Fredy langsung mencengkram dengan kasar tangan kanan Deriyana yang menggenggam granat itu dan menatap tajam ke arahnya."Apa kau tidak memikirkan keselamatan dirimu sendiri, jika–menyalakan–ini?!" tanya Fredy dengan nada dingin.Bukannya merasa takut, Deriyana malah tersenyum dan tertawa keras di hadapan Fredy yang membuatnya merasa kebingungan."Aku tidak takut, bodoh!"Deriyana berusaha menepis tangan Fredy dari tangannya, tapi dia kesulitan karena cengkraman Fredy terlalu kuat hingga sulit di lepaskan."Hei, bocah! Kau pikir, kau bisa lepas–dariku, hah?" ujar Fredy kasar dan memperkuat genggamannya di tangan Deriyana."Jangan–harap!" lanjutnya.Deriyana mulai merasa kesakitan di bagian pergelangan tangannya karena cengkraman Fredy.'Sialan.. dia benar-benar tidak memiliki hati..' batin DeriyanaDia terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Fredy sampai akhirnya berhenti setelah mendengar suara seseorang memanggil dirinya."Kak Deriyana.."Deriyana langsung menoleh dan matanya mem
"Lalu? Apa yang terjadi setelah–itu?" tanya Verlyn dengan penuh rasa ingin tahu.Kayn meneguk minumannya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Verlyn."Fredy langsung di amankan oleh para tentara keamanan di sana dan ku dengar, dia di hukum mati karena memiliki banyak sekali kasus yang dia lakukan sebelum menculikku dan Kak Deriyana," jawab Kayn.Dia mengambil sepotong makanan berminyak dan mengunyahnya perlahan lalu menatap ke arah Verlyn yang sedang menatap terus ke arahnya, seperti menunggu kelanjutan ceritanya.Kayn menghela napas. "Semua kasus terbongkar perlahan setelah dia di amankan, seperti memalsukan dana pengeluaran Negara, bekerja sama dengan para klien pasar gelap, dan–""Tunggu!" potong Verlyn cepatDia mengambil sepotong makanan berminyak lalu melahapnya dan setelah itu meneguk minumannya. Kayn hanya menggeleng pelan setelah melihat hal yang di lakukan olehnya."Kau menghentikanku karena hanya ingin makan–dan–minum, saja?" tanya Kayn dengan nada kesal.Verlyn menata
'Aku–ingin–tidur–sekarang, juga!'Verlyn mengerjakan beberapa soal masalah yang di berikan oleh Varsel sembari menahan kantuknya dan membuka matanya lebar-lebar agar kelopak matanya itu tetap erbuka untuk membaca beberapa masalah menumpuk yang ada di depannya sekarang.'Setidaknya aku harus menyelesaikan tiga masalah lagi jika ingin, beristirahat..' batin Verlyn.Dia terus memaksakan matanya untuk membaca dokumen yang berada di genggamannya dan menahan diri untuk tidak menguap sampai banyak air mata yang berlinang di matanya.Verlyn berhasil menyelesaikan dua masalah dan dia segera menyelesaikan yang ke tiga, tapi dia tiba-tiba menguap karena sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak menguap di sana."Hoamm.." Verlyn menguap sembari menutup mulutnya dan Varsel menoleh perlahan dan menatap tajam ke arahnya.Verlyn langsung tersadar bahwa dirinya telah menguap dan menoleh ke arah Varsel yang sedang menatap tajam dirinya.Dia langsung menelan ludah dan menundukkan kepalanya."Maafkan say
"Haah.." Verlyn menghela napas panjang sembari memyandarkan tubuhnya di kursi dan menatap ke arah langit-langit ruang makan.Kayn melirik sekilas ke arah Verlyn sembari menyantap makan malamnya dan berdeham pelan."Kau terlihat lebih sering diam, hari ini," ujar Kayn pelan sembari melanjutkan menyantap hidangan makan malam miliknya.Verlyn menatap ke arah Kayn dan mengangguk. "Kau benar, Kayn. Seharusnya aku terlihat ceria dan aktif seperti–biasanya, kan?"Kayn berhenti menyantap makan malamnya dan menatap ke arah Verlyn sejenak lalu melanjutkan kembali menyantap makan malamnya."Tidak, lebih baik kau diam seperti ini agar tidak membuat orang lain kesulitan dengan sikapmu, itu," balas Kayn dengan nada tidak peduli."Ck!" Verlyn mengerutkan dahinya kesal lalu menompang dagunya sembari menatap ke arah pintu rumah yang sudah tertutup rapat dan di kunci.Kayn mengelap mulutnya dengan tisu setelah selesai menyantap hidangan makan malamnya dan melihat piring Verlyn yang masih terisi penuh d
"Berhenti mengatakan hal yang tidak–masuk–akal itu, dan habiskan makan malammu, Verlyn.." ujar Kayn dingin.Kayn sudah mendengar pertanyaan sama yang terus keluar berulang-ulang dari mulut Verlyn dan itu membuatnya merasa kesal."Tidak–mau! Aku tidak akan makan jika kau tidak menjawab pertanyaanku–dengan–jujur," balas Verlyn.Dia menompang dagu dengan tangannya sembari menatap ke arah Kayn dan tersenyum senang.'Ayolah, Kayn. Jujur saja~' batin Verlyn senang.Kayn memutar bola matanya setelah mendengar balasan yang sama dari Verlyn.'Jika bukan karena perintah Ayah, aku tidak akan peduli dia akan makan atau tidak!' batin Kayn kesal.Dia berpikir cepat dan melihat ke arah sekitar, hanya ada beberapa pelayan yang berada di sekitarnya. Kayn melirik sekilas ke arah Verlyn yang masih terus menatapnya sembari tersenyum tanpa beban.'Ya.. cara ini mungkin akan–berhasil?'Kayn menghela napas panjang lalu beranjak dari kursinya. Verlyn ikut mengangkat kepalanya ke arah atas dan terus menatap k
"Dan.. selesai!"Verlyn menaruh pulpen bertinta biru di genggaman tangan kanannya itu di atas meja lalu melakukan peregangan dengan mengangkat kedua tangannya ke udara.Dia menatap ke arah langit-langit ruangan yang berwarna putih cerah dan menghela napas lega.'Aku sangat tidak sabar menunggu waktu malam, hari ini! Aku akan menonton film itu berdua saja–dengannya!'Dia memejamkan matanya perlahan dan tersenyum lebar.*"Aku tidak mau melihatnya, lagi!" ujar Kayn dengan nada ketakutan sembari memeluk lengan Verlyn dan memejamkan matanya.Verlyn terkekeh melihat tingkah Kayn dan mengelus pelan rambut Kayn yang lembut."Tidak seram kok, Kayn. Hantunya malah terlihat biasa saja, tahu! Coba lihat," balas Verlyn sembari menunjuk ke arah layar laptop milik Kayn.Kayn membuka kelopak matanya perlahan dan terkejut setelah melihat hantu yang tiba-tiba muncul di layar laptop di depannya. Dia langsung bersembunyi di belakang punggung kecil Verlyn sembari terus menggenggam lengan Verlyn."Aku tid
"Kau pikir aku akan datang, ke acara yang–seperti–itu?!" tanya Kayn sembari menatap tajam ke arah Verlyn.Verlyn menggangguk mantap. "Iyap! Siapa yang tidak menyukai acara pesta ulang tahun seorang anak kecil? Itu akan menjadi sangat menyenangkan, bukan!?"Kayn hanya memutar bola matanya dan menatap kembali layar laptop di depannya."Kita sudah bukan anak kecil, Verlyn. Lagi pula mengapa kita orang yang sudah–dewasa–ini datang ke acara kekanak-kanakan seperti, itu..""Hm.. Iya juga, sih.." Verlyn menyentuh dagunya sembari memikirkan ulang perkataan Kayn tadi 'Kau ini sudah sadar atau tidak, sih?!' batin Kayn kesal.Kayn lanjut mengetik sesuatu di layar laptopnya, sedangkan Verlyn masih terdiam dan memikirkan perkataan Kayn sembari menatap ke arah langit-langit kamar yang berwarna abu-abu.Kayn menaruh laptopnya di atas karpet dan sedikit menggerakkan kayar laptopnya ke bawah agar dirinya dan Verlyn tidak perlu menundukkan kepala saat sedang menonton film nanti.Kayn hendak memutar fi
"Emmh.."Verlyn membuka kelopak matanya perlahan setelah merasakan pancaran sinar matahari yang mengenai matanya.Dia menatap sayu ke arah langit-langit kamar di sana dan merasa janggal karena warnanya tidak seperti yang biasanya dia lihat saat bangun dari tidur."Abu-abu.." gumam Verlyn pelan dan tiba-tiba tersadar arti dari warna langit-langit kamar tersebut.'Bukannya warna kamar ini, milik.. Ah!'Verlyn langsung terbangun dan menoleh ke arah sekitar. Dia terdian sesaat setelah melihat sebuah jas hitam yang tergantung di sebelah lemari dan meja kerja serta laptop yang terlihat tidak asing di matanya."Kamar ini, berarti.. Aku sedang tertidur di kamar, Kayn?!" teriak Verlyn tidak percaya.Dia langsung mengecek pakaiannya yang masih terpakai olehnya dan tidak ada yang berubah sedikitpun dari penampilannya."Fyuh, aman.. Ya, dia tidak mungkin juga menyentuh diriku, kan?"Verlyn segera bergegas beranjak dari kasur dan saat hendak menurunkan gagang pintu, dia tiba-tiba merasakan sakit d