"Aku benar-benar tidak bisa menahan tawaku, untuk yang sekarang.." Verlyn memijat pelipisnya sembari menundukkan kepala dan terkekeh setelah melihat penampilan Regi dan Saron yang sudah berganti pakaian seperti seorang wanita dengan wajah yang di rias oleh Divan. "Kalian cocok sekali mengenakan itu, haha!" ungkap Divan sembari tertawa dan menunjuk ke arah mereka. Regi tampak sedang tertekan sedangkan Saron malah menikmatinya dengan bergaya dan berbicara seperti seorang wanita pada umumnya. "Bagaimana penampilanku sekarang? Unch.." tanya Saron dengan gelagat seperti wanita sungguhan. Verlyn memegangi perutnya yang terasa sakit akibat terus tertawa sedangkan Farga hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya. "Hentikan nada bicaramu yang seperti itu, Saron!" bisik Regi dengan raut wajah kesal. Verlyn menyeka sedikit air yang keluar dari matanya akibat terlalu lama tertawa. "Kalian sangat cantik! Pasti kalian bisa menipu mereka semua dengan kecantikan itu!" puji Verlyn sembari
Beberapa saat setelah Caroline membentak Verlyn, dirinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya dan berusaha menahannya dengan memegangi bagian kepalanya yang terasa sakit. Verlyn berjalan mendekat kembali ke arah Caroline dan hendak menyentuh tangannya namun Caroline langsung menjauh dan menatap sinis ke arah Verlyn. "Jangan kau coba-coba mendekatiku!" ujar Caroline dingin dengan jari yang menunjuk ke arahnya. Verlyn hanya bisa terdiam di tempat dan sakit yang di rasakan oleh Caroline semakin menjadi-jadi sampai dia hampir terjatuh namun langsung di tahan oleh Kaze dan Selvania di sana. "Sebaiknya kau istirahat sekarang, Caroline," ujar Kaze dengan lembut. Caroline mengangguk pelan lalu berusaha kembali berdiri dan berjalan sedikit sempoyongan sembari dipapah oleh Selvania untuk pergi ke kamarnya. Suasana di ruang tamu kembali senyap. Verlyn menoleh ke arah Ace yang hendak pergi tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Verlyn di sana. "Kak Ace.." panggil Verl
"Aku benar-benar tidak bisa tidur dengan, nyenyak.." gumam Verlyn dengan tubuh yang masih terbaring di atas kasur.Verlyn merasa sangat tidak bersemangat untuk bangun dan menjalani hari ini. Matanya menatap sayu ke arah langit-langit kamarnya dan hendak tidur kembali sejenak sebelum beranjak dari kasur.Belum sempat Verlyn menutup kembali kelopan matanya, suara teriakkan Caroline dari lantai bawah terdengar sampai ke telinga Verlyn."Pergi dari sini!" teriak Caroline di lantai bawah.Verlyn terperanjak dan langsung terduduk setelah mendengar teriakkan Caroline itu. 'Kenapa ibu tiba-tiba berteriak?' batin Verlyn heran.Verlyn beranjak dari kasur dan melangkah keluar dari kamar namun saat pintu kamarnya mulai terbuka, Verlyn mendapati Sofia yang baru saja sampai di depan kamarnya dengan raut wajah yang terlihat sedang mengkhawatirkan sesuatu."Sofia? Ada apa? Kenapa ekspresimu seperti itu?" tanya Verlyn sembari menutup kembali pintu kamarnya.Sofia menundukkan kepalanya. "Ada seseorang
"Kaze.." Jennifer melipat tangannya dan tersenyum. "Kau sendiri pasti sudah mengetahui juga kan bahwa itu asli tanpa mengeceknya lewat benda, itu?" tanya Jennifer dengan santai.Kaze tidak menjawab dan hanya bisa terdiam seperti tidak bisa mengelak perkataan Jennifer tadi kepadanya. Caroline menoleh cepat dan menatap tajam ke arah Kaze."Apa itu benar, Kaze?" tanya Caroline memastikan.Kaze tidak bisa terus diam saja dan akhirnya membuka mulut untuk menjawab pertanyaan istrinya itu. "Aku memang sudah mengetahui bahwa itu asli, Caroline.. Tapi, aku bersumpah tidak tahu kena–""Kenapa Kaze, kenapa?! Kenapa dari awal kau tidak mengatakan bahwa ini asli kepadaku dan tidak menunda dia untuk membawa Verlyn, dari sini?!" potong Caroline dengan banyak pertanyaan di kepalanya sekarang.Kaze menggenggam tangan Caroline untuk menenangkannya namun langsung di tepis oleh Caroline dan beranjak dari sofa."Mungkin karena memang benar Verlyn itu adalah anak dari mantan tunanganmu, makanya kau memberi
'Apa tidak apa-apa jika membiarkan wanita itu, begitu saja?'Verlyn terus membatin sembari memeluk lutut di kamarnya dan mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di hari esok. Dia terus mengingat setiap perkataan Jennifer dengan sangat jelas di kepalanya.Ingatan yang ada di kepalanya itu membuat Verlyn tidak bisa bersantai bahkan sedetik pun. Verlyn seakan sedang mengalami Anticypatory Anxiety yang membuatnya takut apa yang akan terjadi di hari esok."Ayah pasti benar-benar bisa mengatasinya.. Ya, pasti!" gumam Verlyn meyakinkan dirinya sendiri sembari mengeratkan pelukannya.Verlyn merasa isi kepalanya sebentar lagi akan pecah dan meledak jika terus menerus memikirkan hal sebelumnya."Benar tidak akan terjadi apa-apa, k‐kan?! Ayah pasti bisa mengatasi masalah ini dan membuat keluarga kami menjadi harmonis lagi!"*"Apa kau tidak peduli kepada ayahmu yang akan kesulitan jika menolak tawaranku ini?" tanya Jennifer sembari tersenyum.Verlyn terdiam dan bingung harus menjawab apa setelah
Verlyn merintih sembari memegangi bagian ulu hatinya yang tiba-tiba terasa perih dan merebahkan tubuhnya di kasur sembari memeluk bantal guling.Sofia sudah membawakan sarapan untuknya yang di taruh di atas nakas, namun Verlyn tidak memiliki selera untuk makan sama sekali karena di dalam otaknya hanya memikirkan masalah yang terjadi pada keluarganya saat ini.Hari ini juga Verlyn tidak di izinkan untuk pergi bekerja oleh Kaze karena situasi di luar masih kacau akibat ulah Jennifer yang membeberkan bahwa Verlyn adalah anak kandungnya di semua media televisi."Fayyara pasti ikut kesulitan karena masalah ini.." gumam Verlyn lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di bantal sebelahnya.Verlyn membuka kontak dan mengirim pesan kepada Fayyara untuk bertanya mengenai situasi di perusahaan Kizen hari ini.Verlyn: [Fayyara, maaf aku tidak bisa datang ke perusahaan hari ini karena tidak izinkan oleh ayahku. Bagaimana situasi di sana sekarang?]Beberapa detik kemudian, muncul nontifikasi balasa
"Terima kasih, Nona. Silahkan lanjutkan kembali istirahat Anda," ujar Sofia setelah menempelkan plester ke bekas jari tempat untuk mengambil sampel darah.Verlyn mengangguk pelan. "Iya, Sofia. Tolong terus kabari aku jika ada sesuatu yang terjadi di luar sana," balas Verlyn."Baik Nona, saya permisi kalau begitu.." Sofia membungkukkan sedikit badanya lalu melangkah keluar dan tidak lupa menutup kembali pintu kamarnya.Verlyn terdiam sembari menatap ke arah jari tengahnya yang di beri plester itu dan menghela napas panjang.'Aku harap kali ini hasilnya berbeda..' batin Verlyn lalu merebahkan kembali tubuhnya ke kasur dan memejamkan mata."Sudah selesai?" tanya Kayn tiba-tiba dari ponselnya.Verlyn terkejut mendengar suara Kayn dan langsung terbangun dari rebahannya itu. 'Aku lupa kalau panggilannya masih tersambung!' batin Verlyn panik lalu mendekatkan ponselnya ke telinga."Y–ya.. maaf, aku lupa bahwa panggilan ini masih tersambung.." jawab Verlyn gugup."Santai saja, aku sudah menget
Verlyn membuka kelopak matanya kembali setelah tidur selama beberapa saat. Dia bangun lalu menghela napas panjang dan menatap ke langit-langit kamarnya.'Aku sama sekali tidak bisa tidur–dengan–nyenyak..' batin Verlyn.Dia menoleh ke arah ponselnya yang masih belum memberikan nontifikasi pesan yang sangat di tunggu-tunggu oleh dirinya mengenai hasil tes DNA itu dari Kayn."Apa hasilnya masih belum keluar, ya?" tanya Verlyn sembari hendak beranjak dari kasurnya.Belum sempat ia melangkahkan kakinya, ponselnya berdering. Verlyn menoleh dan segera mengambil ponsel yang layarnya memunculkan nontifikasi panggilan masuk dari Kayn, dia langsung menerima panggilan itu."Kayn! Bagaimana hasil tesnya?! Hasilnya pasti berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya, kan?!" Verlyn langsung menghujani Kayn dengan banyak pertanyaan yang dari tadi sudah di pendam dari tadi olehnya.Kayn tidak langsung menjawab pertanyaan Verlyn itu dan terdiam sesaat lalu membalas perkataan Verlyn."Aku akan menjawab pertany
Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud
Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan
Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga
Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p
"Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend
"Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,
Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be
Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny
Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi