Ekspresi Rainon seketika berubah menjadi datar setelah mendengar Kayn menyebut nama Verlyn."Apa maksud Anda itu, Nona Verlyn, Tuan?" tanya Rainon untuk memastikan pendengarannya tidak salah.Kayn menjawabnya dengan anggukkan pelan dan menoleh ke arah Rainon. "Jadi, apa jawabanmu?"Rainon terdiam sesaat dan menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Kayn."Tuan, sebelumnya saya ingin meminta maaf apabila perkataan saya sekarang sedikit–lancang.. Jika Nona Verlyn ingin Anda jadikan sebagai yang ke tiga di antara hubungan Anda dengan Nona Sellina, saya tidak bisa memberi saran kepada Anda," ujar Rainon dengan tegas dan ekspresi datar menatap ke arah Kayn.Kayn mengernyitkan alisnya dan menatap heran ke arah Rainon yang tiba-tiba berkata seperti itu. "Orang ke–tiga? Apa maksudmu, Rai–""Saya tahu bahwa hubungan Anda dan Nona Sellina sudah terjalin lama dan baik-baik saja, tetapi saya tidak akan menyetujui jika Anda melibatkan Nona Verlyn menjadi orang ke tiga pada hubungan dan Nona Selli
Tiga puluh menit sebelumnya."Apa kau bilang?!" tanya Kayn dengan nada marah sekaligus terkejut setelah mendengar ungkapan dari Rainon.Rainon menatap ke arah Kayn dengan ekspresi datar dan tidak merasa takut bahkan tegang dengan bentakan yang di terima olehnya dari Kayn."Saya hanya jujur, Tuan. Maaf jika perkataan saya sudah, keterlaluan," ujar Rainon.Kayn menghela napas sembari memegangi kepalanya dan memejamkan matanya. "Aku benar-benar, bisa–gila..""Anda memang sudah gila, Tuan," balas Rainon dengan cepat.Kayn membuka kelopak matanya perlahan dan terdiam sesaat sebelum kembali menatap ke arah Rainon dengan tatapan sayu."Kau benar, Rainon. Aku–sudah–gila, sesaat. Terima kasih sudah jujur," ujar Kayn.Rainon terheran-heran dengan balasan dari Kayn lalu terkekeh pelan. "Tuan ini ada-ada saja, ya.."Kayn kembali duduk di kursi kerjanya dan terus memegangi kepalanya sembari memijatnya perlahan untuk membuat pikirannya sedikit rileks."Sudahlah, katakan saja apa solusinya, Rainon..
Verlyn dan Kayn tidak berbincang satu sama lain di dalam mobil sampai mereka tiba di sebuah restoran besar yang sangat mewah berbintang enam dengan nama Golden Six.Verlyn merasa kagum melihat restoran tersebut dari dalam jendela mobil. "Aku tidak pernah melihat ada restoran semewah, ini.." gumamnya tanpa sadar.Kayn membuka pintu mobil dan tersenyum kecil. "Sekarang kau sudah melihatnya, bukan?"Verlyn terkejut mendengar balasan dari Kayn dan langsung menoleh ke arahnya yang sudah keluar dari mobil dan sedang berjalan ke arah pintu mobil di sisi Verlyn. Dia membukakan pintu itu dan mengulurkan tangannya kepada Verlyn."Hati-hati.." ucapnya pelan.Verlyn mengangguk pelan dengan sedikit pipi yang memerah lalu memegang tangan Kayn dan keluar dari mobil. Angin malam yang menyentuh kulitnya seketika membuat Verlyn langsung memeluk tubuhnya sendiri.'Aku tidak mengira udaranya akan–sedingin–ini..' batin Verlyn.Kayn peka setelah melihat Verlyn yang memeluk tubuhnya sendiri dan melepas jasn
."Aku benar-benar mengantuk dan yakin bisa tidur nyenyak, malam ini!" Verlyn menyandarkan tubuhnya di kursi mobil dan memejamkan kelopak matanya perlahan. Kayn hanya bisa menghela napas dan menggeleng pelan melihat tingkah Verlyn yang perlahan terlelap setelah menyantap banyak makanan di restoran tadi. Dia fokus mengemudikan mobilnya dan melirik Verlyn yang terlihat sudah terlelap di dalam tidurnya dengan memeluk dirinya sendiri sembari membungkukkan kepala ke arah kanan. 'Dia benar-benar tertidur, rupanya..' Kayn memberhentikan mobilnya sejenak di siis jalan dan mengambil jas miliknya yang berada di kursi belakang lalu menyelimuti Verlyn menggunakan jas tersebut dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. Dia kembali mengemudikan mobilnya dan melaju dengan cepat ke arah rumah karena jalan raya sudah terlihat lebih sepi daripada saat matahari masih berada di atas. Setelah sampai di rumah, Kayn melihat jam di pergelangan tangan kirinya dan waktu menunjukkan pukul 09.34 PM. 'Belu
Pipi Verlyn semakin memerah dan kembali menoleh ke arah lain. "K–Kayn, kau terlalu–dekat.."Kayn tidak mempedulikan perkataannya lalu memegang salah satu tangan Verlyn dan mengarahkannya ke bagian jantung Kayn."Ap–apa yang kau, lakukan.. Kayn!?" tanya Verlyn dengan nada panik.Kayn terus mendekat ke arah wajah Verlyn secara perlahan "Apa kau menikmatinya, Verlyn..?"Verlyn terus memejamkan matanya dan pelan-pelan merasakan sentuhan otot dada Kayn di tangannya.'Aku benar-benar bisa, gila..' batin Verlyn.Kayn memeluk pinggang Verlyn dengan erat dan wajah mereka saling berdekatan satu sama lain. Kayn dan Verlyn juga bisa merasakan dan mendengar helaan napas masing-masing.Pikiran Verlyn menjadi tidak terkendali setelah Kayn meniup lembut area telinganya, membuat ke dua pipi Verlyn semakin memerah."Kau mau melakukan hal yang lebih, Verlyn?" bisik Kayn dengan nada lembut.Verlyn terus memejamkan matanya dan menggeleng dengan cepat. "Tidak, aku belum siap!" teriak Verlynsembari menyentu
'Sepertinya, cara darinya lumayan efektif, walau aku menjadi–sedikit–lebih–sibuk daripada, biasanya..' batin Kayn.Dia terus memeriksa banyak laporan yang berada di atas meja kerja di ruangannya tanpa istirahat sedikitpun dan itu Rainon merasa heran dan khawatir dengan keadaan Kayn."Tuan, apa Anda tidak ingin istirahat dulu, saja?" tanya Rainon sembari menaruh beberapa laporan tambahan di meja kerja Kayn.Kayn menggeleng pelan dan terus menatap ke arah laporan yang sedang dia periksa di tangannya sekarang. Rainon hanya bisa menghela napas melihat sikap ambisius Kayn yang tiba-tiba keluar hari ini."Anda sudah memeriksa banyak laporan selama–empat–jam, Tuan. Sebaiknya Anda beristirahat sejenak lalu melanjutkan kembali memeriksa laporan-lapoan, itu. Mata Anda juga sudah terlihat lelah, Tuan," ujar Rainon khawatir.Kayn menghela napas lalu menatap ke arah Rainon dengan ekspresi datar. Rainon melihat ke dua mata Kayn terlihat sayu dan sedikit memerah sedang memandang ke arahnya."Aku tid
Tibalah hari dimana Kaze, Caroline, Khalix dan Villian kembali ke Amerika setelah tiga minggu berada di Thailand. Verlyn dan Kayn sibuk mempersiapkan penyambutan kedatangan kedua orang tua mereka di kediaman rumah mereka masing-masing. "Apa kalian sudah mengganti karpet di ruang tamu?" tanyaku kepada pelayan yang sedang membersihkan debu di sofa. Pelayan itu mengangguk. "Sudah, Nona," jawabnya sopan. "Bagus!" Verlyn menyalakan layar ponselnya yang tiba-tiba berdering dan muncul panggilan telepon dari Kayn. "Wah.. tumben sekali dia meneleponku lebih–dulu.." Verlyn menerima panggilan tersebut. "Tumben sekali kau meneleponku, Kayn. Ada hal penting apa?" "Kau tahu sendiri bahwa sore ini Ayah dan Ibumu akan kembali ke Amerika bersama dengan Ayah dan Ibuku juga, kan?" Verlyn mengangguk setuju. "Ya, kau benar. Lalu?" Kayn terdiam sesaat dan terdengar sedang menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Verlyn. "Ayo kita, berangkat–bersama.." Verlyn merasa sedikit terkejut mendengar ajak
"Selamat datang kembali, Tuan Presdir dan Nyonya!" ujar seluruh pengawal keluarga Alreo dan Viondra serempak sembari membungkukkan badan mereka. Verlyn dan Kayn berdiri paling depan di antara semua pengawal tersebut ikut sedikit membungkukkan badan mereka. "Selamat datang kembali ke Amerika, Ayah, Ibu.." ujar Kayn sembari tersenyum senang. "Syukurlah perjalanan kalian datang kembali ke sini lancar dan tidak ada hambatan, sama sekali," lanjut Verlyn sembari ikut tersenyum. Kayn, Khalix, Caroline dan Villian terdiam sesaat setelah mendengar ucapan dari anak mereka itu dan saling berbisik. "Kau mendengarnya, Kaze?! Sepertinya mereka sudah semakin dekat semenjak kita tinggal.." bisik Khalix. Kaze mengangguk setuju sembari melipat tangannya. "Kau benar, Khalix. Tidak mungkin mereka bisa kompak seperti itu jika hal itu tidak di rencanakan." "Verlyn dan Kayn pasti harus membicarakan hal seperti itu dan berlatih berdua, bukan? Bahka sebelum kita pergi, mereka tidak–sedekat–itu, sebelumn