Share

Tawanan Gairah Tuan CEO
Tawanan Gairah Tuan CEO
Penulis: Aisyah Siti

Bab 1. Seorang Pembunuh

"Ngh..!"

Amara terbangun dengan napas terengah. Dia mendudukkan diri dan merasakan sakit di bagian inti bawahnya.

Perlahan, wanita itu menoleh ke sampingnya, hanya untuk punggung pria yang telah menghabiskan malam dengannya.

Tubuh Amara langsung membeku, begitu ia kembali teringat mengapa dirinya bisa berada di situasi ini.

Dua hari yang lalu Amara seperti biasa pulang bekerja, saat itu sudah larut malam. Namun, di tengah jalan ia mendengar suara rintihan seseorang di rumah terbengkalai sehingga ia akhirnya memutuskan untuk menghampiri suara itu.

Siapa sangka, Amara menemukan seorang pria yang terbaring dengan darah yang sudah berceceran.

“To..tol..ong” rintihan itu terdengar begitu lemah.

Amara segera mendekati pria itu. Melihat wajahnya yang pucat, Amara semakin menjadi cemas.

“Bertahanlah Tuan, saya akan segera menghubungi ambulance secepatnya.” Tangan Amara bergetar, namun dia segera mengeluarkan ponsel dari dalam saku dan menekan tombol.

Pria itu perlahan mencabut pisau tajam yang masih menusuk perutnya, membuat darah yang keluar dari tubuhnya semakin deras.

"Aaghh!" Pria berwajah pucat itu berteriak kesakitan.

Panik melihat itu, Amara segera melupakan niatnya untuk menelepon bantuan, dan menekan perut sang pria untuk menahan laju darah.

Tangan Amara kini ikut berlumuran darah.

Satu tangan pria itu mengenggam baju Amara dengan begitu kuat, seakan memintanya untuk mendekatkan telinganya pada wajah pria itu.

Perlahan Amara mendekatkan jarak wajahnya dengan pria itu, laki-laki menatap lamat-lamat Amara. seakan ingin memberitahu sesuatu.

“Pelaku..di.a..ad..a..la,” belum sempat menyelesaikan ucapannya, pria itu kini memejamkan kedua matanya, pegangan tangannya di baju Amara juga terlepas.

Amara yang melihat itu terkejut karena pria itu benar-benar tidak sadarkan diri. Meskipun begitu,

Amara tetap berusaha untuk menyadarkan pria itu, “Tuan.. Tuan.. buka mata Anda, bertahanlah.” Tangannya memegang pisau yang masih ada di tangan sang pria dan menjauhkannya dari tubuh pria itu.

Sayangnya, kesialan sepertinya sedang berada di pihak Amara.

Ketika tangannya masih menggenggam pisau, segerombol pria berpakaian jas hitam masuk ke dalam dan langsung mengerubunginya.

Semua menatapnya dengan tajam, seakan menangkap seorang pembunuh.

Dengan panik, Amara segera melepaskan pisau itu dari tangannya dan mengangkat kedua tangannya ke udara, “Bukan, ini tidak seperti yang kalian pikirkan.” Kepala Amara menggeleng refleks.

Ucapannya seakan tak didengar.

Salah satu dari pria itu menghampiri Amara dan menarik tubuhnya dengan kasar hingga Amara merasakan sakit di bagian lengannya.

Tiba-tiba Seorang pria dengan aura dominasi memasuki ruangan. Netra matanya menatap nyalang pada Amara yang kini tubuhnya dilemparkan hingga berakhir tersungkur di bawah kaki pria itu.

“Tuan Michael, gadis ini adalah pembunuhnya.”

Sebuah seringai menghiasi wajah Michael Deus, ia menundukan tubuhnya mendekati Amara yang masih tersungkur. Saat itu Amara menggeleng keras, dia hendak menjelaskan pada Michael namun laki-laki itu bertindak lebih cepat dibanding dirinya.

Satu tangannya menarik dagu Amara dengan kasar. Tatapan mata mereka kini beradu pandang. Netra elang Michael menembus tajam pada mata bulat Amara. Rahang pria itu mengeras.

Amara dapat melihat betapa pria di hadapannya memiliki wajah tampan dengan hidung yang runcing. Sayangnya, aura mengerikan dari pria itu seakan menutupi ketampanannya. Dia terlihat sangat kejam dengan tatapan seperti ini.

“Berani sekali kamu membunuh putra bangsawan Deus!” suara dengan nada tajam itu seakan kembali menyadarkan Amara.

Amara menggeleng, “Tidak, saya hanya ingin membantu Tuan itu..bukan saya pelakunya.”

Amara dapat melihat Michael hanya mendengus geli, sebelum akhirnya melepaskan tangannya dari dagu Amara dengan kasar, “Pembunuh mana yang mau mengaku bahwa dia sudah membunuh?”

Belum sempat Amara mengeluarkan ucapannya lagi, Michael kini bangkit dari tempat duduknya dan tertawa pelan. Sebuah tawa yang entah mengapa justru semakin membuat ruangan terasa mengerikan.

“Hukuman penjara sepertinya terlalu mudah untuk wanita ini.” Michael kemudian mengalihkan pandangannya pada salah satu asistennya, Dirga, “Buat dia berada di atas ranjangku malam ini juga! Dia harus menjadi budak untukku.”

APA?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status