'Menyebalkan!' batin Verlyn kesal setelah masuk ke dalam mobil. Dia langsung menoleh ke arah jendela sembari melipat tangannya setelah Kayn masuk ke dalam mobil dan menatap dirinya. Kayn melihat sekilas ekspresi Verlyn yang terlihat sedang kesal tadi, sebelum dia memalingkan wajah darinya. 'Dia tidak bisa mengatur ekspresinya, ya..' batin Kayn sembari tersenyum kecil. Kayn berdeham pelan. "Verlyn, kau mau–" "Apa?! Menyebalkan! Aku hanya ingin menaiki wahana itu, tahu!" potong Verlyn cepat. Kayn menghela napas panjang lalu menatap tajam ke arah Verlyn dan mengambil satu bungkus eskrim varian rasa strawberry. "Kau tahu sekarang sudah masuk jam berapa, Verlyn? Jam dua belas malam! Kau mau di sini sampai, pagi?" tanya Kayn. Verlyn menggigit bibirnya kesal dan langsung menoleh ke arah Kayn. "Aku hanya ingin bersenang–" Perkataan Verlyn terhenti setelah dahinya di ketuk pelan oleh Kayn menggunakan bungkusan eskrim di tangannya. "Apa yang kau.." "Kau mau?" tawar Kayn cep
"Sampai kapan kau akan terus–tertawa, Kayn..?" tanya Verlyn sembari menatap kesal ke arah Kayn."Entahlah.. aku masih tidak percaya saja bahwa seorang Verlyn bisa meminta maaf, kepadaku.. Haha!" jawab Kayn sembari terus tertawa.Verlyn mengerutkan dahinya dan tidak bisa menahan ekspresinya lagi.'Syibal!'Kayn melirik ke arah Verlyn sembari terus tertawa. Dia melihat Verlyn yang sedang menatap kesal ke arahnya sembari terus berusaha tersenyum di depannya. Kayn menggeleng pelan dan menghentikan tawanya.'Terlihat sekali dia memaksakan senyuman, itu..'Kayn memperbaiki postur tubuhnya dan menatap ke arah Verlyn. "Baiklah, apalagi yang ingin kau katakan?" tanyanya.Verlyn mengedipkan matanya dengan cepat sesaat lalu menggeser kembali kursinya ke dekat Verlyn dan melipat tangannya di atas meja."Ceritakan mengapa kau bisa mengalami paranoid, itu!" jawab Verlyn.Kayn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya. "Kenapa kau menanyakan hal itu? Memangnya itu penting..""Ya, iyalah! Bagaimana
'Ayah, Paman, tolong.. cepatlah–datang!'Kayn tertidur lelap setelah dia menangis di dalam pelukan Deriyana yang masih terus terjaga sepanjang malam.Dia sesekali menoleh ke arah Kayn untuk memastikan keponakannya itu tetap tertidur dengan lelap dengan berselimutkan jaket miliknya.Deriyana mengelus pelan rambut Kayn sembari bergumam pelan. "Lebih baik Kakak melihatmu tertidur lelap, daripada melihatmu ketakutan dan menangis seperti, tadi.."Suara langkah kaki beberapa orang tiba-tiba terdengar dari kejauhan dan Deriyana langsung kembali melihat ke sekitarnya sembari memeluj Kayn lebih erat, membuatnya terbangun sesaat."Emmh, Kakak.. apa kita–akan–pulang, sekarang?" tanya Kayn sembari menatap sayu ke arah Deriyana.Deriyana menoleh dan tersenyum hangat. "Sebentar lagi ya, Kayn. Paman akan segera datang, kau tidur lagi saja, ya.."Kayn mengangguk lalu menutup matanya perlahan dan kembali tertidur. Deriyana menggigit bibirnya sendiri dan mengelus pelan kepala Kayn untuk kembali menidur
Fredy langsung mencengkram dengan kasar tangan kanan Deriyana yang menggenggam granat itu dan menatap tajam ke arahnya."Apa kau tidak memikirkan keselamatan dirimu sendiri, jika–menyalakan–ini?!" tanya Fredy dengan nada dingin.Bukannya merasa takut, Deriyana malah tersenyum dan tertawa keras di hadapan Fredy yang membuatnya merasa kebingungan."Aku tidak takut, bodoh!"Deriyana berusaha menepis tangan Fredy dari tangannya, tapi dia kesulitan karena cengkraman Fredy terlalu kuat hingga sulit di lepaskan."Hei, bocah! Kau pikir, kau bisa lepas–dariku, hah?" ujar Fredy kasar dan memperkuat genggamannya di tangan Deriyana."Jangan–harap!" lanjutnya.Deriyana mulai merasa kesakitan di bagian pergelangan tangannya karena cengkraman Fredy.'Sialan.. dia benar-benar tidak memiliki hati..' batin DeriyanaDia terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Fredy sampai akhirnya berhenti setelah mendengar suara seseorang memanggil dirinya."Kak Deriyana.."Deriyana langsung menoleh dan matanya mem
"Lalu? Apa yang terjadi setelah–itu?" tanya Verlyn dengan penuh rasa ingin tahu.Kayn meneguk minumannya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Verlyn."Fredy langsung di amankan oleh para tentara keamanan di sana dan ku dengar, dia di hukum mati karena memiliki banyak sekali kasus yang dia lakukan sebelum menculikku dan Kak Deriyana," jawab Kayn.Dia mengambil sepotong makanan berminyak dan mengunyahnya perlahan lalu menatap ke arah Verlyn yang sedang menatap terus ke arahnya, seperti menunggu kelanjutan ceritanya.Kayn menghela napas. "Semua kasus terbongkar perlahan setelah dia di amankan, seperti memalsukan dana pengeluaran Negara, bekerja sama dengan para klien pasar gelap, dan–""Tunggu!" potong Verlyn cepatDia mengambil sepotong makanan berminyak lalu melahapnya dan setelah itu meneguk minumannya. Kayn hanya menggeleng pelan setelah melihat hal yang di lakukan olehnya."Kau menghentikanku karena hanya ingin makan–dan–minum, saja?" tanya Kayn dengan nada kesal.Verlyn menata
'Aku–ingin–tidur–sekarang, juga!'Verlyn mengerjakan beberapa soal masalah yang di berikan oleh Varsel sembari menahan kantuknya dan membuka matanya lebar-lebar agar kelopak matanya itu tetap erbuka untuk membaca beberapa masalah menumpuk yang ada di depannya sekarang.'Setidaknya aku harus menyelesaikan tiga masalah lagi jika ingin, beristirahat..' batin Verlyn.Dia terus memaksakan matanya untuk membaca dokumen yang berada di genggamannya dan menahan diri untuk tidak menguap sampai banyak air mata yang berlinang di matanya.Verlyn berhasil menyelesaikan dua masalah dan dia segera menyelesaikan yang ke tiga, tapi dia tiba-tiba menguap karena sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak menguap di sana."Hoamm.." Verlyn menguap sembari menutup mulutnya dan Varsel menoleh perlahan dan menatap tajam ke arahnya.Verlyn langsung tersadar bahwa dirinya telah menguap dan menoleh ke arah Varsel yang sedang menatap tajam dirinya.Dia langsung menelan ludah dan menundukkan kepalanya."Maafkan say
"Haah.." Verlyn menghela napas panjang sembari memyandarkan tubuhnya di kursi dan menatap ke arah langit-langit ruang makan.Kayn melirik sekilas ke arah Verlyn sembari menyantap makan malamnya dan berdeham pelan."Kau terlihat lebih sering diam, hari ini," ujar Kayn pelan sembari melanjutkan menyantap hidangan makan malam miliknya.Verlyn menatap ke arah Kayn dan mengangguk. "Kau benar, Kayn. Seharusnya aku terlihat ceria dan aktif seperti–biasanya, kan?"Kayn berhenti menyantap makan malamnya dan menatap ke arah Verlyn sejenak lalu melanjutkan kembali menyantap makan malamnya."Tidak, lebih baik kau diam seperti ini agar tidak membuat orang lain kesulitan dengan sikapmu, itu," balas Kayn dengan nada tidak peduli."Ck!" Verlyn mengerutkan dahinya kesal lalu menompang dagunya sembari menatap ke arah pintu rumah yang sudah tertutup rapat dan di kunci.Kayn mengelap mulutnya dengan tisu setelah selesai menyantap hidangan makan malamnya dan melihat piring Verlyn yang masih terisi penuh d
"Berhenti mengatakan hal yang tidak–masuk–akal itu, dan habiskan makan malammu, Verlyn.." ujar Kayn dingin.Kayn sudah mendengar pertanyaan sama yang terus keluar berulang-ulang dari mulut Verlyn dan itu membuatnya merasa kesal."Tidak–mau! Aku tidak akan makan jika kau tidak menjawab pertanyaanku–dengan–jujur," balas Verlyn.Dia menompang dagu dengan tangannya sembari menatap ke arah Kayn dan tersenyum senang.'Ayolah, Kayn. Jujur saja~' batin Verlyn senang.Kayn memutar bola matanya setelah mendengar balasan yang sama dari Verlyn.'Jika bukan karena perintah Ayah, aku tidak akan peduli dia akan makan atau tidak!' batin Kayn kesal.Dia berpikir cepat dan melihat ke arah sekitar, hanya ada beberapa pelayan yang berada di sekitarnya. Kayn melirik sekilas ke arah Verlyn yang masih terus menatapnya sembari tersenyum tanpa beban.'Ya.. cara ini mungkin akan–berhasil?'Kayn menghela napas panjang lalu beranjak dari kursinya. Verlyn ikut mengangkat kepalanya ke arah atas dan terus menatap k