'Sepertinya, cara darinya lumayan efektif, walau aku menjadi–sedikit–lebih–sibuk daripada, biasanya..' batin Kayn.Dia terus memeriksa banyak laporan yang berada di atas meja kerja di ruangannya tanpa istirahat sedikitpun dan itu Rainon merasa heran dan khawatir dengan keadaan Kayn."Tuan, apa Anda tidak ingin istirahat dulu, saja?" tanya Rainon sembari menaruh beberapa laporan tambahan di meja kerja Kayn.Kayn menggeleng pelan dan terus menatap ke arah laporan yang sedang dia periksa di tangannya sekarang. Rainon hanya bisa menghela napas melihat sikap ambisius Kayn yang tiba-tiba keluar hari ini."Anda sudah memeriksa banyak laporan selama–empat–jam, Tuan. Sebaiknya Anda beristirahat sejenak lalu melanjutkan kembali memeriksa laporan-lapoan, itu. Mata Anda juga sudah terlihat lelah, Tuan," ujar Rainon khawatir.Kayn menghela napas lalu menatap ke arah Rainon dengan ekspresi datar. Rainon melihat ke dua mata Kayn terlihat sayu dan sedikit memerah sedang memandang ke arahnya."Aku tid
Tibalah hari dimana Kaze, Caroline, Khalix dan Villian kembali ke Amerika setelah tiga minggu berada di Thailand. Verlyn dan Kayn sibuk mempersiapkan penyambutan kedatangan kedua orang tua mereka di kediaman rumah mereka masing-masing. "Apa kalian sudah mengganti karpet di ruang tamu?" tanyaku kepada pelayan yang sedang membersihkan debu di sofa. Pelayan itu mengangguk. "Sudah, Nona," jawabnya sopan. "Bagus!" Verlyn menyalakan layar ponselnya yang tiba-tiba berdering dan muncul panggilan telepon dari Kayn. "Wah.. tumben sekali dia meneleponku lebih–dulu.." Verlyn menerima panggilan tersebut. "Tumben sekali kau meneleponku, Kayn. Ada hal penting apa?" "Kau tahu sendiri bahwa sore ini Ayah dan Ibumu akan kembali ke Amerika bersama dengan Ayah dan Ibuku juga, kan?" Verlyn mengangguk setuju. "Ya, kau benar. Lalu?" Kayn terdiam sesaat dan terdengar sedang menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Verlyn. "Ayo kita, berangkat–bersama.." Verlyn merasa sedikit terkejut mendengar ajak
"Selamat datang kembali, Tuan Presdir dan Nyonya!" ujar seluruh pengawal keluarga Alreo dan Viondra serempak sembari membungkukkan badan mereka. Verlyn dan Kayn berdiri paling depan di antara semua pengawal tersebut ikut sedikit membungkukkan badan mereka. "Selamat datang kembali ke Amerika, Ayah, Ibu.." ujar Kayn sembari tersenyum senang. "Syukurlah perjalanan kalian datang kembali ke sini lancar dan tidak ada hambatan, sama sekali," lanjut Verlyn sembari ikut tersenyum. Kayn, Khalix, Caroline dan Villian terdiam sesaat setelah mendengar ucapan dari anak mereka itu dan saling berbisik. "Kau mendengarnya, Kaze?! Sepertinya mereka sudah semakin dekat semenjak kita tinggal.." bisik Khalix. Kaze mengangguk setuju sembari melipat tangannya. "Kau benar, Khalix. Tidak mungkin mereka bisa kompak seperti itu jika hal itu tidak di rencanakan." "Verlyn dan Kayn pasti harus membicarakan hal seperti itu dan berlatih berdua, bukan? Bahka sebelum kita pergi, mereka tidak–sedekat–itu, sebelumn
"Krem, rambut pendek. Sellina.." gumam Verlyn tanpa sadar. "Apa?" Kayn mendengar gumaman Verlyn dan melirik ke arahnya yang terlihat sedang larut di dalam pikirannya sendiri. "Verlyn?" panggil Kayn pelan. Dia tidak menjawab dan hanya terus terdiam sembari melihat terus ke arah tangannya yang berada di atas paha. Kayn sedikit geram lalu memanggil kembali Verlyn. "Verlyn!" panggil Kayn lagi dengan sedikit berteriak. Verlyn mengedipkan matanya dengan cepat dan tersadar dari lamunannya. Dia menoleh ke arah Kayn yang sedang mengemudikan mobilnya. "Tadi kau–memanggilku, Kayn?" tanya Verlyn. Kayn menghela napas pelan. "Aku sudah dari tadi memanggilmu, tapi kau tidak kunjung menjawab," jawab Kayn sedikit kesal. Verlyn membelalakkan matanya terkejut dan menundukkan kepalanya. "Maaf, aku hanya sedikit kepikiran saja.." Verlyn kembali mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Kayn. "Jadi, ada apa kau memanggilku, Kayn? Apa kita sudah sampai?" tanyanya. Kayn perlahan memberhentikan mobiln
"Verlyn, pelajaran hari ini sudah, berakhir!" Varsel menepuk tangannya sekali dengan perasaan senang. "Tidak terasa, ya. Sudah 30 hari berlalu, dan besok kau akan di resmikan menjadi seorang, CEO!" lanjut Varsel. Verlyn ikut tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih sudah mengajari saya–selama–ini, Nyonya Varsel! Anda benar-benar sangat membantu saya dalam pengajaran menjadi seorang CEO yang baik.." Varsel tersipu malu lalu beranjak dari sembari membawa tas selempangnya. "Itu sudah tugasku, Verlyn. Tidak perlu berterika kasih," ujar Varsel lalu mengedipkan sebelah matanya. Verlyn terkekeh pelan lalu ikut beranjak dari kursinya dan mengambil tasnya. "Kita pulang sekarang, Nyonya Varsel?" Varsel mengangguk lalu mereka berdua berjalan bersama keluar dari ruangan dan masuk ke dalam lift. Sembari menunggu pintu lift terbuka dan sampai di lantai bawah, Varsel sibuk berbincang dengan seseorang di ponselnya dan Verlyn hanya terdiam memikirkan Kayn. 'Apa acara makan malamnya dengan Sellina,
"Nona Verlyn, itu adalah jalan untuk para tamu yang datang." Verlyn langsung berhenti di tempat dan menoleh. "Lalu cara aku masuk ke dalam gedung ini, bagaimana?" tanyanya bingung. Sofia terkekeh pelan dan mengarahkan tangannya ke sebelah kanan. "Jalan sebelah situ adalah jalan khusus untuk Anda, Nona. Keberadaan Anda sekarang harus di sembunyikan dari para tamu agar mereka tidak melihat lebih kecantikan dan pesona, Anda," jelas Sofia panjang lebar. "Ha–haha.. baiklah. Kau terlalu berlebihan, Sofia," ujar Verlyn sedikit tidak nyaman. Sofia hanya tersenyum lalu mengarahkan tangannya dan meminta Verlyn untuk mengikutinya. "Ikuti saya, Nona," ujar Sofia lalu melangkah lebih dulu melewati jalan itu. Verlyn mengangguk lalu mengikuti Sofia dengan langkah perlahan sembari mengangkat gaunnya yang sedikit panjang itu di bantu oleh beberapa pelayan lain dan Verly juga di ikuti oleh para pengawal untuk menjaganya dari bahaya. Mereka masuk ke dalam ruangan besar yang mewah di sana yang memb
"Bicaralah dengan para tamu terlebih dulu, Ayah akan pergi sebentar. Jika kau merasa tidak nyaman, tinggalkan saja tamu itu," ujar Kaze lalu melangkah pergi bersama orang-orang penting lainnya. "Dasar Ayah ini!" gumam Verlyn pelan. Verlyn menoleh ke arah sekitar dan melihat Kayn yang sedang berbincang dengan orang-orang tidak jauh darinya. Verlyn langsung bersemangat dan segera menghampiri Kayn sembari mengangkat gaunnya. "Kayn!" panggil Verlyn. Kayn dan orang-orang yang sedang berbincang dengannya menoleh ke arah Verlyn dan orang-orang itu menyambutnya dengan senyuman dan mengucapinya selamat secara bergantian. "Selamat untuk Anda, Nona Verlyn!" "Nona tampak cantik dengan gaun elegan itu!" "Aku sudah menduga-duga bahwa putri Nona Verlyn lebih cantik jika di lihat dari jarak sedekat, ini!" "Sebuah kehormatan bagi kami untuk bisa berbincang langsung dengan Anda, Nona.." Verlyn tersenyum dan membalasnya dengan anggukkan. "Terima kasih untuk ucapan dan pujian dari Anda sekalian,
"Sampai jumpa, Verlyn! Kita akan segera bertemu lagi!" ujar Varsel sembari melambaikan tangannya ke arah Verlyn dan Kaze.Verlyn tersenyum dan mengangguk senang. "Iya, Nyonya Varsel! Terima kasih dan hati-hati di jalan!" balas Verlyn sembari ikut melambaikan tangannya ke arah Varsel.Varsel membungkukkan sedikit badannya lalu melangkah pergi bersama dengan orang-orang penting lainnya.Verlyn menghela napas lega karena sudah selesai berbincanh dengan Nyonya Varsel dan beberapa orang penting perusahaan Kizen yang lain lalu menoleh ke arah Kaze yang sedang menatap layar ponselnya."Ayah, sudah–selesai, kan? Aku ingin makan, sekarang," ujar Verlyn.Kaze hanya terdiam sembari fokus menatap layar ponselnya itu. Verlyn mengangkat bahunya sedikit lalu melangkah pergi meninggalkan Kaze di sana dan segera menghampiri Kayn yang masih berbincang dengan orang-oramg di sana."Kau mau kemana, Verlyn?" tanya Kaze tiba-tiba.Verlyn langsung menghentikan langkahnya dan mendengus kesal lalu membalikkan