'Geira Serrezet..' Verlyn terus menerus memikitkan nama itu sembari terdiam dan tidak menyantap sarapannya."Verlyn?" panggil Caroline menyadarkan Verlyn dari lamunannya."I–iya, ibu?" balas Verlyn sambil menoleh ke arah Caroline yang sedang menatapnya."Apa kau merasa sakit? Dari tadi ibu perhatikan, kau baru makan sedikit dan terus terdiam setelah memasukkan beberapa suap nasi," ujar Caroline khawatir.Verlyn langsung menggeleng cepat sembari melambaikan tangannya kepada Caroline. "Tidak, ibu. Aku hanya.. sedikit gugup datang ke perusahaan sebagai–seorang–Presdir.. Ya, hanya karena itu, ibu, hehe.." balas Verlyn dengan sedikit berbohong.Caroline tersenyum sembari menggeleng pelan. "Santai saja, Verlyn. Kau pasti bisa melakukannya dengan baik!" ujar Caroline menyemangati Verlyn.Verlyn mengangguk dengan semangat lalu beranjak dari kursinya. "Baik ibu, terima kasih sudah memberiku semangat! Aku akan pergi sekarang, sampai jumpa!"Verlyn melangkah pergi menuju pintu rumah sambil memba
'Sudah berapa lama waktu berlalu?'Verlyn terus menerus mengerjakan beberapa dokumen yang diperintahkan oleh Kaze dan Verlyn baru bisa menyelesaikan 10 dokumen dari 25 dokumen yang ada."Saat dengan Nyonya Varsel, perasaan tidak sebanyak ini.." gumam Verlyn pelan.Fayyara masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah kotak sedang berwarna coklat dan segelas minuman cup berukuran besar."Nona, sebaiknya Anda makan dulu saja, sekarang. Saya membawakan ini untuk Anda!" Fayyara menaruh kotak dan minuman tersebut di atas meja Verlyn.Verlyn menengadah ke atas dan menatap sayu Fayyara. "Kau mendapatkan itu dari mana, Fayyara?" tanya Verlyn."Ini dari ayah Anda, Nona! Beliau mengatakan kepada saya bahwa sebaiknya Anda makan terlebih dulu sebelum kembali melanjutkan pekerjaan Anda yang menumpuk itu," jawab Fayyara.Verlyn terdiam sesaat sembari menatap ke arah kotak dan minuman cup besar di depannya sekarang. Verlyn membuka kotak itu dan melihat makanan yang paling dia sukai, yaitu mie pedas d
"Apa yang sedang terjadi, sekarang..?" Verlyn masih terdiam di tempat dan semakin merasa bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Banyak wartawan berkumpul di depan perusahaan Kizen, membuat Verlyn berpikir bahwa muncul berita yang menggemparkan sampai-sampai mereka rela berdesak-desakkan untuk masuk ke dalam. Verlyn memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sedikit sakit. "Sebenarnya, ada apa.." Ponselnya kembali berbunyi dan muncul nontifikasi pesan dari Kaze dan Verlyn segera membacanya. Kaze: [Pulanglah dengan sembunyi-sembunyi bersama dengan para pengawalmu] Verlyn menarik napas dalam-dalam dan menyesal karena tidak membawa para pengawal sekarang. 'Sial, aku bahkan tidak membawa pengawal satupun, hari ini,' batin Verlyn. Dia menoleh ke arah Fayyara yang baru saja keluar dari ruangan sembari membawakan tas milik Verlyn di tangannya lalu memberikannya kepada Verlyn. "Nona, Anda harus kembali ke rumah Anda, sekarang!" Fayyara segera menarik tangan Verlyn dan m
"Aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku, untuk yang sekarang.." Verlyn memijat pelipisnya sembari menundukkan kepala dan terkekeh setelah melihat penampilan Regi dan Saron yang sudah berganti pakaian seperti seorang wanita dengan wajah yang di rias oleh Divan. "Kalian cocok sekali mengenakan itu, haha!" ungkap Divan sembari tertawa dan menunjuk ke arah mereka. Regi tampak sedang tertekan sedangkan Saron malah menikmatinya dengan bergaya dan berbicara seperti seorang wanita pada umumnya. "Bagaimana penampilanku sekarang? Unch.." tanya Saron dengan gelagat seperti wanita sungguhan. Verlyn memegangi perutnya yang terasa sakit akibat terus tertawa sedangkan Farga hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya. "Hentikan nada bicaramu yang seperti itu, Saron!" bisik Regi dengan raut wajah kesal. Verlyn menyeka sedikit air yang keluar dari matanya akibat terlalu lama tertawa. "Kalian sangat cantik! Pasti kalian bisa menipu mereka semua dengan kecantikan itu!" puji Verlyn sembari
Beberapa saat setelah Caroline membentak Verlyn, dirinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya dan berusaha menahannya dengan memegangi bagian kepalanya yang terasa sakit. Verlyn berjalan mendekat kembali ke arah Caroline dan hendak menyentuh tangannya namun Caroline langsung menjauh dan menatap sinis ke arah Verlyn. "Jangan kau coba-coba mendekatiku!" ujar Caroline dingin dengan jari yang menunjuk ke arahnya. Verlyn hanya bisa terdiam di tempat dan sakit yang di rasakan oleh Caroline semakin menjadi-jadi sampai dia hampir terjatuh namun langsung di tahan oleh Kaze dan Selvania di sana. "Sebaiknya kau istirahat sekarang, Caroline," ujar Kaze dengan lembut. Caroline mengangguk pelan lalu berusaha kembali berdiri dan berjalan sedikit sempoyongan sembari dipapah oleh Selvania untuk pergi ke kamarnya. Suasana di ruang tamu kembali senyap. Verlyn menoleh ke arah Ace yang hendak pergi tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Verlyn di sana. "Kak Ace.." panggil Verl
"Aku benar-benar tidak bisa tidur dengan, nyenyak.." gumam Verlyn dengan tubuh yang masih terbaring di atas kasur.Verlyn merasa sangat tidak bersemangat untuk bangun dan menjalani hari ini. Matanya menatap sayu ke arah langit-langit kamarnya dan hendak tidur kembali sejenak sebelum beranjak dari kasur.Belum sempat Verlyn menutup kembali kelopan matanya, suara teriakkan Caroline dari lantai bawah terdengar sampai ke telinga Verlyn."Pergi dari sini!" teriak Caroline di lantai bawah.Verlyn terperanjak dan langsung terduduk setelah mendengar teriakkan Caroline itu. 'Kenapa ibu tiba-tiba berteriak?' batin Verlyn heran.Verlyn beranjak dari kasur dan melangkah keluar dari kamar namun saat pintu kamarnya mulai terbuka, Verlyn mendapati Sofia yang baru saja sampai di depan kamarnya dengan raut wajah yang terlihat sedang mengkhawatirkan sesuatu."Sofia? Ada apa? Kenapa ekspresimu seperti itu?" tanya Verlyn sembari menutup kembali pintu kamarnya.Sofia menundukkan kepalanya. "Ada seseorang
"Kaze.." Jennifer melipat tangannya dan tersenyum. "Kau sendiri pasti sudah mengetahui juga kan bahwa itu asli tanpa mengeceknya lewat benda, itu?" tanya Jennifer dengan santai.Kaze tidak menjawab dan hanya bisa terdiam seperti tidak bisa mengelak perkataan Jennifer tadi kepadanya. Caroline menoleh cepat dan menatap tajam ke arah Kaze."Apa itu benar, Kaze?" tanya Caroline memastikan.Kaze tidak bisa terus diam saja dan akhirnya membuka mulut untuk menjawab pertanyaan istrinya itu. "Aku memang sudah mengetahui bahwa itu asli, Caroline.. Tapi, aku bersumpah tidak tahu kena–""Kenapa Kaze, kenapa?! Kenapa dari awal kau tidak mengatakan bahwa ini asli kepadaku dan tidak menunda dia untuk membawa Verlyn, dari sini?!" potong Caroline dengan banyak pertanyaan di kepalanya sekarang.Kaze menggenggam tangan Caroline untuk menenangkannya namun langsung di tepis oleh Caroline dan beranjak dari sofa."Mungkin karena memang benar Verlyn itu adalah anak dari mantan tunanganmu, makanya kau memberi
'Apa tidak apa-apa jika membiarkan wanita itu, begitu saja?'Verlyn terus membatin sembari memeluk lutut di kamarnya dan mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di hari esok. Dia terus mengingat setiap perkataan Jennifer dengan sangat jelas di kepalanya.Ingatan yang ada di kepalanya itu membuat Verlyn tidak bisa bersantai bahkan sedetik pun. Verlyn seakan sedang mengalami Anticypatory Anxiety yang membuatnya takut apa yang akan terjadi di hari esok."Ayah pasti benar-benar bisa mengatasinya.. Ya, pasti!" gumam Verlyn meyakinkan dirinya sendiri sembari mengeratkan pelukannya.Verlyn merasa isi kepalanya sebentar lagi akan pecah dan meledak jika terus menerus memikirkan hal sebelumnya."Benar tidak akan terjadi apa-apa, k‐kan?! Ayah pasti bisa mengatasi masalah ini dan membuat keluarga kami menjadi harmonis lagi!"*"Apa kau tidak peduli kepada ayahmu yang akan kesulitan jika menolak tawaranku ini?" tanya Jennifer sembari tersenyum.Verlyn terdiam dan bingung harus menjawab apa setelah