Share

Kau Bisa Mati!

Author: Yurisha
last update Last Updated: 2025-01-27 21:25:31

Victor berdiri di balkon penthouse-nya yang menjulang tinggi, memandang kerlip lampu kota di bawah sana. Gelas kristal berisi bourbon di tangannya hanya sesekali ia sentuh, sementara pikirannya sibuk memutar ulang pertemuan singkat dengan Isabella. Wajah wanita itu, tatapan matanya, bahkan suaranya—semua terus menghantui Victor sejak malam hujan itu.

Ia telah bertemu ratusan, bahkan ribuan wanita selama hidupnya. Sebagian besar mendekatinya karena kekayaan dan kekuasaannya, tetapi Isabella berbeda. Wanita itu tidak menunjukkan rasa takut, apalagi ketertarikan padanya. Dia hanya seorang perawat sederhana yang kebetulan berada di tempat dan waktu yang salah. Namun, entah bagaimana, justru kesederhanaan dan keberaniannya yang membuat Victor tak bisa berhenti memikirkan Isabella.

Di meja kerja Victor, sebuah berkas tebal tergeletak rapi. Di dalamnya terdapat informasi lengkap tentang Isabella Grey—riwayat hidupnya, latar belakang keluarganya, hingga kebiasaan sehari-hari yang diperoleh dari pengawasan ketat anak buah Victor. Ia sudah tahu semuanya, tetapi rasa ingin tahunya masih belum terpuaskan.

Victor mengangkat telepon di mejanya, menghubungi Lorenzo, tangan kanannya. Suaranya tenang, tetapi nada tegasnya tidak bisa disembunyikan.

"Pastikan tidak ada yang menyentuh Isabella. Aku tidak ingin satu pun orang Franco mendekatinya," katanya.

"Dimengerti, Master," jawab Lorenzo dari ujung telepon. "Tapi, apa anda yakin tentang ini? Dia hanyalah wanita biasa."

Victor terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan nada rendah namun penuh penekanan. "Dia bukan wanita biasa. Dan mulai sekarang, dia adalah tanggung jawabku."

...

Sementara itu, di sudut kota yang jauh dari hiruk-pikuk kekuasaan Victor, Isabella berusaha menjalani kembali kehidupannya yang sederhana. Setelah malam hujan penuh kejutan itu, ia berharap semuanya akan kembali normal. Namun, semakin ia mencoba melupakan kejadian tersebut, semakin kuat bayangan pria berjas hitam dengan luka tembak di perutnya menghantui pikirannya.

Isabella berdiri di depan wastafel di rumah sakit tempatnya bekerja, mengusap wajah dengan frustrasi. "Kenapa aku terus memikirkannya?" gumamnya pelan, nyaris seperti berbicara dengan dirinya sendiri.

Tatapan pria itu—Victor—terus membekas di benaknya. Tatapan yang penuh misteri, ketegasan, dan sesuatu yang sulit diartikan. Isabella sadar, pria sepertinya jelas bukan orang biasa, dan entah kenapa instingnya mengatakan bahwa ada bahaya besar di balik sosok tersebut. Namun, alih-alih menjauh, rasa penasaran mulai tumbuh, menciptakan perasaan yang saling bertolak belakang dalam dirinya.

Di rumah sakit tempat ia bekerja sebagai perawat, Isabella berusaha mengalihkan pikirannya melalui rutinitas yang padat. Setiap pasien yang datang menjadi pelarian dari pikirannya yang terus-menerus dihantui oleh kejadian malam itu. Namun tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang terus mengawasi. Mata-mata Victor, yang diam-diam bertugas memastikan keselamatannya. Victor tampaknya lebih terlibat dalam hidup Isabella daripada yang ia sadari.

Malam itu, setelah selesai bekerja, Isabella kembali ke apartemennya. Lelah, ia menjalani ritual malam seperti biasa, membersihkan diri dan menyiapkan makanan ringan sebelum duduk di sofa. Untuk mengusir kesunyian, ia menyalakan televisi, tanpa ekspektasi apa pun. Namun, hanya beberapa saat setelah layar menyala, berita yang muncul membuat tubuhnya membeku.

Sosok seorang pria tinggi, berjas rapi, dengan wajah tegas namun dingin memenuhi layar televisi. Narasi di bawahnya semakin memperjelas siapa dia: "Alarcón kembali menempati posisi bisnis tersukses nomor satu di dunia. Pemilik perusahaan Alarcón, Victor Alarcón, juga dikenal sebagai investor menjanjikan yang menjadi incaran banyak startup besar."

Isabella terpaku. Tangannya yang memegang handuk perlahan melemah, membiarkannya jatuh ke lantai. Ia nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

"Victor? Namanya Victor? Orang yang kutemui itu?" gumamnya, mencoba memproses kenyataan.

Seketika, ingatan tentang pria yang tampak seperti buronan itu berputar di pikirannya. Tidak mungkin. Bagaimana mungkin pria yang ia kira anggota organisasi gelap ternyata adalah Victor Alarcón—tokoh penting di dunia bisnis global?

Isabella merasa dirinya begitu bodoh karena selama ini terlalu larut dalam rutinitas hingga mengabaikan perkembangan berita. Banyak hal yang tidak ia ketahui, dan salah satunya adalah fakta bahwa pria yang pernah berdiri di hadapannya itu bukan sekadar orang biasa.

Pikirannya yang kalut tiba-tiba terhenti ketika suara ketukan pintu terdengar di apartemennya. Ia menoleh ke arah pintu dengan jantung berdegup kencang. Ketukan itu terdengar tegas, namun tidak mengancam. Dengan ragu, Isabella berjalan mendekat dan membuka pintu.

Sosok di balik pintu membuatnya hampir kehilangan kata-kata.

Victor.

Pria yang menjadi pusat berita tadi kini berdiri tepat di hadapannya, dengan tatapan tenang namun penuh makna.

Isabella mematung di ambang pintu. Matanya membesar, menunjukkan ketakutan yang tidak mampu ia sembunyikan. Tubuhnya menegang, seolah seluruh udara di sekitarnya mendadak lenyap.

"Victor," gumamnya hampir tanpa suara, lebih seperti bisikan yang terlepas begitu saja.

Pria itu menatapnya dengan sorot mata yang tajam namun tak sepenuhnya dingin. Ada sesuatu di balik tatapan itu yang sulit diartikan Isabella—sebuah perpaduan antara determinasi dan rasa iba.

"Kita harus bicara," ucap Victor dengan nada rendah dan tegas, membuat Isabella merasakan getaran kecil di dalam dirinya.

Isabella menelan ludah, tangannya secara refleks memegang gagang pintu lebih erat. "Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak seharusnya datang. Aku ... aku tidak ada hubungannya dengan urusanmu."

Victor mendesah pelan, lalu melangkah lebih dekat hingga jarak mereka hampir tidak ada. Isabella mundur setengah langkah, merasa terpojok oleh kehadirannya yang mendominasi.

"Kau tidak paham apa yang sedang terjadi, Isabella," kata Victor, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Mereka tahu siapa kau. Dan jika kau tetap di sini, kau dalam bahaya. Aku datang untuk melindungimu."

Isabella menggeleng cepat, mencoba menyangkal semua yang ia dengar. "Aku tidak ingin terlibat, Victor. Tolong, tinggalkan aku. Aku tidak butuh perlindunganmu."

Victor menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba membaca pikiran wanita di depannya. "Kau pikir mereka peduli pada keinginanmu? Franco dan anak buahnya tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dariku, termasuk memanfaatkanmu."

Ketakutan di mata Isabella semakin jelas, meskipun ia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. "Kenapa aku? Aku bahkan tidak mengenalmu."

Victor mendekatkan wajahnya sedikit, menjaga nada suaranya tetap rendah. "Karena malam itu kau menyelamatkanku. Karena kau ada di tempat yang salah pada waktu yang salah. Dan sekarang, mereka menganggapmu sebagai alat untuk menghancurkanku."

Isabella membeku, mencoba memproses ucapan Victor. Namun sebelum ia sempat menjawab, suara gaduh terdengar dari luar apartemen. Teriakan dan langkah kaki mendekat dengan cepat, disertai bunyi benturan keras.

Victor segera menoleh ke arah sumber suara, ekspresinya berubah dingin dan waspada. "Mereka sudah di sini," ucapnya singkat.

Isabella menatapnya dengan wajah panik. "Siapa? Siapa yang di sini?"

Victor tidak menjawab. Ia meraih tangan Isabella dengan cepat, menggenggamnya erat. "Kita harus pergi sekarang."

"Tidak!" Isabella menepis tangannya, meskipun gemetar. "Aku tidak bisa. Ini rumahku!"

"Kau akan mati jika tetap di sini!" Victor membentaknya untuk pertama kalinya, membuat Isabella terdiam. Suaranya kembali tenang namun mendesak. "Aku janji, kau akan aman. Tapi kita harus pergi sekarang."

Isabella ragu sejenak, namun suara kaca pecah di lantai bawah membuat keputusan itu diambilkan untuknya. Ia mengangguk pelan dengan wajah pucat, dan tanpa banyak kata lagi, Victor menariknya keluar dari apartemen.

Mereka berlari menyusuri lorong sempit menuju pintu keluar belakang. Victor melindungi Isabella di belakang tubuhnya, sesekali menoleh untuk memastikan tidak ada yang mengikuti. Ketegangan menggantung di udara, dan bagi Isabella, ini terasa seperti mimpi buruk yang tidak akan pernah berakhir.

Namun satu hal yang jelas—sejak malam ini, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Kenapa Mereka Mengejarku?

    Victor menggenggam tangan Isabella erat, seolah takut ia akan menghilang jika dilepaskan. Mereka berhasil keluar dari pintu belakang dan langsung disambut udara malam yang dingin dan menusuk. Jalanan di belakang apartemen itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya samar dari lampu jalan yang berkelap-kelip. Suara sirine terdengar di kejauhan, tetapi Victor tidak berhenti untuk menoleh. Ia terus berjalan dengan langkah cepat, memimpin Isabella menuju mobil hitam yang terparkir di ujung gang. “Masuk,” perintahnya singkat sambil membuka pintu penumpang. Isabella ragu sejenak, tetapi melihat ekspresi tegas di wajah Victor, ia tak punya pilihan selain menurut. Ketika pintu tertutup, Victor segera melompat ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin. “Ke mana kita pergi?” tanya Isabella dengan suara gemetar. Victor tidak segera menjawab. Mata birunya terpaku pada jalan, ekspresinya penuh konsentrasi. Setelah beberapa saat, ia menjawab dengan nada rendah, “Tempat yang aman.” Mobil melaju men

    Last Updated : 2025-01-27
  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Kau Mengawasiku?!

    Isabella duduk di dekat jendela besar di kamar yang telah menjadi tempat tinggal sementaranya selama beberapa hari terakhir. Ia memandangi taman yang luas di luar, dengan deretan pohon cemara dan rumput hijau yang tampak terlalu rapi untuk ukuran dunia nyata.Namun, bukannya merasa nyaman, perasaan terkurung mulai menghantuinya. Rumah ini terlalu sunyi, terlalu terisolasi, dan Victor terlalu tertutup. Meski pria itu selalu menjawab pertanyaannya dengan tenang, ada sesuatu dalam cara bicaranya yang membuat Isabella yakin bahwa dia tidak menceritakan semuanya.Setiap hari terasa sama. Sarapan disiapkan oleh seorang pelayan yang jarang terlihat, lalu Victor akan sibuk dengan pekerjaannya di ruang kerja, meninggalkan Isabella sendirian dengan pikirannya. Tidak ada televisi di kamar, tidak ada akses ke ponsel, dan bahkan ketika ia mencoba bertanya apakah ia bisa menghubungi teman-temannya, Victor hanya berkata, “Itu terlalu berbahaya.”semakin lama, Isabella merasa seperti bayangannya send

    Last Updated : 2025-01-27
  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Kotak Misterius

    Victor mengangguk perlahan, matanya tetap tertuju pada Isabella. Sementara itu, Isabella menggelengkan kepala dengan frustrasi. Ia tidak habis pikir—apa sebenarnya yang diinginkan pria ini? Mengurungnya, mengawasinya, lalu apa lagi selanjutnya?"Kau?! Apa yang kau inginkan sebenarnya, Victor? Keluarkan aku dari sini sekarang juga!" seru Isabella dengan suara penuh kemarahan.Kesabarannya telah habis. Ia tidak peduli lagi dengan alasan-alasan Victor. Wajahnya memerah, dadanya naik turun menahan emosi yang meluap. Namun, Victor hanya menatapnya dengan ekspresi datar, seolah-olah kemarahan Isabella tidak berarti apa-apa."Tidak ada gunanya kau marah-marah, Isabella. Lebih baik kembali ke dalam sekarang juga," ucapnya dengan nada dingin.Tatapannya semakin tajam, menciptakan suasana yang begitu menekan hingga membuat Isabella merasa diintimidasi. Ia menarik napas kasar, mencoba mengendalikan emosinya, tetapi hatinya dipenuhi kebencian. Beberapa hari terakhir di rumah ini terasa seperti si

    Last Updated : 2025-02-01
  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Pesta VVIP

    Gaun hitam mewah itu membalut tubuh Isabella dengan sempurna, memancarkan aura elegan yang tampaknya sudah dirancang dengan cermat oleh Victor. Ia berdiri di depan cermin besar, menatap bayangannya dengan tatapan kosong. Kristal-kristal kecil yang menghiasi gaun itu memantulkan cahaya redup dari lampu gantung di atasnya, memberikan kesan seolah-olah tubuhnya diselimuti bintang-bintang yang berkilauan. Namun, tidak ada keindahan yang bisa menghapus kegelisahan yang bersemayam di hatinya. Di sekelilingnya, beberapa pelayan sibuk menata rambut dan merapikan gaunnya, memastikan tidak ada satu helai pun yang tidak pada tempatnya. Mereka bekerja dalam diam, seakan takut membuat kesalahan sekecil apa pun di hadapan Isabella. Atau mungkin mereka takut pada Victor? Isabella mengembuskan napas perlahan, mencoba menenangkan diri. "Apa ini tidak berlebihan?" gumamnya, matanya menatap pantulan gaun mahal itu dengan perasaan bercampur aduk. Lorenzo, yang berdiri tak jauh dari pintu, tetap mema

    Last Updated : 2025-02-02
  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Pertemuan Pertama

    Hujan turun deras malam itu, membasahi jalanan kota yang sepi. Gemuruh guntur bersahutan, mengiringi langkah seorang wanita yang berjalan tanpa tujuan. Isabella memeluk tubuhnya sendiri, menggigil dalam dingin dan putus asa. Matanya yang sembab tak mampu lagi menahan air mata yang terus mengalir. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Baru saja, dunia yang ia kenal, dunia yang penuh dengan harapan, telah runtuh dalam sekejap. Kekasihnya, seorang dokter yang selama ini ia percayai dengan sepenuh hati, kini tampak begitu tak berharga di matanya. Pemandangan yang paling menyakitkan dalam hidupnya—pacarnya, yang ia anggap sebagai bagian dari dirinya, sedang berada dalam pelukan seorang wanita lain, seorang teman sejawat yang selama ini ia anggap sahabat. Kepalanya terasa pening, setiap langkah yang diambilnya seakan semakin berat, seakan menuntutnya untuk berhenti dan menyerah. Namun, ia terus berjalan, entah ke mana, entah untuk apa. Semua terasa hampa. Isabella berhenti di pinggir j

    Last Updated : 2025-01-23
  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Isabella Grey

    Victor menggenggam pistol yang dia rasa pelurunya hampir habis di tangannya. Tubuhnya bergetar, napasnya berat, dan darah masih mengalir dari luka di bahunya. Di depan matanya, beberapa pria bersenjata berjalan mendekat, wajah mereka penuh niat membunuh. Langkah kaki mereka menggema di gang sempit itu, seolah menghitung detik-detik terakhir hidup Victor. “Kali ini, kau tidak akan lolos, Victor,” ucap salah satu dari mereka dengan suara dingin. “Dan siapa pun yang berani menyelamatkanmu … kami akan mencarinya. Kami akan memastikan mereka mati lebih mengenaskan daripada dirimu.” Victor merasa dunia berputar. Pandangannya mulai kabur, tubuhnya hampir ambruk. Ia mencoba mengangkat pisau di tangannya, meskipun tahu usahanya sia-sia. Tidak ada yang bisa melawan kematian ketika ia sudah sedekat ini. Tapi, entah bagaimana, semangat untuk bertahan tetap membara dalam dirinya. Salah satu pria itu mengangkat senjatanya, mengarahkannya tepat ke kepala Victor. Jari mereka sudah di pelatuk ketik

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Pesta VVIP

    Gaun hitam mewah itu membalut tubuh Isabella dengan sempurna, memancarkan aura elegan yang tampaknya sudah dirancang dengan cermat oleh Victor. Ia berdiri di depan cermin besar, menatap bayangannya dengan tatapan kosong. Kristal-kristal kecil yang menghiasi gaun itu memantulkan cahaya redup dari lampu gantung di atasnya, memberikan kesan seolah-olah tubuhnya diselimuti bintang-bintang yang berkilauan. Namun, tidak ada keindahan yang bisa menghapus kegelisahan yang bersemayam di hatinya. Di sekelilingnya, beberapa pelayan sibuk menata rambut dan merapikan gaunnya, memastikan tidak ada satu helai pun yang tidak pada tempatnya. Mereka bekerja dalam diam, seakan takut membuat kesalahan sekecil apa pun di hadapan Isabella. Atau mungkin mereka takut pada Victor? Isabella mengembuskan napas perlahan, mencoba menenangkan diri. "Apa ini tidak berlebihan?" gumamnya, matanya menatap pantulan gaun mahal itu dengan perasaan bercampur aduk. Lorenzo, yang berdiri tak jauh dari pintu, tetap mema

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Kotak Misterius

    Victor mengangguk perlahan, matanya tetap tertuju pada Isabella. Sementara itu, Isabella menggelengkan kepala dengan frustrasi. Ia tidak habis pikir—apa sebenarnya yang diinginkan pria ini? Mengurungnya, mengawasinya, lalu apa lagi selanjutnya?"Kau?! Apa yang kau inginkan sebenarnya, Victor? Keluarkan aku dari sini sekarang juga!" seru Isabella dengan suara penuh kemarahan.Kesabarannya telah habis. Ia tidak peduli lagi dengan alasan-alasan Victor. Wajahnya memerah, dadanya naik turun menahan emosi yang meluap. Namun, Victor hanya menatapnya dengan ekspresi datar, seolah-olah kemarahan Isabella tidak berarti apa-apa."Tidak ada gunanya kau marah-marah, Isabella. Lebih baik kembali ke dalam sekarang juga," ucapnya dengan nada dingin.Tatapannya semakin tajam, menciptakan suasana yang begitu menekan hingga membuat Isabella merasa diintimidasi. Ia menarik napas kasar, mencoba mengendalikan emosinya, tetapi hatinya dipenuhi kebencian. Beberapa hari terakhir di rumah ini terasa seperti si

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Kau Mengawasiku?!

    Isabella duduk di dekat jendela besar di kamar yang telah menjadi tempat tinggal sementaranya selama beberapa hari terakhir. Ia memandangi taman yang luas di luar, dengan deretan pohon cemara dan rumput hijau yang tampak terlalu rapi untuk ukuran dunia nyata.Namun, bukannya merasa nyaman, perasaan terkurung mulai menghantuinya. Rumah ini terlalu sunyi, terlalu terisolasi, dan Victor terlalu tertutup. Meski pria itu selalu menjawab pertanyaannya dengan tenang, ada sesuatu dalam cara bicaranya yang membuat Isabella yakin bahwa dia tidak menceritakan semuanya.Setiap hari terasa sama. Sarapan disiapkan oleh seorang pelayan yang jarang terlihat, lalu Victor akan sibuk dengan pekerjaannya di ruang kerja, meninggalkan Isabella sendirian dengan pikirannya. Tidak ada televisi di kamar, tidak ada akses ke ponsel, dan bahkan ketika ia mencoba bertanya apakah ia bisa menghubungi teman-temannya, Victor hanya berkata, “Itu terlalu berbahaya.”semakin lama, Isabella merasa seperti bayangannya send

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Kenapa Mereka Mengejarku?

    Victor menggenggam tangan Isabella erat, seolah takut ia akan menghilang jika dilepaskan. Mereka berhasil keluar dari pintu belakang dan langsung disambut udara malam yang dingin dan menusuk. Jalanan di belakang apartemen itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya samar dari lampu jalan yang berkelap-kelip. Suara sirine terdengar di kejauhan, tetapi Victor tidak berhenti untuk menoleh. Ia terus berjalan dengan langkah cepat, memimpin Isabella menuju mobil hitam yang terparkir di ujung gang. “Masuk,” perintahnya singkat sambil membuka pintu penumpang. Isabella ragu sejenak, tetapi melihat ekspresi tegas di wajah Victor, ia tak punya pilihan selain menurut. Ketika pintu tertutup, Victor segera melompat ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin. “Ke mana kita pergi?” tanya Isabella dengan suara gemetar. Victor tidak segera menjawab. Mata birunya terpaku pada jalan, ekspresinya penuh konsentrasi. Setelah beberapa saat, ia menjawab dengan nada rendah, “Tempat yang aman.” Mobil melaju men

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Kau Bisa Mati!

    Victor berdiri di balkon penthouse-nya yang menjulang tinggi, memandang kerlip lampu kota di bawah sana. Gelas kristal berisi bourbon di tangannya hanya sesekali ia sentuh, sementara pikirannya sibuk memutar ulang pertemuan singkat dengan Isabella. Wajah wanita itu, tatapan matanya, bahkan suaranya—semua terus menghantui Victor sejak malam hujan itu. Ia telah bertemu ratusan, bahkan ribuan wanita selama hidupnya. Sebagian besar mendekatinya karena kekayaan dan kekuasaannya, tetapi Isabella berbeda. Wanita itu tidak menunjukkan rasa takut, apalagi ketertarikan padanya. Dia hanya seorang perawat sederhana yang kebetulan berada di tempat dan waktu yang salah. Namun, entah bagaimana, justru kesederhanaan dan keberaniannya yang membuat Victor tak bisa berhenti memikirkan Isabella. Di meja kerja Victor, sebuah berkas tebal tergeletak rapi. Di dalamnya terdapat informasi lengkap tentang Isabella Grey—riwayat hidupnya, latar belakang keluarganya, hingga kebiasaan sehari-hari yang diperoleh

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Isabella Grey

    Victor menggenggam pistol yang dia rasa pelurunya hampir habis di tangannya. Tubuhnya bergetar, napasnya berat, dan darah masih mengalir dari luka di bahunya. Di depan matanya, beberapa pria bersenjata berjalan mendekat, wajah mereka penuh niat membunuh. Langkah kaki mereka menggema di gang sempit itu, seolah menghitung detik-detik terakhir hidup Victor. “Kali ini, kau tidak akan lolos, Victor,” ucap salah satu dari mereka dengan suara dingin. “Dan siapa pun yang berani menyelamatkanmu … kami akan mencarinya. Kami akan memastikan mereka mati lebih mengenaskan daripada dirimu.” Victor merasa dunia berputar. Pandangannya mulai kabur, tubuhnya hampir ambruk. Ia mencoba mengangkat pisau di tangannya, meskipun tahu usahanya sia-sia. Tidak ada yang bisa melawan kematian ketika ia sudah sedekat ini. Tapi, entah bagaimana, semangat untuk bertahan tetap membara dalam dirinya. Salah satu pria itu mengangkat senjatanya, mengarahkannya tepat ke kepala Victor. Jari mereka sudah di pelatuk ketik

  • Tawanan Hati Sang Penguasa    Pertemuan Pertama

    Hujan turun deras malam itu, membasahi jalanan kota yang sepi. Gemuruh guntur bersahutan, mengiringi langkah seorang wanita yang berjalan tanpa tujuan. Isabella memeluk tubuhnya sendiri, menggigil dalam dingin dan putus asa. Matanya yang sembab tak mampu lagi menahan air mata yang terus mengalir. Hatinya terasa hancur berkeping-keping. Baru saja, dunia yang ia kenal, dunia yang penuh dengan harapan, telah runtuh dalam sekejap. Kekasihnya, seorang dokter yang selama ini ia percayai dengan sepenuh hati, kini tampak begitu tak berharga di matanya. Pemandangan yang paling menyakitkan dalam hidupnya—pacarnya, yang ia anggap sebagai bagian dari dirinya, sedang berada dalam pelukan seorang wanita lain, seorang teman sejawat yang selama ini ia anggap sahabat. Kepalanya terasa pening, setiap langkah yang diambilnya seakan semakin berat, seakan menuntutnya untuk berhenti dan menyerah. Namun, ia terus berjalan, entah ke mana, entah untuk apa. Semua terasa hampa. Isabella berhenti di pinggir j

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status