputusa
Tidak ada gunanya terus tenggelam dalam rasa bersalah, tanpa berani melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan itu sendiri. Seseorang yang tinggal dalam kegelapan tidak memerlukan uluran tangan. Hal pertama yang dia butuhkan adalah lentera untuk menerangi penglihatannya. Kemudian, dia bisa menerima uluran tangan dan berjalan mencari jalan untuk menemukan cahaya yang lebih terang.Hal yang sama untuk Edward. Azura tidak menyadari sekeras apa pun dia meneriaki pria itu agar keluar dari kegelapan akan sia-sia. Edward tidak punya cahaya untuk bisa mengambil langkah. Selama ini yang Azura lakukan hanya terus merasa bersalah, menyalahkan keadaan di masa lalu, menyalahkan kehadiran Edward dalm hidupnya.“Makan yang banyak,” ucap Azura memberikan lauk untuk putranya.Edward terdiam sejenak, memandangi daging di atas nasinya dalam diam. Pertama kali dalam hidup, Azura memperhatikannya.“Meta juga mau dong, Ma,” ucap Meta mencairkan suasana. Azura mengangguk, mengambilkan lauk untuk menantunya
Destinasi ketiga bukan kota melainkan sebuah desa bernama Niagara-on-the-lake, desa yang dibangun pada abad ke 19. Desa ini digambaran sebagai desa yang asri dengan hamparan tumbuhan dan rumput yang dirawat dan tertata rapi. Beberapa kegiatan menarik yang bisa dilakukan di desa tersebut seperti mengunjungi kawasan perkebunan anggu, kawasan bersejarah nasional benteng george, dan menjelajahi niagara escarpment dengan mengendarai kuda. Mendengar review dari para pengunjung ke sana saja sudah membuat Meta tertarik apalagi kalau dia sungguh pergi ke tempat tersebut.Setelah hiking, mengunjungi kastil, kini mereka akan ke sebuah desa yang amat indah.Gadis yang siap dengan sarung tangan dan sepatu sport itu, sudah duduk anteng di atas sepeda. Dia berencana berkeliling desa menggunakan sepeda, menikmati udara yang sejuk. Selain menjelajah desa yang indah, juga bangunan desa tersebut tampak menyegarkan mata, salah satunya bangunan untuk menginap.“Kalian sungguh tidak ikut?” tanya Meta seka
Jatuh cintalah pada orang yang berpontesi membalas cinta yang kamu miliki. Saling mencintai adalah tahta tertinggi. Namun, tidak semua orang beruntung untuk dicintai. Hal yang Ren rasakan ketika mulai jatuh hati pada pesona Regano. Pria itu sangat cerdas dan selalu tenang. Regano menjadi tangan kanan Edward karena kecerdikannya.“Hei,” panggil Regano melambaikan tangan. Wanita yang sedari tadi menunduk dengan kaki yang diayunkan, akhirnya mengerjap dan membalas tatapan Regano.Pria itu mengambil posisi duduk di sisi Ren, menyodorkan secangkir the hangat untuk menghalau dingginnya kota tersebut. Ren menggumamkan terima kasih, lalu mulai meniup dan meneguk minumannya secara berkala.“Pada akhirnya Edward akan mendapatkan keinginannya bukan?” ucap Regano membuka pembicaraan lebih dulu. Ren tahu ke mana arah pembicaraan Regano. Raut kecewa terukir dengan jelas di wajah pria itu.“Kamu sudah mengambil keputusan yang tepat kok. Aku dulu juga memikirkan hal yang sama, mengakui perasaanku p
Di bawah guyuran shower gadis itu tidak berhenti menangis, tidak peduli selama apa pun dia mencoba menghabiskan waktu untuk menangis, rasa sakitnya belum juga berkurang. Meta tertipu oleh sifat manis Edward, hingga melupakan fakta kalau Edward begitu membecinya. Dia bodoh jika berpikir Edward akan terpesona padanya. Pria itu tidak akan pernah jatuh hati, sampai kapan pun. Semua dimulai dengan harapan yang besar, ditambah sikap Edwrad yang akhir-akhir ini menjadi lebih baik. Rupanya pria itu hanya ingin mendapatkan keinginannya, menuntaskan hasrat bukan rasa cinta seperti yang Meta rasakan. “Sakit banget ya, Tuhan,” gumamnya. Dia mengeratkan jaket yang menutupi tubuhnya. Setelah berjam-jam di bawah guyuran air, akhirnya dia menyerah juga, menghangatkan tubuhnya yang semakin mengigil. Hari ini seharusnya mereka akan kembali ke Indonesia. Namun, rasanya Meta belum sanggup bertemu dengan Edward setelah pengakuan pria itu. “Meta,” panggil seseorang, menghentikan langkah Meta yang hendak
Semua hanya ilusi semata. Semua hal manis yang dia peroleh, nyatanya hanya ilusi yang dia ciptakan sendiri. Pada kenyataannya, Meta tidak pernah benar-benar beruntung, mendapatkan hidup yang baik. Gadis itu memaksa matanya untuk terbuka saat Regano memberitahu kalau mereka sudah tiba di Amerika. Setelah hari ini, hidup Meta akan kembali seperti semula, menjadi tawanan dan pelampiasan hasrat Edward. Pria itu berbuat baik karena menginginkan sesuatu dari Meta. Kini, setelah mendapatkan kemauannya, Edward pasti akan kembali ke setelan semua. “Meta,” panggil suara yang teramat gadis itu rindukan. Adam berlari kecil untuk menghampiri putrinya. Wajah pucat Meta sudah menjelaskan, betapa gadis itu tidak baik-baik saja. Adam memeluk Meta begitu erat, melampiaskan rasa rindunya lewa peluk hangat. Setelah berjuang keras, Adam akhirnya bisa menemui putrinya kembali. “Ayo masuk,” ajak Adam, merangkul putrinya. Halaman rumah tersebut tidak terlalu luas, tetapi sangat terawat. Seorang pria tua
Meta pulih setelah mendapatkan perawatan yang baik. Waktu yang seharusnya dia habiskan bersama Adam harus dihabiskan di rumah sakit. Gadis yang tengah menunduk-dengan kaki diayun- mendongak saat pintu terbuka. Senyum hangatnya menyambut kedatangan Adam yang ditemani Regano.“Pa,” sambutnya.“Bagaimana keadaan kamu?”“Sudah jauh lebih baik. Bolehkah kita menghabiskan sisa hari ini bersama, sebelum Edward menjemputku?” pinta Meta memeluk lengan Adam. Sesuai perjanjian, seharusnya hari ini Edward akan terbang ke AS untuk menjemput Meta. Ada rasa tidak rela jika harus berpisah dengan Adam secepat itu. Dia bahkan belum melakukan banyak hal dengan pria itu.“Tentu, kita akan menghabiskan sisa waktu bersama hari ini,” sahut Adam.Mereka berjalan beriringan menyusuri lorong ruah sakit, menaiki lift untuk membawa mereka ke lantai dasar. Selama berjalan, tidak sekalipun Meta melepaskan tangannya dari lengan Adam, memeluk erat pria itu seolah itu akan menjadi hari terakhir kebersamaan mereka. Di
Negara yang dijuluki le france menjadi tempat yang Meta dan Adam tuju. Mereka disambut oleh orang-orang berjas hitam. Sepertinya, Adam sudah merencanakan pelarian ini cukup lama, terbukti dari persiapa yang sangat matang. Mereka menuntut ayah dan anak itu untuk menaiki sebuah mobil.Meta hanya diam selama perjalanan, hanya menatap jalanan yang lenggang. Menara serta gedung yang menjulang tinggi, berjajar di sisi kiri dan kanan sepanjang jalan, tak berbeda dengan ibuk kota Indonesia. Negara yang identik dengan menara eiffel, mona lisa dan kota fashion itu sudah sangat sering Meta datangi, jadi sudah tidak asing baginya. Selama belajar tentang fashion, gadis itu bolak-balik ke sana, induknya fashion.“Nak,” panggil Adam.“Iya, Pa?”“Kamu masih sakit?” Adam mengulurkan tangan, memeriksa suhu tubuh putrinya, kalau-kalau Meta masih sakit. Gadis itu menggeleng pelan. Hanya saja dia merasa tubuhnya sedikit lemas.“Kamu bisa istirahat dengan tenang setelah ini. Papa akan memastikan Edward tid