Tiga puluh menit sebelumnya."Apa kau bilang?!" tanya Kayn dengan nada marah sekaligus terkejut setelah mendengar ungkapan dari Rainon.Rainon menatap ke arah Kayn dengan ekspresi datar dan tidak merasa takut bahkan tegang dengan bentakan yang di terima olehnya dari Kayn."Saya hanya jujur, Tuan. Maaf jika perkataan saya sudah, keterlaluan," ujar Rainon.Kayn menghela napas sembari memegangi kepalanya dan memejamkan matanya. "Aku benar-benar, bisa–gila..""Anda memang sudah gila, Tuan," balas Rainon dengan cepat.Kayn membuka kelopak matanya perlahan dan terdiam sesaat sebelum kembali menatap ke arah Rainon dengan tatapan sayu."Kau benar, Rainon. Aku–sudah–gila, sesaat. Terima kasih sudah jujur," ujar Kayn.Rainon terheran-heran dengan balasan dari Kayn lalu terkekeh pelan. "Tuan ini ada-ada saja, ya.."Kayn kembali duduk di kursi kerjanya dan terus memegangi kepalanya sembari memijatnya perlahan untuk membuat pikirannya sedikit rileks."Sudahlah, katakan saja apa solusinya, Rainon..
Verlyn dan Kayn tidak berbincang satu sama lain di dalam mobil sampai mereka tiba di sebuah restoran besar yang sangat mewah berbintang enam dengan nama Golden Six.Verlyn merasa kagum melihat restoran tersebut dari dalam jendela mobil. "Aku tidak pernah melihat ada restoran semewah, ini.." gumamnya tanpa sadar.Kayn membuka pintu mobil dan tersenyum kecil. "Sekarang kau sudah melihatnya, bukan?"Verlyn terkejut mendengar balasan dari Kayn dan langsung menoleh ke arahnya yang sudah keluar dari mobil dan sedang berjalan ke arah pintu mobil di sisi Verlyn. Dia membukakan pintu itu dan mengulurkan tangannya kepada Verlyn."Hati-hati.." ucapnya pelan.Verlyn mengangguk pelan dengan sedikit pipi yang memerah lalu memegang tangan Kayn dan keluar dari mobil. Angin malam yang menyentuh kulitnya seketika membuat Verlyn langsung memeluk tubuhnya sendiri.'Aku tidak mengira udaranya akan–sedingin–ini..' batin Verlyn.Kayn peka setelah melihat Verlyn yang memeluk tubuhnya sendiri dan melepas jasn
."Aku benar-benar mengantuk dan yakin bisa tidur nyenyak, malam ini!" Verlyn menyandarkan tubuhnya di kursi mobil dan memejamkan kelopak matanya perlahan. Kayn hanya bisa menghela napas dan menggeleng pelan melihat tingkah Verlyn yang perlahan terlelap setelah menyantap banyak makanan di restoran tadi. Dia fokus mengemudikan mobilnya dan melirik Verlyn yang terlihat sudah terlelap di dalam tidurnya dengan memeluk dirinya sendiri sembari membungkukkan kepala ke arah kanan. 'Dia benar-benar tertidur, rupanya..' Kayn memberhentikan mobilnya sejenak di siis jalan dan mengambil jas miliknya yang berada di kursi belakang lalu menyelimuti Verlyn menggunakan jas tersebut dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Dia kembali mengemudikan mobilnya dan melaju dengan cepat ke arah rumah karena jalan raya sudah terlihat lebih sepi daripada saat matahari masih berada di atas. Setelah sampai di rumah, Kayn melihat jam di pergelangan tangan kirinya dan waktu menunjukkan pukul 09.34 PM. 'Belu
Pipi Verlyn semakin memerah dan kembali menoleh ke arah lain. "K–Kayn, kau terlalu–dekat.."Kayn tidak mempedulikan perkataannya lalu memegang salah satu tangan Verlyn dan mengarahkannya ke bagian jantung Kayn."Ap–apa yang kau, lakukan.. Kayn!?" tanya Verlyn dengan nada panik.Kayn terus mendekat ke arah wajah Verlyn secara perlahan "Apa kau menikmatinya, Verlyn..?"Verlyn terus memejamkan matanya dan pelan-pelan merasakan sentuhan otot dada Kayn di tangannya.'Aku benar-benar bisa, gila..' batin Verlyn.Kayn memeluk pinggang Verlyn dengan erat dan wajah mereka saling berdekatan satu sama lain. Kayn dan Verlyn juga bisa merasakan dan mendengar helaan napas masing-masing.Pikiran Verlyn menjadi tidak terkendali setelah Kayn meniup lembut area telinganya, membuat ke dua pipi Verlyn semakin memerah."Kau mau melakukan hal yang lebih, Verlyn?" bisik Kayn dengan nada lembut.Verlyn terus memejamkan matanya dan menggeleng dengan cepat. "Tidak, aku belum siap!" teriak Verlynsembari menyentu
'Sepertinya, cara darinya lumayan efektif, walau aku menjadi–sedikit–lebih–sibuk daripada, biasanya..' batin Kayn.Dia terus memeriksa banyak laporan yang berada di atas meja kerja di ruangannya tanpa istirahat sedikitpun dan itu Rainon merasa heran dan khawatir dengan keadaan Kayn."Tuan, apa Anda tidak ingin istirahat dulu, saja?" tanya Rainon sembari menaruh beberapa laporan tambahan di meja kerja Kayn.Kayn menggeleng pelan dan terus menatap ke arah laporan yang sedang dia periksa di tangannya sekarang. Rainon hanya bisa menghela napas melihat sikap ambisius Kayn yang tiba-tiba keluar hari ini."Anda sudah memeriksa banyak laporan selama–empat–jam, Tuan. Sebaiknya Anda beristirahat sejenak lalu melanjutkan kembali memeriksa laporan-lapoan, itu. Mata Anda juga sudah terlihat lelah, Tuan," ujar Rainon khawatir.Kayn menghela napas lalu menatap ke arah Rainon dengan ekspresi datar. Rainon melihat ke dua mata Kayn terlihat sayu dan sedikit memerah sedang memandang ke arahnya."Aku tid
Tibalah hari dimana Kaze, Caroline, Khalix dan Villian kembali ke Amerika setelah tiga minggu berada di Thailand. Verlyn dan Kayn sibuk mempersiapkan penyambutan kedatangan kedua orang tua mereka di kediaman rumah mereka masing-masing. "Apa kalian sudah mengganti karpet di ruang tamu?" tanyaku kepada pelayan yang sedang membersihkan debu di sofa. Pelayan itu mengangguk. "Sudah, Nona," jawabnya sopan. "Bagus!" Verlyn menyalakan layar ponselnya yang tiba-tiba berdering dan muncul panggilan telepon dari Kayn. "Wah.. tumben sekali dia meneleponku lebih–dulu.." Verlyn menerima panggilan tersebut. "Tumben sekali kau meneleponku, Kayn. Ada hal penting apa?" "Kau tahu sendiri bahwa sore ini Ayah dan Ibumu akan kembali ke Amerika bersama dengan Ayah dan Ibuku juga, kan?" Verlyn mengangguk setuju. "Ya, kau benar. Lalu?" Kayn terdiam sesaat dan terdengar sedang menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Verlyn. "Ayo kita, berangkat–bersama.." Verlyn merasa sedikit terkejut mendengar ajak
"Selamat datang kembali, Tuan Presdir dan Nyonya!" ujar seluruh pengawal keluarga Alreo dan Viondra serempak sembari membungkukkan badan mereka. Verlyn dan Kayn berdiri paling depan di antara semua pengawal tersebut ikut sedikit membungkukkan badan mereka. "Selamat datang kembali ke Amerika, Ayah, Ibu.." ujar Kayn sembari tersenyum senang. "Syukurlah perjalanan kalian datang kembali ke sini lancar dan tidak ada hambatan, sama sekali," lanjut Verlyn sembari ikut tersenyum. Kayn, Khalix, Caroline dan Villian terdiam sesaat setelah mendengar ucapan dari anak mereka itu dan saling berbisik. "Kau mendengarnya, Kaze?! Sepertinya mereka sudah semakin dekat semenjak kita tinggal.." bisik Khalix. Kaze mengangguk setuju sembari melipat tangannya. "Kau benar, Khalix. Tidak mungkin mereka bisa kompak seperti itu jika hal itu tidak di rencanakan." "Verlyn dan Kayn pasti harus membicarakan hal seperti itu dan berlatih berdua, bukan? Bahka sebelum kita pergi, mereka tidak–sedekat–itu, sebelumn
"Krem, rambut pendek. Sellina.." gumam Verlyn tanpa sadar. "Apa?" Kayn mendengar gumaman Verlyn dan melirik ke arahnya yang terlihat sedang larut di dalam pikirannya sendiri. "Verlyn?" panggil Kayn pelan. Dia tidak menjawab dan hanya terus terdiam sembari melihat terus ke arah tangannya yang berada di atas paha. Kayn sedikit geram lalu memanggil kembali Verlyn. "Verlyn!" panggil Kayn lagi dengan sedikit berteriak. Verlyn mengedipkan matanya dengan cepat dan tersadar dari lamunannya. Dia menoleh ke arah Kayn yang sedang mengemudikan mobilnya. "Tadi kau–memanggilku, Kayn?" tanya Verlyn. Kayn menghela napas pelan. "Aku sudah dari tadi memanggilmu, tapi kau tidak kunjung menjawab," jawab Kayn sedikit kesal. Verlyn membelalakkan matanya terkejut dan menundukkan kepalanya. "Maaf, aku hanya sedikit kepikiran saja.." Verlyn kembali mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Kayn. "Jadi, ada apa kau memanggilku, Kayn? Apa kita sudah sampai?" tanyanya. Kayn perlahan memberhentikan mobiln
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi