"Dan.. selesai!"Verlyn menaruh pulpen bertinta biru di genggaman tangan kanannya itu di atas meja lalu melakukan peregangan dengan mengangkat kedua tangannya ke udara.Dia menatap ke arah langit-langit ruangan yang berwarna putih cerah dan menghela napas lega.'Aku sangat tidak sabar menunggu waktu malam, hari ini! Aku akan menonton film itu berdua saja–dengannya!'Dia memejamkan matanya perlahan dan tersenyum lebar.*"Aku tidak mau melihatnya, lagi!" ujar Kayn dengan nada ketakutan sembari memeluk lengan Verlyn dan memejamkan matanya.Verlyn terkekeh melihat tingkah Kayn dan mengelus pelan rambut Kayn yang lembut."Tidak seram kok, Kayn. Hantunya malah terlihat biasa saja, tahu! Coba lihat," balas Verlyn sembari menunjuk ke arah layar laptop milik Kayn.Kayn membuka kelopak matanya perlahan dan terkejut setelah melihat hantu yang tiba-tiba muncul di layar laptop di depannya. Dia langsung bersembunyi di belakang punggung kecil Verlyn sembari terus menggenggam lengan Verlyn."Aku tid
"Kau pikir aku akan datang, ke acara yang–seperti–itu?!" tanya Kayn sembari menatap tajam ke arah Verlyn.Verlyn menggangguk mantap. "Iyap! Siapa yang tidak menyukai acara pesta ulang tahun seorang anak kecil? Itu akan menjadi sangat menyenangkan, bukan!?"Kayn hanya memutar bola matanya dan menatap kembali layar laptop di depannya."Kita sudah bukan anak kecil, Verlyn. Lagi pula mengapa kita orang yang sudah–dewasa–ini datang ke acara kekanak-kanakan seperti, itu..""Hm.. Iya juga, sih.." Verlyn menyentuh dagunya sembari memikirkan ulang perkataan Kayn tadi 'Kau ini sudah sadar atau tidak, sih?!' batin Kayn kesal.Kayn lanjut mengetik sesuatu di layar laptopnya, sedangkan Verlyn masih terdiam dan memikirkan perkataan Kayn sembari menatap ke arah langit-langit kamar yang berwarna abu-abu.Kayn menaruh laptopnya di atas karpet dan sedikit menggerakkan kayar laptopnya ke bawah agar dirinya dan Verlyn tidak perlu menundukkan kepala saat sedang menonton film nanti.Kayn hendak memutar fi
"Emmh.."Verlyn membuka kelopak matanya perlahan setelah merasakan pancaran sinar matahari yang mengenai matanya.Dia menatap sayu ke arah langit-langit kamar di sana dan merasa janggal karena warnanya tidak seperti yang biasanya dia lihat saat bangun dari tidur."Abu-abu.." gumam Verlyn pelan dan tiba-tiba tersadar arti dari warna langit-langit kamar tersebut.'Bukannya warna kamar ini, milik.. Ah!'Verlyn langsung terbangun dan menoleh ke arah sekitar. Dia terdian sesaat setelah melihat sebuah jas hitam yang tergantung di sebelah lemari dan meja kerja serta laptop yang terlihat tidak asing di matanya."Kamar ini, berarti.. Aku sedang tertidur di kamar, Kayn?!" teriak Verlyn tidak percaya.Dia langsung mengecek pakaiannya yang masih terpakai olehnya dan tidak ada yang berubah sedikitpun dari penampilannya."Fyuh, aman.. Ya, dia tidak mungkin juga menyentuh diriku, kan?"Verlyn segera bergegas beranjak dari kasur dan saat hendak menurunkan gagang pintu, dia tiba-tiba merasakan sakit d
'Apa dia belum pulang?' batin Verlyn setelah keluar dari mobilnya.Verlyn melihat jam di pergelangan tangan kirinya dan waktu menunjukkan pukul 03.50 PM. Dia menghela napas dan perlahan melangkah masuk ke dalam rumah dan di sambut oleh beberapa pelayan, termasuk Freya."Selamat sore, Nona Verlyn," ucap Freya sembari membungkukkan badannya sedikit dan tersenyum ke arahnya.Verlyn ikut tersenyum dan mengangguk. "Freya, apa Kayn belum kembali dari–perusahaan?" tanya Verlyn.Freya menggeleng pelan. "Belum, Nona," jawabnya.Verlyn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya.'Biasanya dia kembali ke rumah lebih dulu, ketimbang diriku..' batin Verlyn."Nona? Apa ada sesuatu yang sedang menganggu, Anda?" tanya Freya yang membuyarkan pikirannya.Verlyn terdiam sesaat lalu menggeleng pelan. "Tidak ada, mungkin ini karena aku–sudah–kelelahan.. Aku akan naik untuk istirahat, sekarang," jawab Verlyn.Freya mengangguk. "Selamat beristirahat, Nona.."Para pelayan lain ikut membungkukkan badannya sed
"Baiklah, ceritakan keluh kesahmu jika itu bisa membuatmu lebih tenang, Kayn.." ujar Verlyn.Dia terus menatap Kayn yang duduk di sebelahnya dan masih dalam pengaruh minuman alkohol. Dia terus menundukkan kepalanya."Mungkin, memang aku–yang–bersalah, karena terlalu sensitif melihatnya mengambil foto dengan pria lain dengan jarak–yang–sangat–berdekatan.." ujar Kayn pelan.Verlyn terdiam sesaat setelah mendengar perkataan Kayn tadi dan menghela napas pelan.'Aah, dia sudah mengulang kalimat seperti itu lebih–dari–lima–kali..' batin Verlyn sedikit kesal."Jika saja aku tidak marah di situasi itu, mungkin hubunganku dengan Sellina akan terus berjalan–dengan–baik, kan?" lanjut Kayn.Verlyn melirik ke arah lain dan tidak ingin menjawab pertanyaan Kayn karena perkataan Kayn tersebut sangat salah di telinganya.'Sampai kapan dia akan terus menyalahkan dirinya sendiri? Padahal dia sudah melakukan hal yang benar!' batin Verlyn lagi.Kayn mengangkat kepalanya perlahan lalu menoleh dan menatap s
'Kenapa dia menghindariku, ya?' batin Verlyn heran. Selama dirinya mengecek dan menyelesaikan isi dokumen permasalahan yang sedang dia kerjakan, Verlyn merasa sedikit tidak fokus akibat memikirkan sikap Kayn yang terlihat selalu menghindarinya pagi tadi. Di mulai saat menuruni tangga, sarapan pagi dan melangkah keluar bersama untuk pergi ke perusahaan masing-masing. Bahkan di saat Verlyn ingin bertanya soal tidur Kayn yang nyenyak atau tidak, Kayn memilih untuk dia dan tidak menatap ke arah mata Verlyn sama sekali. 'Apa aku sudah melakukan kesalahan kepada Kayn tanpa aku sadari? Tapi, masa sih?' batinnya. Verlyn menghela napas panjang dan menaruh pulpen bertinta biru di tangannya di meja dan menepuk-nepuk pelan pipinya sembari menggeleng pelan. "Kau harus fokus dulu pada pekerjaanmu–sekarang, Verlyn!" ujar Verlyn pelan kepada dirinya sendiri. Varsel mendengar perkataannya dan menoleh ke arah Verlyn. Dia memperhatikan Verlyn sejenak lalu beranjak dari sofa dan menghampiri Ve
Ekspresi Rainon seketika berubah menjadi datar setelah mendengar Kayn menyebut nama Verlyn."Apa maksud Anda itu, Nona Verlyn, Tuan?" tanya Rainon untuk memastikan pendengarannya tidak salah.Kayn menjawabnya dengan anggukkan pelan dan menoleh ke arah Rainon. "Jadi, apa jawabanmu?"Rainon terdiam sesaat dan menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Kayn."Tuan, sebelumnya saya ingin meminta maaf apabila perkataan saya sekarang sedikit–lancang.. Jika Nona Verlyn ingin Anda jadikan sebagai yang ke tiga di antara hubungan Anda dengan Nona Sellina, saya tidak bisa memberi saran kepada Anda," ujar Rainon dengan tegas dan ekspresi datar menatap ke arah Kayn.Kayn mengernyitkan alisnya dan menatap heran ke arah Rainon yang tiba-tiba berkata seperti itu. "Orang ke–tiga? Apa maksudmu, Rai–""Saya tahu bahwa hubungan Anda dan Nona Sellina sudah terjalin lama dan baik-baik saja, tetapi saya tidak akan menyetujui jika Anda melibatkan Nona Verlyn menjadi orang ke tiga pada hubungan dan Nona Selli
Tiga puluh menit sebelumnya."Apa kau bilang?!" tanya Kayn dengan nada marah sekaligus terkejut setelah mendengar ungkapan dari Rainon.Rainon menatap ke arah Kayn dengan ekspresi datar dan tidak merasa takut bahkan tegang dengan bentakan yang di terima olehnya dari Kayn."Saya hanya jujur, Tuan. Maaf jika perkataan saya sudah, keterlaluan," ujar Rainon.Kayn menghela napas sembari memegangi kepalanya dan memejamkan matanya. "Aku benar-benar, bisa–gila..""Anda memang sudah gila, Tuan," balas Rainon dengan cepat.Kayn membuka kelopak matanya perlahan dan terdiam sesaat sebelum kembali menatap ke arah Rainon dengan tatapan sayu."Kau benar, Rainon. Aku–sudah–gila, sesaat. Terima kasih sudah jujur," ujar Kayn.Rainon terheran-heran dengan balasan dari Kayn lalu terkekeh pelan. "Tuan ini ada-ada saja, ya.."Kayn kembali duduk di kursi kerjanya dan terus memegangi kepalanya sembari memijatnya perlahan untuk membuat pikirannya sedikit rileks."Sudahlah, katakan saja apa solusinya, Rainon..
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi