"Anggap saja kamar sendiri ya!" ujar Verlyn setelah masuk ke dalam kamarnya sendiri, di ikut oleh Kayn di belakangnya.Kayn merasa sedikit merasa Déjà vu untuk sesaat dan menggelengkan kepalanya agar tidak lagi teringat masa itu. 'Lupakan Kayn, lupakan!' batinnya.Verlyn duduk di atas kasur dan melupakan hal yang begitu penting, yaitu memesan makanan untuk merayakan keluarnya hasil tes DNA yang akan membuktikan pada dunia bahwa dia bukanlah anak dari Jennifer."Kayn, duduklah di manapun kau mau. Aku akan memesan makanan yang banyak untuk merayakannya!" ujar Verlyn riang.Kayn menghentikan aksinya yang hendak duduk di kursi meja kerja Verlyn dan langsung menahan tangan Verlyn yang baru saja ingin menekan menu makanan di ponselnya.Verlyn menatap heran tingkah Kayn saat ini kepadanya dan menepis pegangan Kayn dari tangannya itu."Ada apa, Kayn? Aku hanya ingin memesan makanan untuk merayakan kabar yang akan kau beri tahukan kepadaku," tanya Verlyn lalu melanjutkan kembali memesan makana
'Dia langsung seceria itu hanya karena mendengar ada cara lain?' batin Kayn lalu tersenyum kecil. "Kau pasti sangat mengharapkan cara lain itu ya, Verlyn.." gumam Kayn lalu mengambil beberapa berkas dokumen yang ada di sebelahnya dan memberikannya kepada Verlyn. "Amati masing-masing berkas itu dengan baik, kau akan menemukan kesamaannya," ujar Kayn. Verlyn menerima berkas itu dan segera mengamati setiap berkas di tangannya dengan serius dan teliti sedangkan Kayn menatap ke arah Verlyn sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya. "Kau menyadarinya, Verlyn?" tanya Kayn. Verlyn mengangguk cepat. "Ya, di sini orang yang menjalin kerja sama dengan beberapa rumah sakit besar kemungkinan adalah orang yang sama. Benar begitu, Kayn?" Verlyn menatap ke arah Kayn yang mengangguk setuju dengan pernyataan Kayn "Kau benar, dan kalau di liat dari tanggal kerja samanya, masing-masing rumah sakit hanya berbeda 5 hari saja. Itu artinya, orang tersebut bisa memiliki kendali penuh atas rumah
Verlyn terperangah mendengar jawaban dari Kayn dan langsung mundur perlahan sembari bergidik memeluk dirinya sendiri."Hei, kau pikir aku ini hewan yang di incar?!" tanya Verlyn tidak mengerti.Kayn menggeleng pelan sembari memegang kepalanya setelah mendengar kesimpulan Verlyn yang malah menganggap perkataannya itu sebagai candaan."Bukan seperti itu, Verlyn. Maksudku adalah, mereka sudah menargetkanmu bahkan sebelum kau lahir ke dunia. Kelahiran seorang ini di keluarga konglomerat pasti di sebar luaskan oleh para media massa, dan saat itu lah mereka mulai berencana menargetkan dirimu," jelas Kayn lebih detail.Verlyn perlahan mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh Kayn barusan kepadanya. "Jadi dari awal rencana ini sudah di jalankan oleh mereka sejak aku lahir, begitu?"Kayn mengangguk pelan dan kembali menatap berkas-berkas dokumen di tangannya. Verlyn hanya terdiam membeku dengan tatapan kosong."Sepertinya mereka mengincar Kakakmu terlebih dulu, Kak Ace. Karena di sini pernah
Seorang wanita cantik dengan rambut berwarna krem panjang sedikit bergelombang dan bola mata berwarna merah tua tersenyum ke arah kamera sembari menggendong seorang bayi laki-laki di pelukannya.Verlyn bisa langsung mengenali anak laki-laki itu. Rambutnya yang berwarna merah dan bola matanya yang berwarna hijau army persis seperti miliknya, sudah jelas Verlyn bisa langsung mengenalinya."Aku tahu bahwa bayi laki-laki itu pasti Kakakku, Ace," ujar Verlyn sembari terus mengamati gambar foto itu."Tapi, wanita ini.. aku tidak terlalu mengenalinya. Hanya saja, dia mirip seperti–""Ibumu," lanjut Kayn cepat.Verlyn terperangah dan langsung menoleh. "Kau benar, Kayn. Bagaimana bisa pikiranmu sama denganku?" tanya Verlyn penasaran.Kayn berpikir sesaat sembari menatap gambar foto itu."Warna bola matanya sama seperti milik ibumu, dan rambutnya juga yang panjang bergelombang sama persis dengan rambut ibumu yang ada di sini," jawab Kayn sembari menunjuk ke arah gambar foto Caroline yang sedang
"Segini pasti sudah cukup kan untuk memberiku petunjuk?" tanya Verlyn pada dirinya sendiri sambil membawa beberapa surat lain dan gambar foto tua di tangannya.Verlyn memasukkannya ke dalam saku celananya lalu segera melangkah keluar untuk menghampiri Sofia yang masih berjaga di sana."Sofia, maaf aku sedikit lama," ujar Verlyn sembari mengunci kembali pintu ruang kerja Kaze.Sofia menoleh dan menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Nona. Saya malah merasa senang bisa membantu menyelesaikan masalah Nona!" balas Sofia sembari tersenyum.Verlyn ikut tersenyum dan mengangguk pelan. "Baiklah, terima kasih ya Sofia," ucap Verlyn lalu menyalakan ponselnya untuk melihat jam.Ke dua mata Verlyn membelalak setelah melihat bahwa sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06.21 PM. Verlyn tidak menyadari bahwa sudah setengah jam lebih dirinya berada di dalam tadi.'Aku tidak menyangka selama ini.. Tapi, mengapa ayah belum kembali?' batin Verlyn lalu kembali menatap Sofia yang masih berdiri di tempat yang
Verlyn kembali ke kamarnya dengan keadaan lemas dan langsung tersungkur di atas kasurnya dengan perasaan yang campur aduk antara sedih dan kecewa."Kak Ace seperti menganggapku sebagai orang asing, sekarang.." gumam Verlyn di dekapan bantal."Kau melupakan diriku yang masih di sini?" tanya Kayn tiba-tina dari ponselnya yang masih dia pegang.Verlyn langsung membuka matanya kembali dan membalikkan badannya ke arah atas lalu mendekatkan kembali ponselnya ke telinga."Maafkan aku, Kayn. Perasaanku sekarang sedikit.." Verlyn tidak sanggap melanjutkan kalimatnya itu dan malah menghela napas panjang."Lupakan saja, mati kita lanjut membicarakan soal Fandaria saja–""Aku merasa sedikit janggal," potong Kayn."Kak Ace menganggapmu sebagai, orang asing? Bukannya dia pasti sudah melihat jelas kau di lahirkan oleh siapa?" tanyanya.Verlyn terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan dari Kayn itu. Dia memang berharap kejadian saat dia di lahirkan ke dunia ini persis dengan apa yang di katakan ol
"Nona, sekarang sudah waktunya makan malam!" ujar Sofia setelah membuka pintu kamar.Verlyn yang masih mendekap guling di atas kasurnya perlahan menoleh lalu mengangguk pelan dengan tatapan yang sayu dan kembali tertunduk lemas."Padahal aku benar benar serius memberikan ideku, tapi bisa-bisanya dia langsung menolaknya mentah-mentah.."gumam Verlyn kesal sembari terus mendekap gulingnya.'Aku benar-benar tidak memiliki selera untuk makan..'1 jam sebelumnya.."Apa kita datangi saja Desa Fandaria itu?" tanya Verlyn dengan semangat.Kayn terdiam beberapa saat dan terdengar sedang menghela napas panjang. "Kau pikir itu mudah?" Kayn balik bertanya."Kita hanya harus melihat ke arah map saja, kan?""Kita tidak akan bisa menemukan lokasinya. Karana desa itu benar-benar menolak teknologi masuk dan tidak membiarkan orang yang tidak di kenal terhubung dengan masuk ke dalamnya.""Dari mana kau mengetahui informasi seperti itu, Kayn?""Kau pikir orangku hanya mencari nama desa itu saja? Mereka ju
Verlyn masih tidak bisa mempercayai apa yang di katakan oleh Kakaknya saat ini dan masih terdiam membeku di tempat sama dengan tatapan kosong ke arah lantai.Ace menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk pergi meninggalkan Verlyn di sana yang masih terus terdiam."Kakak juga berpikir begitu, kan?" tanya Verlyn tiba-tiba.Ace menghentikan langkahnya. "Apa maksudmu?"Verlyn perlahan mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Ace yang membelakangi dirinya."Kakak berpikir bahwa aku bukan lagi bagian dari keluarga ini kan karena masalah kemarin?!" tanya Verlyn serius.Ace terdiam sesaat lalu membalikkan badannya menghadap ke arah Verlyn. "Kenapa kau bisa berpikir demikian, Verlyn? Ini semua demi ibu–""Karena sikap Kakak yang terang-terangan terlihat seperti menganggapku sebagai orang asing!" potong Verlyn cepat dengan sedikit berteriak.Suasana di sana mendadak sunyi setelah Verlyn mengatakan itu dan Ace tetal terdiam sembari menatap dingin ke arahnya. Verlyn menghela napas panjang se