Halo para Readers! Buat yang mau tahu visual katakter novel Taruhan Dengan CEO Muda bisa di lihat di akunku dengan nick @yuriin.here, ya! Jangan lupa untuk follow juga agar bisa mengetahui perkembangan novel ini secara berkala, terima kasih! See you, ya!
"Verlyn, pelajaran hari ini sudah, berakhir!" Varsel menepuk tangannya sekali dengan perasaan senang. "Tidak terasa, ya. Sudah 30 hari berlalu, dan besok kau akan di resmikan menjadi seorang, CEO!" lanjut Varsel. Verlyn ikut tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih sudah mengajari saya–selama–ini, Nyonya Varsel! Anda benar-benar sangat membantu saya dalam pengajaran menjadi seorang CEO yang baik.." Varsel tersipu malu lalu beranjak dari sembari membawa tas selempangnya. "Itu sudah tugasku, Verlyn. Tidak perlu berterika kasih," ujar Varsel lalu mengedipkan sebelah matanya. Verlyn terkekeh pelan lalu ikut beranjak dari kursinya dan mengambil tasnya. "Kita pulang sekarang, Nyonya Varsel?" Varsel mengangguk lalu mereka berdua berjalan bersama keluar dari ruangan dan masuk ke dalam lift. Sembari menunggu pintu lift terbuka dan sampai di lantai bawah, Varsel sibuk berbincang dengan seseorang di ponselnya dan Verlyn hanya terdiam memikirkan Kayn. 'Apa acara makan malamnya dengan Sellina,
"Nona Verlyn, itu adalah jalan untuk para tamu yang datang." Verlyn langsung berhenti di tempat dan menoleh. "Lalu cara aku masuk ke dalam gedung ini, bagaimana?" tanyanya bingung. Sofia terkekeh pelan dan mengarahkan tangannya ke sebelah kanan. "Jalan sebelah situ adalah jalan khusus untuk Anda, Nona. Keberadaan Anda sekarang harus di sembunyikan dari para tamu agar mereka tidak melihat lebih kecantikan dan pesona, Anda," jelas Sofia panjang lebar. "Ha–haha.. baiklah. Kau terlalu berlebihan, Sofia," ujar Verlyn sedikit tidak nyaman. Sofia hanya tersenyum lalu mengarahkan tangannya dan meminta Verlyn untuk mengikutinya. "Ikuti saya, Nona," ujar Sofia lalu melangkah lebih dulu melewati jalan itu. Verlyn mengangguk lalu mengikuti Sofia dengan langkah perlahan sembari mengangkat gaunnya yang sedikit panjang itu di bantu oleh beberapa pelayan lain dan Verly juga di ikuti oleh para pengawal untuk menjaganya dari bahaya. Mereka masuk ke dalam ruangan besar yang mewah di sana yang memb
"Bicaralah dengan para tamu terlebih dulu, Ayah akan pergi sebentar. Jika kau merasa tidak nyaman, tinggalkan saja tamu itu," ujar Kaze lalu melangkah pergi bersama orang-orang penting lainnya. "Dasar Ayah ini!" gumam Verlyn pelan. Verlyn menoleh ke arah sekitar dan melihat Kayn yang sedang berbincang dengan orang-orang tidak jauh darinya. Verlyn langsung bersemangat dan segera menghampiri Kayn sembari mengangkat gaunnya. "Kayn!" panggil Verlyn. Kayn dan orang-orang yang sedang berbincang dengannya menoleh ke arah Verlyn dan orang-orang itu menyambutnya dengan senyuman dan mengucapinya selamat secara bergantian. "Selamat untuk Anda, Nona Verlyn!" "Nona tampak cantik dengan gaun elegan itu!" "Aku sudah menduga-duga bahwa putri Nona Verlyn lebih cantik jika di lihat dari jarak sedekat, ini!" "Sebuah kehormatan bagi kami untuk bisa berbincang langsung dengan Anda, Nona.." Verlyn tersenyum dan membalasnya dengan anggukkan. "Terima kasih untuk ucapan dan pujian dari Anda sekalian,
"Sampai jumpa, Verlyn! Kita akan segera bertemu lagi!" ujar Varsel sembari melambaikan tangannya ke arah Verlyn dan Kaze.Verlyn tersenyum dan mengangguk senang. "Iya, Nyonya Varsel! Terima kasih dan hati-hati di jalan!" balas Verlyn sembari ikut melambaikan tangannya ke arah Varsel.Varsel membungkukkan sedikit badannya lalu melangkah pergi bersama dengan orang-orang penting lainnya.Verlyn menghela napas lega karena sudah selesai berbincanh dengan Nyonya Varsel dan beberapa orang penting perusahaan Kizen yang lain lalu menoleh ke arah Kaze yang sedang menatap layar ponselnya."Ayah, sudah–selesai, kan? Aku ingin makan, sekarang," ujar Verlyn.Kaze hanya terdiam sembari fokus menatap layar ponselnya itu. Verlyn mengangkat bahunya sedikit lalu melangkah pergi meninggalkan Kaze di sana dan segera menghampiri Kayn yang masih berbincang dengan orang-oramg di sana."Kau mau kemana, Verlyn?" tanya Kaze tiba-tiba.Verlyn langsung menghentikan langkahnya dan mendengus kesal lalu membalikkan
'Sepertinya memang benar, dari arti senyumannya itu.. Dia memang sengaja, memprovokasiku!' batin Verlyn kesal.Verlyn memejamkan matanya dan menghela napas perlahan untuk menenangkan emosi yang sedang naik di dalam pikirannya sekarang lalu membuka matanya kembali.Verlyn tersenyum lebar ke arah Fadaron yang membuat raut wajahnya seketika terheran-heran."Anda benar, Tuan Fadaron," ujar Verlyn tiba-tiba yang membuat orang-orang di sekitarnya langsung berhenti berbisik dan menoleh ke arah Verlyn.Kaze juga ikut menoleh ke arah Verlyn dan menatapnya bingung. "Verlyn, apa maksudmu? Kau tidak perlu membalas perkataan Tuan Fadaron karena beliau hanya bercanda, Verlyn.." ujar Kaze dengan nada lembut."Oh, iya kah?" Verlyn menoleh ke arah Kaze dengan matanya yang lebar. "Jadi Tuan Fadaroj hanya sedang bercanda, Ayah?" tanya Verlyn memastikan.Kaze mengangguk pelan sembari tersenyum. "Iya Verlyn, jadi kau cukup mendengarkannya–saja," balas Kaze.Verlyn terdiam sesaat lalu menyentuh dagunya unt
Para orang tua yang memuji Verlyn seketika di ragukan kembali oleh perkataan Fadaron yang mampu memutar balikkan suasana, seolah Fadaron memperlihatkan kemampuannya dalam mempengaruhi seseorang kepada Verlyn. "Perkataan Tuan Fadaron benar, jika cerita yang Nona Verlyn sampaikan itu memang benar adanya. Seharusnya beliau memiliki buktinya, bukan–begitu, semuanya?" tanya Sihon. Orang-orang mengangguk setuju dengan perkataan Sihon tadi lalu kembali menoleh ke arah Verlyn yang masih terdiam sembari membalas tatapan tajam mereka. "Jadi Nona Verlyn, apakah Anda memiliki–sebuah–bukti?" Fadaron mengulangi pertanyaanya. Verlyn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya. "Hm.. bukti, ya?" Verlyn menoleh ke arah Kaze yang dari tadi menatapnya sama seperti orang-orang di sana. "Apa Ayah bisa menelepon Tuan Mistecrof, sekarang?" tanya Verlyn dengan santai kepada Kaze. Semua orang kembali di buat terkejut oleh Verlyn setelah mendengar permintaan Verlyn kepada Kaze yang terdiam sesaat lal
'Akhirnya selesai juga!' Verlyn melangkah keluar dari ruangan itu bersama dengan Kaze dengan perasaan kesal yang sudah terbendun dari awal saat Fadaron memprovokasi dirinya. "Menyebalkan, aku akan mengatakan semua kejadian ini kepada Kayn, nanti!" gumam Verlyn pelan. Kaze menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Verlyn yang masih terus melangkah sembari menatap ke bawah. "Verlyn," panggil Kaze pelan. Verlyn tersadar dan langsung menoleh ke arah Kaze yang berada di belakangnya sekarang. "Iya, Ayah?" balas Verlyn lalu menghampiri Kaze. Kaze terdiam sesaat lalu menghela napas panjang sebelum mengatakan hal yang ingin dia katakan kepada Verlyn. "Verlyn, mengapa kau–" "Aku tahu, Ayah," potong Verlyn cepat. Verlyn melipat tangannya sembari menatap ke arah lain. "Aku tahu bahwa aku sudah melakukan hal yang seenaknya, tadi. Tapi, aku tidak bisa terima jika Ayah di rendahkan seperti itu! Aku juga harus membuktikaj kepada mereka bahwa aku memang cocok untuk–mendapatkan–posis
"Apa memang bisa begitu, Kayn? Bukankah orang tertinggi bebas mengatur orang-orang yang posisinya lebih rendah?" tanya Verlyn heran setelah mendengar penjelasan dari Kayn.Kayn mengangguk pelan. "Mereka disebut sebagai petinggi perusahaan karena merekalah yang mendukung seseorang untuk menjadi seorang CEO agar posisinya menjadi lebih kuat dan orang lain tidak bisa menjatuhkannya," jelas Kayn panjang lebar.Verlyn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya dan mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. "Jadi, alasan Ayahku tidak bisa melawan mereka saat itu, karena Ayahku harus menghormati mereka untuk membalas budi?" tanya Verlyn lagi."Tepat sekali, mereka juga memiliki hak untuk mengatur dan mengubah arahan dari Presdir. Jadi, Ayahmu tidak bisa apa-apa karena memang beliau tidak bisa melawan," jawab Kayn.Verlyn mulai mengerti apa yang di jelaskan Kayn kepadanya dan paham mengenai alasan mengapa Kaze hanya diam dan tidak membalas perkataan para orang tua saat di ruangan itu."Semuanya me
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi