Bab 5. Selalu Memuaskan

2 pekan sudah berlalu. Setiap hari, Amara melewatinya dengan penuh air mata. Gadis itu hanya bisa meratapi nasibnya karena cap pembunuh sudah melekat dalam dirinya.

Bahkan hanya untuk keluar saja, Amara harus didampingi dengan para penjaga. Michael sudah menjadikannya sebagai tawanan dan tak akan melepaskan Amara sampai kapanpun.

Malam itu, Amara berdiri di sisi balkon. Menatap taburan bintang di langit, sesekali dia menghela nafas panjang.

Selama ini, Michael tidak berada di kota Mew York. Dia tengah berada di Italia dan mengerjakan suatu proyek restoran.

Tetapi meskipun begitu tetap saja Amara merasa hidupnya tidak berarti. Dia merasa bahwa kini ia tak lebih seperti burung di dalam sangkar.

Tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam pekat, masuk ke area pelataran mewah. Sebelumnya, gerbang telah terbuka otomatis.

Kedua mata Amara membulat sempurna melihat itu. Dia terus memperhatikan kuda besi mewah dan tiba-tiba seorang pria tampan keluar dari dalam sana.

Deg!

Detak jantung Amara seakan-akan berhenti bekerja saat melihat sisi wajah pria itu. Dia tampan dan rupawan, akan tetapi sisi gelap pria itu membuat Amara menciut takut.

Nampak Michael berjalan dengan gagah, balutan pakaian serba hitam yang rapi membungkus tubuhnya. Selain itu, para anak buah mengawal dari belakang.

“Michael? Dia sudah pulang?” Amara mundur ke belakang. Dia segera pergi dari balkon dan masuk ke kamarnya.

Amara lantas menutup pintu kamarnya dengan cepat. Tak lupa dia juga mengunci benda tersebut.

Duduk di pinggir kasur dengan detak jantung nyang bekerja dua kali lebih cepat. Amara benar-benar was-was dengan kedatangan Michael.

“Selamat datang kembali Tuan.” Semua penjaga dan pelayan memberikan penghormatan untuk Michael.

Michael tidak menjawab, dia justru terus berjalan dan melewati para anak buahnya yang sengaja berjejer rapi meski hanya untuk menyambut kedatangannya.

“Jian, di mana tawananku?” tanya Michael pada seorang wanita yang menjadi ketua pelayan di sana dan berdiri di ujung rekannya.

“Nona Amara di kamarnya, Tuan.” Jian menundukkan kepalanya saat menjawab.

Senyum tipis mengerikan Michael tercipta. Laki-laki itu melangkah menuju lift untuk sampai di lantai 3.

Jujur saja, Michael benar-benar merindukan Amara. Selama dua minggu ini, Michael menahan hasrat nya hanya agar bisa bermain dengan Amara saja.

Michael rindu aroma tubuh Amara, rindu bibir merahnya, rindu leher jenjangnya dan tentunya semua yang ada dalam diri Amara.

Sampai di depan ruangan kamar Amara, Michael segera mengetuk pintu. Namun sudah beberapa saat menunggu, tidak kunjung ada jawaban.

Amara yang ada di dalam ruangan itu. Hanya mengalihkan pandangan tanpa berpindah tempat. Jantungnya seakan berdebar sangat kencang.

“Amara, buka pintunya!”

Suara pria itu membuat Amara semakin takut, wanita itu terus memperhatikan pintu yang sampai saat ini belum juga terbuka.

Beberapa kali Michael memanggil, tetapi tak ada juga jawaban. Padahal Michael bersemangat pulang karena hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan Amara. Tapi gadis itu dengan terang-terangan menolak keberadaannya.

Michael yang kesal, akhirnya membuka pintu dengan kunci cadangan yang memang selalu dibawa olehnya.

Seketika pandangannya bertemu dengan Amara. Gadis itu tengah berdiri di pinggir ranjang.

Michael menatap dengan nakal, dia memindai tubuh Amara dari bawah hingga atas.

“Michael? Bagaimana bisa kau membuka pintu itu?” tanya Amara heran

Michael tertawa. “Kau lupa? Ini Mansionku, jadi aku bisa melakukan apapun sesuai keinginanku.”

Michael mendekat lebih cepat lagi, dia yang sudah tidak tahan menahan hasrat nya akhirnya mendorong tubuh Amara ke atas kasur.

“Michael! Stop! Apa yang akan kau lakukan?” tanya Amara dengan nada bicara takut.

“Apa lagi? Tentu saja bermain denganmu!”

“Tidak, aku tidak mau! Jangan paksa aku!” mohon Amara agar Michael tidak berbuat apapun padanya.

Tapi ini Michael, Laki-laki yang akan selalu mendapatkan semua keinginannya tanpa boleh terhalang oleh apapun.

Sekuat apapun Amara mencoba untuk menolak, tetapi semuanya tidak berarti. Michael tetap dapat menikmati tubuhnya dengan puas. Hingga akhirnya, Michael mengerang di atas tubuh Amara.

“Eeeghh!!” lelaki itu menekankan dirinya semakin dalam dan akhirnya menarik diri dari Amara.

Michael menjatuhkan dirinya di samping Amara, tangannya terulur memeluk perut ramping Amara. Gadis yang kini hanya bisa diam dengan segala rasa yang berkelut dalam diri.

“Amara, kau benar-benar memuaskan! Dan aku akan memberikan hadiah untukmu esok pagi!” ucap Michael dan mengakhiri kalimatnya dengan sebuah kecupan.

***