'Apa tidak apa-apa jika membiarkan wanita itu, begitu saja?'Verlyn terus membatin sembari memeluk lutut di kamarnya dan mengkhawatirkan apa yang akan terjadi di hari esok. Dia terus mengingat setiap perkataan Jennifer dengan sangat jelas di kepalanya.Ingatan yang ada di kepalanya itu membuat Verlyn tidak bisa bersantai bahkan sedetik pun. Verlyn seakan sedang mengalami Anticypatory Anxiety yang membuatnya takut apa yang akan terjadi di hari esok."Ayah pasti benar-benar bisa mengatasinya.. Ya, pasti!" gumam Verlyn meyakinkan dirinya sendiri sembari mengeratkan pelukannya.Verlyn merasa isi kepalanya sebentar lagi akan pecah dan meledak jika terus menerus memikirkan hal sebelumnya."Benar tidak akan terjadi apa-apa, k‐kan?! Ayah pasti bisa mengatasi masalah ini dan membuat keluarga kami menjadi harmonis lagi!"*"Apa kau tidak peduli kepada ayahmu yang akan kesulitan jika menolak tawaranku ini?" tanya Jennifer sembari tersenyum.Verlyn terdiam dan bingung harus menjawab apa setelah
Verlyn merintih sembari memegangi bagian ulu hatinya yang tiba-tiba terasa perih dan merebahkan tubuhnya di kasur sembari memeluk bantal guling.Sofia sudah membawakan sarapan untuknya yang di taruh di atas nakas, namun Verlyn tidak memiliki selera untuk makan sama sekali karena di dalam otaknya hanya memikirkan masalah yang terjadi pada keluarganya saat ini.Hari ini juga Verlyn tidak di izinkan untuk pergi bekerja oleh Kaze karena situasi di luar masih kacau akibat ulah Jennifer yang membeberkan bahwa Verlyn adalah anak kandungnya di semua media televisi."Fayyara pasti ikut kesulitan karena masalah ini.." gumam Verlyn lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di bantal sebelahnya.Verlyn membuka kontak dan mengirim pesan kepada Fayyara untuk bertanya mengenai situasi di perusahaan Kizen hari ini.Verlyn: [Fayyara, maaf aku tidak bisa datang ke perusahaan hari ini karena tidak izinkan oleh ayahku. Bagaimana situasi di sana sekarang?]Beberapa detik kemudian, muncul nontifikasi balasa
"Terima kasih, Nona. Silahkan lanjutkan kembali istirahat Anda," ujar Sofia setelah menempelkan plester ke bekas jari tempat untuk mengambil sampel darah.Verlyn mengangguk pelan. "Iya, Sofia. Tolong terus kabari aku jika ada sesuatu yang terjadi di luar sana," balas Verlyn."Baik Nona, saya permisi kalau begitu.." Sofia membungkukkan sedikit badanya lalu melangkah keluar dan tidak lupa menutup kembali pintu kamarnya.Verlyn terdiam sembari menatap ke arah jari tengahnya yang di beri plester itu dan menghela napas panjang.'Aku harap kali ini hasilnya berbeda..' batin Verlyn lalu merebahkan kembali tubuhnya ke kasur dan memejamkan mata."Sudah selesai?" tanya Kayn tiba-tiba dari ponselnya.Verlyn terkejut mendengar suara Kayn dan langsung terbangun dari rebahannya itu. 'Aku lupa kalau panggilannya masih tersambung!' batin Verlyn panik lalu mendekatkan ponselnya ke telinga."Y–ya.. maaf, aku lupa bahwa panggilan ini masih tersambung.." jawab Verlyn gugup."Santai saja, aku sudah menget
Verlyn membuka kelopak matanya kembali setelah tidur selama beberapa saat. Dia bangun lalu menghela napas panjang dan menatap ke langit-langit kamarnya.'Aku sama sekali tidak bisa tidur–dengan–nyenyak..' batin Verlyn.Dia menoleh ke arah ponselnya yang masih belum memberikan nontifikasi pesan yang sangat di tunggu-tunggu oleh dirinya mengenai hasil tes DNA itu dari Kayn."Apa hasilnya masih belum keluar, ya?" tanya Verlyn sembari hendak beranjak dari kasurnya.Belum sempat ia melangkahkan kakinya, ponselnya berdering. Verlyn menoleh dan segera mengambil ponsel yang layarnya memunculkan nontifikasi panggilan masuk dari Kayn, dia langsung menerima panggilan itu."Kayn! Bagaimana hasil tesnya?! Hasilnya pasti berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya, kan?!" Verlyn langsung menghujani Kayn dengan banyak pertanyaan yang dari tadi sudah di pendam dari tadi olehnya.Kayn tidak langsung menjawab pertanyaan Verlyn itu dan terdiam sesaat lalu membalas perkataan Verlyn."Aku akan menjawab pertany
"Anggap saja kamar sendiri ya!" ujar Verlyn setelah masuk ke dalam kamarnya sendiri, di ikut oleh Kayn di belakangnya.Kayn merasa sedikit merasa Déjà vu untuk sesaat dan menggelengkan kepalanya agar tidak lagi teringat masa itu. 'Lupakan Kayn, lupakan!' batinnya.Verlyn duduk di atas kasur dan melupakan hal yang begitu penting, yaitu memesan makanan untuk merayakan keluarnya hasil tes DNA yang akan membuktikan pada dunia bahwa dia bukanlah anak dari Jennifer."Kayn, duduklah di manapun kau mau. Aku akan memesan makanan yang banyak untuk merayakannya!" ujar Verlyn riang.Kayn menghentikan aksinya yang hendak duduk di kursi meja kerja Verlyn dan langsung menahan tangan Verlyn yang baru saja ingin menekan menu makanan di ponselnya.Verlyn menatap heran tingkah Kayn saat ini kepadanya dan menepis pegangan Kayn dari tangannya itu."Ada apa, Kayn? Aku hanya ingin memesan makanan untuk merayakan kabar yang akan kau beri tahukan kepadaku," tanya Verlyn lalu melanjutkan kembali memesan makana
'Dia langsung seceria itu hanya karena mendengar ada cara lain?' batin Kayn lalu tersenyum kecil. "Kau pasti sangat mengharapkan cara lain itu ya, Verlyn.." gumam Kayn lalu mengambil beberapa berkas dokumen yang ada di sebelahnya dan memberikannya kepada Verlyn. "Amati masing-masing berkas itu dengan baik, kau akan menemukan kesamaannya," ujar Kayn. Verlyn menerima berkas itu dan segera mengamati setiap berkas di tangannya dengan serius dan teliti sedangkan Kayn menatap ke arah Verlyn sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya. "Kau menyadarinya, Verlyn?" tanya Kayn. Verlyn mengangguk cepat. "Ya, di sini orang yang menjalin kerja sama dengan beberapa rumah sakit besar kemungkinan adalah orang yang sama. Benar begitu, Kayn?" Verlyn menatap ke arah Kayn yang mengangguk setuju dengan pernyataan Kayn "Kau benar, dan kalau di liat dari tanggal kerja samanya, masing-masing rumah sakit hanya berbeda 5 hari saja. Itu artinya, orang tersebut bisa memiliki kendali penuh atas rumah
Verlyn terperangah mendengar jawaban dari Kayn dan langsung mundur perlahan sembari bergidik memeluk dirinya sendiri."Hei, kau pikir aku ini hewan yang di incar?!" tanya Verlyn tidak mengerti.Kayn menggeleng pelan sembari memegang kepalanya setelah mendengar kesimpulan Verlyn yang malah menganggap perkataannya itu sebagai candaan."Bukan seperti itu, Verlyn. Maksudku adalah, mereka sudah menargetkanmu bahkan sebelum kau lahir ke dunia. Kelahiran seorang ini di keluarga konglomerat pasti di sebar luaskan oleh para media massa, dan saat itu lah mereka mulai berencana menargetkan dirimu," jelas Kayn lebih detail.Verlyn perlahan mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh Kayn barusan kepadanya. "Jadi dari awal rencana ini sudah di jalankan oleh mereka sejak aku lahir, begitu?"Kayn mengangguk pelan dan kembali menatap berkas-berkas dokumen di tangannya. Verlyn hanya terdiam membeku dengan tatapan kosong."Sepertinya mereka mengincar Kakakmu terlebih dulu, Kak Ace. Karena di sini pernah
Seorang wanita cantik dengan rambut berwarna krem panjang sedikit bergelombang dan bola mata berwarna merah tua tersenyum ke arah kamera sembari menggendong seorang bayi laki-laki di pelukannya.Verlyn bisa langsung mengenali anak laki-laki itu. Rambutnya yang berwarna merah dan bola matanya yang berwarna hijau army persis seperti miliknya, sudah jelas Verlyn bisa langsung mengenalinya."Aku tahu bahwa bayi laki-laki itu pasti Kakakku, Ace," ujar Verlyn sembari terus mengamati gambar foto itu."Tapi, wanita ini.. aku tidak terlalu mengenalinya. Hanya saja, dia mirip seperti–""Ibumu," lanjut Kayn cepat.Verlyn terperangah dan langsung menoleh. "Kau benar, Kayn. Bagaimana bisa pikiranmu sama denganku?" tanya Verlyn penasaran.Kayn berpikir sesaat sembari menatap gambar foto itu."Warna bola matanya sama seperti milik ibumu, dan rambutnya juga yang panjang bergelombang sama persis dengan rambut ibumu yang ada di sini," jawab Kayn sembari menunjuk ke arah gambar foto Caroline yang sedang