'Ayah, Paman, tolong.. cepatlah–datang!'Kayn tertidur lelap setelah dia menangis di dalam pelukan Deriyana yang masih terus terjaga sepanjang malam.Dia sesekali menoleh ke arah Kayn untuk memastikan keponakannya itu tetap tertidur dengan lelap dengan berselimutkan jaket miliknya.Deriyana mengelus pelan rambut Kayn sembari bergumam pelan. "Lebih baik Kakak melihatmu tertidur lelap, daripada melihatmu ketakutan dan menangis seperti, tadi.."Suara langkah kaki beberapa orang tiba-tiba terdengar dari kejauhan dan Deriyana langsung kembali melihat ke sekitarnya sembari memeluj Kayn lebih erat, membuatnya terbangun sesaat."Emmh, Kakak.. apa kita–akan–pulang, sekarang?" tanya Kayn sembari menatap sayu ke arah Deriyana.Deriyana menoleh dan tersenyum hangat. "Sebentar lagi ya, Kayn. Paman akan segera datang, kau tidur lagi saja, ya.."Kayn mengangguk lalu menutup matanya perlahan dan kembali tertidur. Deriyana menggigit bibirnya sendiri dan mengelus pelan kepala Kayn untuk kembali menidur
Fredy langsung mencengkram dengan kasar tangan kanan Deriyana yang menggenggam granat itu dan menatap tajam ke arahnya."Apa kau tidak memikirkan keselamatan dirimu sendiri, jika–menyalakan–ini?!" tanya Fredy dengan nada dingin.Bukannya merasa takut, Deriyana malah tersenyum dan tertawa keras di hadapan Fredy yang membuatnya merasa kebingungan."Aku tidak takut, bodoh!"Deriyana berusaha menepis tangan Fredy dari tangannya, tapi dia kesulitan karena cengkraman Fredy terlalu kuat hingga sulit di lepaskan."Hei, bocah! Kau pikir, kau bisa lepas–dariku, hah?" ujar Fredy kasar dan memperkuat genggamannya di tangan Deriyana."Jangan–harap!" lanjutnya.Deriyana mulai merasa kesakitan di bagian pergelangan tangannya karena cengkraman Fredy.'Sialan.. dia benar-benar tidak memiliki hati..' batin DeriyanaDia terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Fredy sampai akhirnya berhenti setelah mendengar suara seseorang memanggil dirinya."Kak Deriyana.."Deriyana langsung menoleh dan matanya mem
"Lalu? Apa yang terjadi setelah–itu?" tanya Verlyn dengan penuh rasa ingin tahu.Kayn meneguk minumannya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Verlyn."Fredy langsung di amankan oleh para tentara keamanan di sana dan ku dengar, dia di hukum mati karena memiliki banyak sekali kasus yang dia lakukan sebelum menculikku dan Kak Deriyana," jawab Kayn.Dia mengambil sepotong makanan berminyak dan mengunyahnya perlahan lalu menatap ke arah Verlyn yang sedang menatap terus ke arahnya, seperti menunggu kelanjutan ceritanya.Kayn menghela napas. "Semua kasus terbongkar perlahan setelah dia di amankan, seperti memalsukan dana pengeluaran Negara, bekerja sama dengan para klien pasar gelap, dan–""Tunggu!" potong Verlyn cepatDia mengambil sepotong makanan berminyak lalu melahapnya dan setelah itu meneguk minumannya. Kayn hanya menggeleng pelan setelah melihat hal yang di lakukan olehnya."Kau menghentikanku karena hanya ingin makan–dan–minum, saja?" tanya Kayn dengan nada kesal.Verlyn menata
'Aku–ingin–tidur–sekarang, juga!'Verlyn mengerjakan beberapa soal masalah yang di berikan oleh Varsel sembari menahan kantuknya dan membuka matanya lebar-lebar agar kelopak matanya itu tetap erbuka untuk membaca beberapa masalah menumpuk yang ada di depannya sekarang.'Setidaknya aku harus menyelesaikan tiga masalah lagi jika ingin, beristirahat..' batin Verlyn.Dia terus memaksakan matanya untuk membaca dokumen yang berada di genggamannya dan menahan diri untuk tidak menguap sampai banyak air mata yang berlinang di matanya.Verlyn berhasil menyelesaikan dua masalah dan dia segera menyelesaikan yang ke tiga, tapi dia tiba-tiba menguap karena sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak menguap di sana."Hoamm.." Verlyn menguap sembari menutup mulutnya dan Varsel menoleh perlahan dan menatap tajam ke arahnya.Verlyn langsung tersadar bahwa dirinya telah menguap dan menoleh ke arah Varsel yang sedang menatap tajam dirinya.Dia langsung menelan ludah dan menundukkan kepalanya."Maafkan say
"Haah.." Verlyn menghela napas panjang sembari memyandarkan tubuhnya di kursi dan menatap ke arah langit-langit ruang makan.Kayn melirik sekilas ke arah Verlyn sembari menyantap makan malamnya dan berdeham pelan."Kau terlihat lebih sering diam, hari ini," ujar Kayn pelan sembari melanjutkan menyantap hidangan makan malam miliknya.Verlyn menatap ke arah Kayn dan mengangguk. "Kau benar, Kayn. Seharusnya aku terlihat ceria dan aktif seperti–biasanya, kan?"Kayn berhenti menyantap makan malamnya dan menatap ke arah Verlyn sejenak lalu melanjutkan kembali menyantap makan malamnya."Tidak, lebih baik kau diam seperti ini agar tidak membuat orang lain kesulitan dengan sikapmu, itu," balas Kayn dengan nada tidak peduli."Ck!" Verlyn mengerutkan dahinya kesal lalu menompang dagunya sembari menatap ke arah pintu rumah yang sudah tertutup rapat dan di kunci.Kayn mengelap mulutnya dengan tisu setelah selesai menyantap hidangan makan malamnya dan melihat piring Verlyn yang masih terisi penuh d
"Berhenti mengatakan hal yang tidak–masuk–akal itu, dan habiskan makan malammu, Verlyn.." ujar Kayn dingin.Kayn sudah mendengar pertanyaan sama yang terus keluar berulang-ulang dari mulut Verlyn dan itu membuatnya merasa kesal."Tidak–mau! Aku tidak akan makan jika kau tidak menjawab pertanyaanku–dengan–jujur," balas Verlyn.Dia menompang dagu dengan tangannya sembari menatap ke arah Kayn dan tersenyum senang.'Ayolah, Kayn. Jujur saja~' batin Verlyn senang.Kayn memutar bola matanya setelah mendengar balasan yang sama dari Verlyn.'Jika bukan karena perintah Ayah, aku tidak akan peduli dia akan makan atau tidak!' batin Kayn kesal.Dia berpikir cepat dan melihat ke arah sekitar, hanya ada beberapa pelayan yang berada di sekitarnya. Kayn melirik sekilas ke arah Verlyn yang masih terus menatapnya sembari tersenyum tanpa beban.'Ya.. cara ini mungkin akan–berhasil?'Kayn menghela napas panjang lalu beranjak dari kursinya. Verlyn ikut mengangkat kepalanya ke arah atas dan terus menatap k
"Dan.. selesai!"Verlyn menaruh pulpen bertinta biru di genggaman tangan kanannya itu di atas meja lalu melakukan peregangan dengan mengangkat kedua tangannya ke udara.Dia menatap ke arah langit-langit ruangan yang berwarna putih cerah dan menghela napas lega.'Aku sangat tidak sabar menunggu waktu malam, hari ini! Aku akan menonton film itu berdua saja–dengannya!'Dia memejamkan matanya perlahan dan tersenyum lebar.*"Aku tidak mau melihatnya, lagi!" ujar Kayn dengan nada ketakutan sembari memeluk lengan Verlyn dan memejamkan matanya.Verlyn terkekeh melihat tingkah Kayn dan mengelus pelan rambut Kayn yang lembut."Tidak seram kok, Kayn. Hantunya malah terlihat biasa saja, tahu! Coba lihat," balas Verlyn sembari menunjuk ke arah layar laptop milik Kayn.Kayn membuka kelopak matanya perlahan dan terkejut setelah melihat hantu yang tiba-tiba muncul di layar laptop di depannya. Dia langsung bersembunyi di belakang punggung kecil Verlyn sembari terus menggenggam lengan Verlyn."Aku tid
"Kau pikir aku akan datang, ke acara yang–seperti–itu?!" tanya Kayn sembari menatap tajam ke arah Verlyn.Verlyn menggangguk mantap. "Iyap! Siapa yang tidak menyukai acara pesta ulang tahun seorang anak kecil? Itu akan menjadi sangat menyenangkan, bukan!?"Kayn hanya memutar bola matanya dan menatap kembali layar laptop di depannya."Kita sudah bukan anak kecil, Verlyn. Lagi pula mengapa kita orang yang sudah–dewasa–ini datang ke acara kekanak-kanakan seperti, itu..""Hm.. Iya juga, sih.." Verlyn menyentuh dagunya sembari memikirkan ulang perkataan Kayn tadi 'Kau ini sudah sadar atau tidak, sih?!' batin Kayn kesal.Kayn lanjut mengetik sesuatu di layar laptopnya, sedangkan Verlyn masih terdiam dan memikirkan perkataan Kayn sembari menatap ke arah langit-langit kamar yang berwarna abu-abu.Kayn menaruh laptopnya di atas karpet dan sedikit menggerakkan kayar laptopnya ke bawah agar dirinya dan Verlyn tidak perlu menundukkan kepala saat sedang menonton film nanti.Kayn hendak memutar fi
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi