Share

BAB 132

Author: Sang Penulis
last update Huling Na-update: 2025-04-29 00:00:32

"Gila..." gumam Ben pelan, suaranya serak.

"Aku nggak nyangka... tempat tadi ternyata benar-benar terpencil."

Sylvester yang duduk di kursi pengemudi, melirik ke kaca spion tengah.

"Aku juga nggak," katanya pelan.

"Carol menyembunyikan tempat itu dengan sangat rapi. Bahkan GPS pun nggak bisa mendeteksi koordinatnya secara akurat."

Ben menggeleng pelan, masih tak percaya.

"Rasanya... kayak baru keluar dari dunia lain. Aku bahkan sempat mikir kita udah bukan di kota yang sama lagi. Atau... bahkan bukan di negara yang sama."

"Kita di California," ucap Sylvester tiba-tiba, nadanya datar tapi cukup membuat keheningan kembali tegang.

"APA?!" seru Ben dan Emily bersamaan.

Sylvester mengangguk.

"Yah... aku pun sama terkejutnya dengan kalian saat tahu keberadaan kalian. Aku dapat koordinat kasar dari penyadapan yang nyaris tak sengaja."

Ben mengerutkan kening.

"Kapan dia memindahkan kami? Apa kita tidak sadarkan diri selama itu?" tanyanya, menoleh pada Emily.

Gadis itu menggeleng perlahan, sua
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 133

    Malam itu, Di balkon lantai dua rumah Sylvester, angin malam bertiup pelan, membawa aroma segar.Emily berdiri di sana, mengenakan sweater hangat dan syal tipis, memandang ke kejauhan. Hatinya terasa lebih ringan dibandingkan hari-hari sebelumnya.Langkah kaki ringan terdengar dari dalam."Kau kedinginan?" suara Sylvester lembut menghampiri.Emily menoleh, tersenyum kecil."Sedikit. Tapi pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan."Sylvester tersenyum, lalu mengangkat sesuatu di tangannya — sebotol wine merah dan dua gelas."Kupikir... kita pantas merayakan malam ini."Emily mengangkat alis."Merayakan apa?"Sylvester menuangkan wine ke dalam kedua gelas, lalu menyerahkan satu padanya. Ia menatap Emily dalam-dalam, sorot matanya begitu hangat dan tulus."Merayakan hidup." katanya pelan. "Dan kau... yang masih bersamaku di sini."Emily terdiam, dadanya menghangat. Ia menerima gelas itu, lalu mengan

    Huling Na-update : 2025-04-30
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 134

    Cahaya matahari menembus tirai kamar, membasuh ruangan dengan kehangatan lembut. Di dalam kamar, Emily tengah bersiap. Gaun sederhana berwarna biru muda membalut tubuhnya, rambutnya disisir rapi ke belakang. Tapi sebelum sempat menyentuh sepatu di dekat ranjang, perutnya tiba-tiba terasa mual.Ia buru-buru menutup mulut, lalu berlari ke kamar mandi."Ugh..." suara muntah terdengar, disusul oleh isakan kecil yang tertahan.Sylvester, yang baru saja datang membawa jaketnya, sontak panik."Emily?" Ia segera menghampiri, langkahnya cepat dan wajahnya cemas.Ia berdiri di ambang pintu kamar mandi yang terbuka setengah, melihat Emily berpegangan pada wastafel dengan wajah pucat."Em, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut, hampir berbisik.Emily berdiri lemas, membasuh wajahnya dengan air dingin. Ia mencoba tersenyum melalui cermin"Aku nggak tahu... tiba-tiba saja mual."Sylvester masuk dan memegang bahunya dengan hati-hati, seolah takut menyakitinya."Kamu sakit? Kita nggak usah ke mana-ma

    Huling Na-update : 2025-05-01
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 1

    Emily melangkah ke pantry dengan botol minum di tangan, tapi langkahnya melambat saat ia mendengar suara-suara dari dalam. Beberapa rekannya sedang bercakap-cakap, dan meskipun mereka berbicara pelan, Emily bisa menangkap potongan kalimat mereka.“Serius deh, aku nggak kuat lagi kalau duduk di dekat dia,” suara itu terdengar dari Dina, salah satu rekannya.“Memangnya dia nggak sadar, ya? Masa tiap hari kayak gitu terus?” balas leni, setengah berbisik.“Kayaknya sih enggak sadar. Mungkin dia nggak tahu, atau... ya, gimana ya bilangnya ke dia?” tambah jesselyn, sambil menghela napas.Dina terkekeh kecil. “Bilang? Kamu bercanda? Bisa jadi dia malah tersinggung, terus drama. Mending nggak usah deh.”“Tapi kita yang jadi korban, kan?” jesselyn menimpali. “Aku sampai bawa parfum ekstra, tahu. Kalau dia lewat, langsung aku semprot meja aku.”Dina tertawa kecil, tapi suaranya terdengar setengah bersalah. “Iya sih, aku juga pernah pura-pura keluar meeting cuma buat nyari udara segar. Jujur aja

    Huling Na-update : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 2

    Saat Emily duduk di meja kerjanya, mencoba mengatur napas agar bisa melanjutkan hari dengan tenang, suara familiar memanggilnya dari belakang."Hei, Emi, kamu yang mengerjakan design proyek klien dari perusahaan Amerika, kan?" Tanya Leni, rekan satu tim yang seringkali tampak tenang dan percaya diri, sambil mendekat dengan langkah cepat."Iya, betul, Kak. Ada apa ya?" jawab Emily, sedikit bingung, berusaha menjaga nada suaranya tetap normal meskipun hatinya mulai terasa cemas."Siang ini perwakilan dari Whiteller Corp akan datang untuk rapat. Kita diminta untuk mempresentasikan gambaran proyek itu," jawab Leni, tanpa basa-basi, seperti memberikan instruksi rutin yang tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut.Emily terkejut."Kenapa aku tidak tahu kalau mereka akan datang? Aku belum siap sepenuhnya," jawabnya dengan nada cemas, otaknya mulai berpacu untuk mencari-cari ide tentang bagaimana ia bisa menyiapkan materi dalam waktu yang sangat terbatas."Informasinya sudah dikasih di grup,"

    Huling Na-update : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 3

    Emily, yang sejak tadi berusaha fokus pada pekerjaannya, akhirnya bisa memperhatikan Mr. Whiteller dengan lebih jelas. Selama rapat tadi, pria itu hampir tidak berbicara. Ia hanya duduk diam, mengamati dengan cermat, dan sesekali berbisik pada Beni. Namun, sekarang, saat ia berjalan menjauh, Emily merasa ada sesuatu yang memancarkan wibawa dari dirinya—sesuatu yang membuat pria itu sulit untuk diabaikan.Dia tampak begitu tenang, begitu percaya diri, seolah-olah tidak ada yang bisa mengguncang dirinya. Mata hijau itu... Emily tidak bisa melupakan tatapan tajamnya yang sempat bertemu dengan matanya beberapa kali.Namun lamunan itu tidak berlangsung lama. Leni, yang tampaknya masih senang memanfaatkan momen untuk memberikan komentar, membungkuk sedikit ke arah Emily dan berbisik dengan nada sarkastik."Jangan berkhayal, Emi. Melirikmu saja mungkin dia tidak tertarik."Komentar itu terasa seperti paku yang menusuk gelembung lamunan Emily. Ia menoleh pelan ke arah Leni, menahan emosi yang

    Huling Na-update : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 4

    "Untuk apa main-main ke luar? Lebih baik temani Ibu di rumah. Kalau Ibu ada apa-apa, siapa yang tahu?" ucap Emily, nadanya terdengar lebih serius sekarang. Kekhawatirannya akan kondisi ibunya di rumah memang sering menghantui pikirannya."Sudah-sudah. Muka kamu jadi jelek lagi tuh kalau terus marah-marah. Ingat waktu, jangan sampai kamu terlambat," ucap ibunya sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.Emily cemberut, tapi tidak bisa menahan senyumnya. "Iya, Bu. Kalau Ibu yang bilang, aku nggak bisa protes.""Sudah, siap-siaplah. Jangan terlambat, Kak," ujar ibunya lagi, nada penuh perhatian itu membuat hati Emily terasa lebih ringan."Iya, Bu. Jangan lupa makan, ya. Aku tutup dulu, ya, Bu," pamit Emily, melambaikan tangan ke layar."Iya, Kakak. Jaga dirimu, ya," balas ibunya, senyum hangatnya masih terpancar hingga panggilan berakhir.Emily menutup panggilan dan menghela napas panjang. Ia meletakkan ponselnya di meja dan memandangi wajahnya di cermin. Rasanya sedikit lebih ten

    Huling Na-update : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 5

    "Menarik," ujar Beni akhirnya. "Namun, saya ingin tahu, apakah insiden tadi benar-benar mencerminkan dirinya, atau justru cerminan dinamika tim Anda sendiri?"Leni terlihat sedikit kaget, tapi dengan cepat menyembunyikan reaksi itu di balik senyum diplomatisnya. "Oh, tentu saja tim kami sangat solid, Pak. Insiden tadi hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Saya hanya ingin memastikan Anda dan Mr. Whiteller tidak salah paham terhadap kualitas kerja kami secara keseluruhan."Pak Boy, yang sejak tadi mendengarkan percakapan itu, akhirnya angkat bicara. Ia menyadari bahwa Leni mencoba menyudutkan Emily dengan cara halus di hadapan Mr. Whiteller dan Beni."Maaf, boleh saya menambahkan sesuatu?" ucap Pak Boy dengan nada yang tenang namun tegas. Ia menatap langsung ke arah Mr. Whiteller dan Beni, berusaha memastikan kata-katanya didengar dengan jelas."Tentu, silakan," jawab Mr. Whiteller sambil melipat tangannya di atas meja.Pak Boy melanjutkan, "Saya memahami kekhawatiran yang Leni sampaikan,

    Huling Na-update : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 6

    Hari-hari berikutnya berlalu seperti biasa. Rutinitas Emily kembali berjalan normal, seakan insiden cangung saat makan malam itu hanya menjadi kenangan buruk yang sangat memalukan, namun hal itu perlahan terkubur oleh kesibukannya bekerja. Setelah kejadian tersebut, Emily lebih fokus pada pekerjaannya, memastikan setiap tugas yang diberikan terselesaikan dengan baik.Kabar menyebutkan bahwa Mr. Whiteller dan asistennya, Beni, telah kembali ke Amerika. Meski rasa bersalah masih mengintip di sudut hatinya, Emily merasa lega karena hubungan kerja sama dengan Whiteller Corp tetap berjalan. Perusahaan mereka masih mempercayakan proyek besar itu kepada tim Emily, dan sejauh ini proyek tersebut berjalan tanpa kendala berarti.Komunikasi antara kedua belah pihak kini sepenuhnya dilakukan secara virtual. Dalam setiap pertemuan daring, Emily tidak lagi melihat Mr. Whiteller secara langsung. Biasanya, perwakilan Whiteller Corp yang hadir adalah staf lain dari tim mereka. Meskipun begitu, setiap

    Huling Na-update : 2024-11-30

Pinakabagong kabanata

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 134

    Cahaya matahari menembus tirai kamar, membasuh ruangan dengan kehangatan lembut. Di dalam kamar, Emily tengah bersiap. Gaun sederhana berwarna biru muda membalut tubuhnya, rambutnya disisir rapi ke belakang. Tapi sebelum sempat menyentuh sepatu di dekat ranjang, perutnya tiba-tiba terasa mual.Ia buru-buru menutup mulut, lalu berlari ke kamar mandi."Ugh..." suara muntah terdengar, disusul oleh isakan kecil yang tertahan.Sylvester, yang baru saja datang membawa jaketnya, sontak panik."Emily?" Ia segera menghampiri, langkahnya cepat dan wajahnya cemas.Ia berdiri di ambang pintu kamar mandi yang terbuka setengah, melihat Emily berpegangan pada wastafel dengan wajah pucat."Em, kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut, hampir berbisik.Emily berdiri lemas, membasuh wajahnya dengan air dingin. Ia mencoba tersenyum melalui cermin"Aku nggak tahu... tiba-tiba saja mual."Sylvester masuk dan memegang bahunya dengan hati-hati, seolah takut menyakitinya."Kamu sakit? Kita nggak usah ke mana-ma

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 133

    Malam itu, Di balkon lantai dua rumah Sylvester, angin malam bertiup pelan, membawa aroma segar.Emily berdiri di sana, mengenakan sweater hangat dan syal tipis, memandang ke kejauhan. Hatinya terasa lebih ringan dibandingkan hari-hari sebelumnya.Langkah kaki ringan terdengar dari dalam."Kau kedinginan?" suara Sylvester lembut menghampiri.Emily menoleh, tersenyum kecil."Sedikit. Tapi pemandangannya terlalu indah untuk dilewatkan."Sylvester tersenyum, lalu mengangkat sesuatu di tangannya — sebotol wine merah dan dua gelas."Kupikir... kita pantas merayakan malam ini."Emily mengangkat alis."Merayakan apa?"Sylvester menuangkan wine ke dalam kedua gelas, lalu menyerahkan satu padanya. Ia menatap Emily dalam-dalam, sorot matanya begitu hangat dan tulus."Merayakan hidup." katanya pelan. "Dan kau... yang masih bersamaku di sini."Emily terdiam, dadanya menghangat. Ia menerima gelas itu, lalu mengan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 132

    "Gila..." gumam Ben pelan, suaranya serak."Aku nggak nyangka... tempat tadi ternyata benar-benar terpencil."Sylvester yang duduk di kursi pengemudi, melirik ke kaca spion tengah."Aku juga nggak," katanya pelan."Carol menyembunyikan tempat itu dengan sangat rapi. Bahkan GPS pun nggak bisa mendeteksi koordinatnya secara akurat."Ben menggeleng pelan, masih tak percaya."Rasanya... kayak baru keluar dari dunia lain. Aku bahkan sempat mikir kita udah bukan di kota yang sama lagi. Atau... bahkan bukan di negara yang sama.""Kita di California," ucap Sylvester tiba-tiba, nadanya datar tapi cukup membuat keheningan kembali tegang."APA?!" seru Ben dan Emily bersamaan.Sylvester mengangguk."Yah... aku pun sama terkejutnya dengan kalian saat tahu keberadaan kalian. Aku dapat koordinat kasar dari penyadapan yang nyaris tak sengaja."Ben mengerutkan kening."Kapan dia memindahkan kami? Apa kita tidak sadarkan diri selama itu?" tanyanya, menoleh pada Emily.Gadis itu menggeleng perlahan, sua

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 131

    Sylvester mengangkat pistolnya sedikit lebih tinggi."Jika dia mati... kau pun akan mati, Carol." suaranya rendah, dingin seperti es.Carol menyeringai, langkahnya pelan mengarah ke Emily."Mulai detik ini... aku menyatakan perang. Lupakan soal persahabatan kita dulu, Sylvester. Aku sudah selesai menjadi bayangan di hidupmu."Sylvester menegang. Tangannya sedikit gemetar.Namun kali ini, bukan karena takut. Tapi karena marah.Carol bergerak cepat. Ia menarik pistol kecil dari balik jaketnya dan mengarahkannya langsung ke kepala Emily."SATU LANGKAH LAGI, DAN DIA MATI!" teriaknya keras, matanya liar, suara gemetar tapi penuh tekad.Sylvester membeku, jantungnya seakan berhenti berdetak."Letakkan senjatamu, Carol. Ini bukan kamu… Bukan seperti ini."Carol tertawa getir."Kamu tak pernah tahu siapa aku sebenarnya, Sylvester. Karena kamu terlalu sibuk mencintai perempuan-perempuan yang tak pantas."Ben mencoba bergerak perlahan dari samping, tapi Carol menyadarinya."JANGAN COBA-COBA!" b

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 130

    Penjaga mendorongnya lebih dekat. Ben terhuyung dan jatuh berlutut di samping Emily."Maaf, Em... aku tak cukup cepat," bisiknya lemah. Emily langsung memeluknya sejenak sebelum melepaskannya dan menatapnya dengan khawatir.Sylvester menatap Ben, lalu beralih ke Carol dengan sorot mata dingin membeku."Apa maksudmu dengan semua ini, Carol?"Carol melangkah perlahan ke arah mereka."Kau tak lihat? Aku menangkap mereka saat mereka bersama. Kau tahu, Mereka beberapa kali bertemu diam-diam di belakangmu.""Cukup!" bentak Sylvester.Ia merangkul Emily dan membantunya berdiri."Kita pulang."Carol tersenyum tipis. Lalu tawanya keluar, pelan, datar, getir."Kalian pikir bisa pergi begitu saja?"Beberapa penjaga di sekitar pintu mengangkat senjata dan menarik pelatuknya.Bodoh. Aku terlalu meremehkannya… datang tanpa persiapan, pikir Sylvester.Carol menatap Emily."Emily... kau ingin tahu

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 129

    Seorang penjaga berlari tergesa melewati lorong yang gelap, napasnya memburu. Saat ia mencapai area dalam yang lebih terang, ia mendobrak pintu dan berteriak,“Nona Carol! Tahanan—Ben, dia kabur!”Carol yang sedang berdiri menatap monitor pengawas CCTV langsung memutar tubuhnya, ekspresinya berubah dari tenang menjadi tajam dan berbahaya.“Apa maksudmu kabur?” suaranya datar, tapi dinginnya menembus tulang.“Dia memukul penjaga dan melarikan diri ke arah tangga atap. Kami sedang mengejarnya.”Carol mengepalkan rahangnya, menahan amarah yang mulai mendidih.Tiba-tiba, seorang penjaga lain masuk terburu-buru, memotong momen tegang itu.“Nona Carol… ada tamu. Seorang pria... katanya ia ingin berbicara dengan Anda. Mendesak.”Carol menoleh cepat, matanya menyipit curiga. “Siapa?”“Dia tidak mau menyebutkan nama. Tapi… Dia tahu nona, dan… dia terlihat tenang. Terlalu tenang.”Carol terdiam beberapa detik. Matanya memandang kosong ke arah layar CCTV yang kini menampilkan Ben berlari menaiki

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 128

    "Emily, lihat itu," ucap Ben, menunjuk ke arah atas ruangan. "Di sana… corong udara."Emily mendongak. Di langit-langit yang tinggi dan berdebu, tampak sebuah corong ventilasi besi. Tidak terlalu besar, tapi mungkin cukup untuk tubuhnya yang kecil."Kau pikir aku bisa muat?" tanyanya, napasnya mulai memburu karena harapan kecil mulai tumbuh di hatinya."Sepertinya iya. Kau lebih kecil dariku, dan… sepertinya itu satu-satunya jalan keluar." Ben memeriksa sekeliling. "Kita harus naik. Kursi itu, dan... lemari tua, kita bisa susun."Tanpa banyak bicara, mereka mulai bergerak. Emily menarik kursi tua ke bawah ventilasi sementara Ben mendorong lemari besar, berdecit pelan di lantai beton yang dingin.Mereka bekerja cepat meski tubuh masih terasa lemah. Ben menopang kursi di atas lemari, lalu membantu Emily naik."Pelan-pelan. Aku tahan dari bawah," ucap Ben sambil menahan kursi agar tidak goyah.Emily melangkah ke atas lemari, lalu naik ke kursi dengan hati-hati. Tangannya meraih jeruji ve

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 127

    "Kau..." bisik Emily, hampir tak percaya."Ya, sayang. Aku." Suara Carol begitu tenang, seperti sedang menyapa tamu yang datang untuk minum teh."Kupikir kalian akan sedikit lebih kuat… tapi ternyata baru dua hari saja sudah seperti ini."Emily menggertakkan giginya, tubuhnya bergetar karena amarah dan ketakutan."Apa yang kau mau dariku?"Carol mendekat. Suara sepatunya terdengar hanya beberapa langkah dari kepala Emily."aku butuh dia, butuh spermanya." Suaranya penuh sindiran."dan kau sebagai... penampungnya."Ben menelan ludah, wajahnya memucat."Carol, hentikan ini..." ucapnya pelan.Carol tertawa kecil, renyah, tapi tajam seperti pisau."Ben, Ben… kau sangat luar biasa. Aku akan memberimu apapun yang kau mau jika kau mau menurutiku, dan aku akan melepaskanmu sehingga kau dengan bebas menjamahnya."Emily mengepalkan tangan. Meski tubuhnya terikat dan tak berdaya, ada nyala kecil dalam dirinya yang mulai membara."Kau sakit, Carol. Kau membutuhkan bantuan.""Oh, sayangku… yang sa

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 126

    Di layar, keduanya berbicara selama beberapa saat. Lalu…Sosok lain mendekat dari belakang.Gerakannya cepat. Seketika suasana menjadi kacau—Emily jatuh. Ben tampak terserang.Layar mendadak gelap.“Rekaman selanjutnya hilang. Sinyal kamera terputus setelah itu.” jelas Amore, suaranya serius.Sylvester mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. “Kita harus temukan mereka sekarang.”“Aku mencoba melacak keberadaan Ben lewat sinyal ponsel dan kartu identitasnya,” lanjut Amore, “Tapi jejaknya hanya sampai bandara. Setelah itu… hilang. Tak terdeteksi.”Sylvester mengumpat pelan. “Mereka pasti menggunakan pesawat. Ini kerjaan orang-orang yang tahu cara menyembunyikan jejak. Mereka bukan penjahat jalanan biasa.”Amore menatapnya lekat. “Apa kau punya musuh, Sylvester?”Pertanyaan itu menggantung.Sylvester terdiam. Matanya menatap kosong sejenak, lalu berubah tajam.“Cari tahu semua penerbangan hari itu. Semua. Tak peduli kemana arahnya.”Amore mengerutkan dahi. “Kau gila? Ini bandara internas

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status