Nyonya besar Leonardo muncul seperti malaikat untuk Meta. Wanita paruh baya itu masih kukuh memeluk Meta, tidak membiarkan gadis malang itu jatuh ke tangan putranya dan mendapatkan siksaan lagi. “Ma, aku masih menghormatimu sebagai orang yang melahirkanku, tapi bukan berarti kamu berhak untuk ikut campur lebih jauh dalam kehidupanku,” lontar Edward. Meta tahu pria itu tidak akan bisa menyakiti ibunya sendiri, artinya Edward sama sekai tidak memiliki masalah dengan orang tuanya. “Dia bisa mati kedinginan jika kamu membiarkannya seperti tadi,” “Dia sendiri justru ingin mati, Ma. Aku hanya membantu mewujudkan keinginannya, meski aku masih ingin bermain-main dengannya,” lontar Edward. Wanita paruh baya itu menoleh, menatap tepat di netra coklat Meta. Edward benar, tidak ada semangat untuk hidup di mata itu. Meta seolah sudah pasrah dengan hidupnya. “Dia harus tetap hidup, demi menepati janjinya pada seseorang,” gumam wanita itu menatap tepat di mata Meta. Meta membalas tatapannya
Regano percaya Meta dan Adam tidak terlibat atas kasus pembobolan gudang rahasia mereka. Hanya menggunakan logika, Adam akan ikut terjerat jika sampai is gudang dan organisasi besar mereka terbongkar. Pria paruh baya itu tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu, apalagi sampai membahayakan nyawa putrinya sendiri.Meski tidak mendapat izin, Regano tetap melakukannya, melacak keberadaan mobil yang dibawa pelakunya. Dia cukup beruntung, setiap id card nyatanya terhubung dengan ponsel si empunya.Regano membuka aplikasi rahasia yang hanya digunakan oleh organisasi mereka, lalu mulai menghubungan dengan id card yang dibawa si pembobol.Gotcha! Dia menemukannya.Edward tidak akan percaya meski dimainkan logikanya, pria itu butuh pembuktian, dan Regano harus selalu berusaha untuk mendapatkan bukti nyata. Bukan pertama kalinya, mereka kecolongan, dan Edward selalu gegabah mengambil keputusan. Hal yang membuat dia akhirnya menerima kehadiran Ren dan Regano. Mereka saling melengkapi baik kelebih
Meta terluka cukup parah. Peluru panas yang menembus kulitnya hampir menyentuh organ bagian dalam, ditambah luka luar di punggung Meta, memperparah keadaan gadis itu. dia bahkan hampir tidak terselamatkan jika Ren terlambat sedikit saja.“Dia harus ke rumah sakit. Kondisinya semakin memburuk, kita bisa kehilangan dia jika begini terus,” jelas Ren pada Edward, berusaha meyakinkan psikopat itu bahwa Meta benar-benar butuh perawatan yang lebih intensif.“Tidak perlu, akan lebih baik jika dia dirawat di rumah saja,” sahut Edward. Pria itu pergi begitu saja. Dia hanya memeriksa kondisi tawanannya tersebut.Kini tersisa Ren dan Regano yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Ren menghela napas, kembali mengecek kondisi Meta, dan merawat luka gadis itu lebih hati-hati.“Kami akan pergi,” ucap Regano. Tidak ada gunanya membohongi Ren.“Apa yang terjadi?”“SM mengirimkan pesan rahasia lewat pelakunya. Mereka tidak benar-benar ingin mencuri barang rahasia kita, hanya sebagai jalan agar salah sa
Logo SM terpampang nyata di rumah yang seperti mansion tersebut. Pintu pagar dibuka, tepat saat mobil Edward tiba. Seperti mereka sudah mengetahui akan kedatangan tamu. Hanya tiga mobil yang masuk, selebihnya menunggu intruksi di luar zona kekuasaan SM.Setelah cukup lama, Edward kembali mengunjungi tempat itu. cukup banyak yang berubah. Terakhir kali, rumah itu hanya sisa puing-puing, akibat kekalahan pemimpinnya. Tidak ada rasa takut, meski harus memasuki kandang singa, bahkan tanpa pengawalan sama sekali. Edward sudah terbiasa melakukannya. Beberapa tahun yang lalu, dia bahkan menghadapi semuanya seorang diri, dan tetap keluar sebagai pemenang.Mr Vee, julukan untuk pemimpin SM, sepertinya belum juga belajar dari kekalahan, masih saja melakukan kesalahan saat menyambutnya.“Aku sungguh tidak suka disambut dengan ramah seperti ini. Kamu pasti sudah tau akhirnya akan seperti apa, bukan?” ejek Edward.Mr Vee tertawa lebar. Dia mendekati rombongan yang Edward bawa, seperti biasa, hanya
Masih seperti mimpi, Meta bisa bangun tanpa harus merasakan suasana mencengkam dari kehadiran Edward. Meski sementara, Meta tetap bersyukur. Rasanya dia ingin segera pulih, dan keluar untuk menghiru udara segar. Sayang sekali, Ren tidak mengizinkannya semudah itu.Ah andai saja wanita itu juga ikut, pasti akan lebih menyenangkan, batin Meta.Dia ingin merasakan kebebasan, tanpa rasa takut dan kekangan.Pintu kamar terbuka, menampilkan Ren bersama beberapa petugas medis.“Jangan buat rusuh. Aku harus tetap memberikan laporan sama Tuan Leonardo,” ucap Ren ketus. Perasaan semua baik-baik saja. Namun, Ren malah bersikap seolah Meta sudah melakukan kesalahan yang sangat besar, sampai kehilangan respek dari Ren.“Kapan mereka kembali?” tanya Meta pada akhirnya.“Kenapa ingin tau?”Meta menghela napas. Ternyata ada yang lebih menyebalkan dari Edward. Apa susahnya tinggal jawab, batin gadis itu.“Biar aku tau kapan untuk bersiap. Aku mendengarnya. Edward minta agar aku menyambut edatangannya
Vee benar-benar melupakan semua yang sudah pernah terjadi, mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Pria itu mengacungkan pistolnya, merasa puas karena posisi Edward yang terpojok. Mereka jelas kalah jumlah, begitulah isi pikiran Vee sekarang. “Jadi kamu masih berharap bisa menaklukanku dengan senjata yang bahkan tidak akan bisa membunuhku?” tanya Edward memprovokasi pria di hadapannya. Vee tertawa. “Jika tidak bisa, setidaknya senjata ini bisa melumpuhkanmu, bukan?” Edward mengangguk kecil. Hanya sekedar melumpuhkan. Bahkan jika peluru panas itu menyentuh jantungnya atau bahkan merusak organ bagian dalam, dia tetap akan hidup dan kembali untuk membalasnya. Entah suatu anugrah atau kutukan. Mungkin juga karena dia sudah terbiasa melakukan hal yang sama pada para korbannya. “SM sudah berdiri cukup lama, bahkan lebih dulu sebelum organisasi di bawah kepemimpinanku muncul, tetapi kalian bahkan tidak bisa menyaingi kami, melakukan berbagai cara bahkan kecurangan untuk memena
Edward seperti bukan manusia. Bagaimana tidak, pria itu bahkan masih bisa bertahan meski terkena lima tusukan benda tajam di tubuhnya, ditambah satu peluru panas yang hampir menembus organ bagian dalam. Lebih gila lagi, Edward bahkan sama sekali tidak terlihat kesakitan selama perjalanan, dan baru ketahuan setelah pingsan di pundak Meta. “Apa dia sudah gila? Bagaimana mungkin mengadakan pesta kemenangan bahkan saat sakit,” dumel Meta tidak berhenti mondar-mandir. Pintu kamarnya dibuka begitu saja. Ren masuk terburu-buru. “Bersiaplah, para tamu akan segera tiba!” “Tunggu, apa dia baik-baik aja?” Meta berdehem menyadari ada yang salah dengan pertanyaannya. Sejak kapan dia mulai peduli jika Edward terluka? “Oke, aku akan bersiap,” Meta mengambil pakaian pelayan dari tangan Ren, mengabaikan tatapan penuh tanya dari wanita itu. Meta pura-pura sibuk dengan pakaiannya. “Dia mungkin akan terluka lebih parah, tapi setidaknya dia bisa menghadiri pesta malam ini. Bergegaslah, aku tunggu di
Malam itu jelas belum berakhir begitu saja. Malam yang menjadi sangat memalukan untuk Meta Marforia Anastasya. Di hadapan banyak orang, dia membalas cumbuan Edward yang sangat menuntut. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sepertinya. Meta bergegas mendorong dada Edward agar menjauh saat menyadari apa yang sudah dia lakukan. Bibir gadis itu terlihat basah, membuat sang empunya menundukan wajah, menahan rasa malu. Edward tersenyum puas. Rasa bibir gadis itu benar-benar sangat manis, membuat akal pikirannya hilang begitu dia merasakannya. “Sudah lihat bukan? Dia bahkan lebih berharga dari pada kehadiran kamu. Jika mau, kamu bisa menggunakan pakaian yang tadi Meta kenakan, agar adil,” ucap Edward kembali fokus pada wanita tadi. Wanita itu menggerutu, menatap Meta sebal. Dia memilih pergi daripada harus dipermalukan lagi. “Konyol,” gumam Edward. Dia menatap gadis yang menunduk dalam, menyembunyikan wajahnya. Tangan Edward mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya. Mata Meta terlihat