'Seharusnya dia mencari topik pembicaraan sekarang, bukan malah diam saja!' batin Verlyn sembari melipat tangannya dan menarap ke arah jendela mobil.Kayn yang sedang mengemudikan mobilnya, menghela napas perlahan.'Aku memang tidak menyukai dirinya yang terlalu aktif dan banyak bicara, tapi jika suasananya jadi seperti ini..'Kayn mulai mencari topik untuk menjadi bahan pembicaraan dengan Verlyn agar suasananya tidak sunyi dan canggung seperti sekarang.Setelah beberapa saat, Kayn berhasil menemukan topik yang cocok untuk di bicarakan dengan Verlyn lalu menoleh perlahan ke arahnya."Verlyn, kau–"Perkataan Kayn terhenti setelah mendengar bunyi khas yang menandakan seseorang sedang merasa kelaparan dan bunyi itu keluar dari perut Verlyn.Pipi Verlyn memerah seketika karena malu dan tidak berani menoleh ke arah Kayn yang terdiam sesaat sebelum akhirnya terkekeh.'Perut sialan! Kenapa kau berbunyi di saat seperti ini, sih? Bikin malu saja!' batin Verlyn kesal."Padahal kau baru saja mak
"Uh.. Verlyn? Apa kau yakin dengan–ini?" tanya Kayn pelan.Verlyn mengangguk pelan. "Ya! Sekarang kita terlihat seperti orang biasa, bukan?"Kayn tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar jawaban Verlyn karena itu adalah benar. Berkat pemikiran Verlyn yang memiliki ide ini, mereka berdua tampak terlihat biasa saja di mata orang-orang disana dan juga, aneh?"Tapi Verlyn, aku merasa pandangan orang-orang semakin aneh terhadap, kita!" bisik Kayn pelan.Verlyn dan Kayn berhenti di sebuah gerobak makanan yang menjual tahu tepung goreng di sana."Pak, tolong 2 bungkus ya! Yang satu tambahkan pedas yang sangat banyak, dan satunya lagi pedasnya sedikit saja," ujar Verlyn ramah.Pria tua yang menjual makanan tersebut mengangguk. "Baik, Nona. Tunggu sebentar, ya.."Verlyn hanya mengangguk dan terdiam sembari melihat pembungkusan tahu tepung goreng miliknya di sana."Terlihat sangat–enak!" gumam Verlyn pelan.Kay menghela napas sembari menggeleng pelan. 'Apa di pikirannya itu hanya ada maka
Kayn menggelengkan kepalanya pelan setelah mengingat kejadian lalu dan menoleh ke arah Verlyn yang dari tadi terdiam sembari melihat ke sekitar."Sekarang, kau ingin melakukan apa?" tanya Kayn."Hm.. apa, ya?" Verlyn mulai berpikir sembari terus melihat-lihat ke sekitarnya.Dia melihat banyak booth portable mini yang berjajar dengan menjual aneka macam makanan dan minuman yang terlihat enak dan murah.Verlyn juya melihat berbagai macam wahana seperti kora-kora, roller coaster, bianglala, komedi putar, dan berbagai macam wahana lainnya. Wahana-wahana tersebut penuh oleh orang-orang di sana dan banyak yang mengantri untuk menaiki beberapa wahana itu.'Kalau antriannya panjang seperti itu, bisa sampai satu jam untuk menunggu, giliran..' batin Verlyn."Jika kau ingin menaiki wahana itu, kita harus mengantri dari sekarang agar tidak menunggu–terlalu–lama," ujar Kayn tiba-tiba.Kayn seolah tahu apa yang sedang di pikirkan olehnya dan langsung menoleh dengan tatapan sedikit terkejut. Kayn me
"Tidak–seru!" gumam Verlyn pelan setelah keluar dari gondola dan melangkah pergi dari sana bersama dengan Kayn yang mengikutinya dari belakang."Memangnya menurutmu yang seru itu, bagaimana?" tanya Kayn sembari melihat-lihat hasil gambar yang di berikan oleh Verlyn setelah berdebat beberapa saat di dalam gondola tadi.Verlyn menghela napas panjang lalu melipat tangannya."Bianglalanya berputar terlalu–lambat! Jika putarannya di atur menjadi lebih cepat kan, itu sangat mengasyikkan!" jawab Verlyn senang.Kayn tidak membalas perkataan Verlyn dan hanya mengangguk-angguk sembari fokus melihat beberapa gambar foto di genggamannya itu sembari berjalan di belakang Verlyn.'Dasar pria!' batin Verlyn lalu kembalu menoleh ke arah depan.Verlyn tiba-tiba menghentikan langkahnya dan Kayn juga ikut berhenti lalu pindah ke sebelah Verlyn dan ikut menoleh ke arah depan untuk mengetahui apa yang sedang di lihat oleh Verlyn.'Uh.. jangan bilang dia ingin..'"Kayn.." Verlyn menoleh perlahan ke arah Kay
'Menyebalkan!' batin Verlyn kesal setelah masuk ke dalam mobil. Dia langsung menoleh ke arah jendela sembari melipat tangannya setelah Kayn masuk ke dalam mobil dan menatap dirinya. Kayn melihat sekilas ekspresi Verlyn yang terlihat sedang kesal tadi, sebelum dia memalingkan wajah darinya. 'Dia tidak bisa mengatur ekspresinya, ya..' batin Kayn sembari tersenyum kecil. Kayn berdeham pelan. "Verlyn, kau mau–" "Apa?! Menyebalkan! Aku hanya ingin menaiki wahana itu, tahu!" potong Verlyn cepat. Kayn menghela napas panjang lalu menatap tajam ke arah Verlyn dan mengambil satu bungkus eskrim varian rasa strawberry. "Kau tahu sekarang sudah masuk jam berapa, Verlyn? Jam dua belas malam! Kau mau di sini sampai, pagi?" tanya Kayn. Verlyn menggigit bibirnya kesal dan langsung menoleh ke arah Kayn. "Aku hanya ingin bersenang–" Perkataan Verlyn terhenti setelah dahinya di ketuk pelan oleh Kayn menggunakan bungkusan eskrim di tangannya. "Apa yang kau.." "Kau mau?" tawar Kayn cep
"Sampai kapan kau akan terus–tertawa, Kayn..?" tanya Verlyn sembari menatap kesal ke arah Kayn."Entahlah.. aku masih tidak percaya saja bahwa seorang Verlyn bisa meminta maaf, kepadaku.. Haha!" jawab Kayn sembari terus tertawa.Verlyn mengerutkan dahinya dan tidak bisa menahan ekspresinya lagi.'Syibal!'Kayn melirik ke arah Verlyn sembari terus tertawa. Dia melihat Verlyn yang sedang menatap kesal ke arahnya sembari terus berusaha tersenyum di depannya. Kayn menggeleng pelan dan menghentikan tawanya.'Terlihat sekali dia memaksakan senyuman, itu..'Kayn memperbaiki postur tubuhnya dan menatap ke arah Verlyn. "Baiklah, apalagi yang ingin kau katakan?" tanyanya.Verlyn mengedipkan matanya dengan cepat sesaat lalu menggeser kembali kursinya ke dekat Verlyn dan melipat tangannya di atas meja."Ceritakan mengapa kau bisa mengalami paranoid, itu!" jawab Verlyn.Kayn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya. "Kenapa kau menanyakan hal itu? Memangnya itu penting..""Ya, iyalah! Bagaimana
'Ayah, Paman, tolong.. cepatlah–datang!'Kayn tertidur lelap setelah dia menangis di dalam pelukan Deriyana yang masih terus terjaga sepanjang malam.Dia sesekali menoleh ke arah Kayn untuk memastikan keponakannya itu tetap tertidur dengan lelap dengan berselimutkan jaket miliknya.Deriyana mengelus pelan rambut Kayn sembari bergumam pelan. "Lebih baik Kakak melihatmu tertidur lelap, daripada melihatmu ketakutan dan menangis seperti, tadi.."Suara langkah kaki beberapa orang tiba-tiba terdengar dari kejauhan dan Deriyana langsung kembali melihat ke sekitarnya sembari memeluj Kayn lebih erat, membuatnya terbangun sesaat."Emmh, Kakak.. apa kita–akan–pulang, sekarang?" tanya Kayn sembari menatap sayu ke arah Deriyana.Deriyana menoleh dan tersenyum hangat. "Sebentar lagi ya, Kayn. Paman akan segera datang, kau tidur lagi saja, ya.."Kayn mengangguk lalu menutup matanya perlahan dan kembali tertidur. Deriyana menggigit bibirnya sendiri dan mengelus pelan kepala Kayn untuk kembali menidur
Fredy langsung mencengkram dengan kasar tangan kanan Deriyana yang menggenggam granat itu dan menatap tajam ke arahnya."Apa kau tidak memikirkan keselamatan dirimu sendiri, jika–menyalakan–ini?!" tanya Fredy dengan nada dingin.Bukannya merasa takut, Deriyana malah tersenyum dan tertawa keras di hadapan Fredy yang membuatnya merasa kebingungan."Aku tidak takut, bodoh!"Deriyana berusaha menepis tangan Fredy dari tangannya, tapi dia kesulitan karena cengkraman Fredy terlalu kuat hingga sulit di lepaskan."Hei, bocah! Kau pikir, kau bisa lepas–dariku, hah?" ujar Fredy kasar dan memperkuat genggamannya di tangan Deriyana."Jangan–harap!" lanjutnya.Deriyana mulai merasa kesakitan di bagian pergelangan tangannya karena cengkraman Fredy.'Sialan.. dia benar-benar tidak memiliki hati..' batin DeriyanaDia terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Fredy sampai akhirnya berhenti setelah mendengar suara seseorang memanggil dirinya."Kak Deriyana.."Deriyana langsung menoleh dan matanya mem
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi