"Sampai kapan kau akan diam terus seperti itu, Verlyn? Aku sudah bilang bahwa aku hanya–""Tapi kenapa kau melihatnya lekat-lekat begitu, hah? Aku sangat malu, tahu!" potong Verlyn cepat sembari duduk di atas kasurnya dengan posisi merangkul lututnya."Lukamu bisa kembali terbuka jika seperti itu, Verlyn..""Diam!" teriak Verlyn sembari menundukkan kepalanya.'Sial, aku malu sekali!' batin Verlyn.Kayn memegangi kepalanya sembari menghela napas panjang.'Seharusnya, aku tidak menatapnya seperti itu, tadi..'Lima menit sebelum kejadian.."Kenapa kau hanya terduduk diam saja, di sana?" tanya Verlyn.Dia memperhatikan Kayn yang dari tadi hanya duduk terdiam di kursi meja kerja Verlyn sembari memainkan ponselnya dan menoleh ke arah Verlyn yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper besar berwarna hijau muda."Kenapa kau bertanya jika sudah melihat apa yang sedang kulakukan?" tanya Kayn balik lalu menatap kembali layar ponselnya.Verlyn mendengus kesal dan melangkah kembali ke arah le
'Seharusnya dia mencari topik pembicaraan sekarang, bukan malah diam saja!' batin Verlyn sembari melipat tangannya dan menarap ke arah jendela mobil.Kayn yang sedang mengemudikan mobilnya, menghela napas perlahan.'Aku memang tidak menyukai dirinya yang terlalu aktif dan banyak bicara, tapi jika suasananya jadi seperti ini..'Kayn mulai mencari topik untuk menjadi bahan pembicaraan dengan Verlyn agar suasananya tidak sunyi dan canggung seperti sekarang.Setelah beberapa saat, Kayn berhasil menemukan topik yang cocok untuk di bicarakan dengan Verlyn lalu menoleh perlahan ke arahnya."Verlyn, kau–"Perkataan Kayn terhenti setelah mendengar bunyi khas yang menandakan seseorang sedang merasa kelaparan dan bunyi itu keluar dari perut Verlyn.Pipi Verlyn memerah seketika karena malu dan tidak berani menoleh ke arah Kayn yang terdiam sesaat sebelum akhirnya terkekeh.'Perut sialan! Kenapa kau berbunyi di saat seperti ini, sih? Bikin malu saja!' batin Verlyn kesal."Padahal kau baru saja mak
"Uh.. Verlyn? Apa kau yakin dengan–ini?" tanya Kayn pelan.Verlyn mengangguk pelan. "Ya! Sekarang kita terlihat seperti orang biasa, bukan?"Kayn tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar jawaban Verlyn karena itu adalah benar. Berkat pemikiran Verlyn yang memiliki ide ini, mereka berdua tampak terlihat biasa saja di mata orang-orang disana dan juga, aneh?"Tapi Verlyn, aku merasa pandangan orang-orang semakin aneh terhadap, kita!" bisik Kayn pelan.Verlyn dan Kayn berhenti di sebuah gerobak makanan yang menjual tahu tepung goreng di sana."Pak, tolong 2 bungkus ya! Yang satu tambahkan pedas yang sangat banyak, dan satunya lagi pedasnya sedikit saja," ujar Verlyn ramah.Pria tua yang menjual makanan tersebut mengangguk. "Baik, Nona. Tunggu sebentar, ya.."Verlyn hanya mengangguk dan terdiam sembari melihat pembungkusan tahu tepung goreng miliknya di sana."Terlihat sangat–enak!" gumam Verlyn pelan.Kay menghela napas sembari menggeleng pelan. 'Apa di pikirannya itu hanya ada maka
Kayn menggelengkan kepalanya pelan setelah mengingat kejadian lalu dan menoleh ke arah Verlyn yang dari tadi terdiam sembari melihat ke sekitar."Sekarang, kau ingin melakukan apa?" tanya Kayn."Hm.. apa, ya?" Verlyn mulai berpikir sembari terus melihat-lihat ke sekitarnya.Dia melihat banyak booth portable mini yang berjajar dengan menjual aneka macam makanan dan minuman yang terlihat enak dan murah.Verlyn juya melihat berbagai macam wahana seperti kora-kora, roller coaster, bianglala, komedi putar, dan berbagai macam wahana lainnya. Wahana-wahana tersebut penuh oleh orang-orang di sana dan banyak yang mengantri untuk menaiki beberapa wahana itu.'Kalau antriannya panjang seperti itu, bisa sampai satu jam untuk menunggu, giliran..' batin Verlyn."Jika kau ingin menaiki wahana itu, kita harus mengantri dari sekarang agar tidak menunggu–terlalu–lama," ujar Kayn tiba-tiba.Kayn seolah tahu apa yang sedang di pikirkan olehnya dan langsung menoleh dengan tatapan sedikit terkejut. Kayn me
"Apa? Menikah? Tidak! Aku tidak–membutuhkan–itu, Ayah!" balas Verlyn tegas setelah mendengar rencana soal perjodohannya dengan CEO perusahaan Vyntie milik keluarga Konglomerat ternama di Amerika. "Sudah ke berapa kali Ayah membahas soal perjodohan ini, aku tidak mau melakukan itu!" lanjut Verlyn kesal. Alih-alih marah, pria berambut coklat dengan bola mata berwarna hijau army itu hanya menghembuskan nafasnya sabar. "Ini tidak buruk untukmu, Verlyn. Pikirkanlah baik-baik," ujar Kaze tenang. Verlyn menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menatap Kaze dengan tajam. "Kehidupanku sudah sempurna, Ayah. Aku tidak membutuhkan pria yang berkewajiban memenuhi kebutuhan hidupku kelak di masa depan nanti, karena aku bisa menghidupi diriku sendiri!" Kaze mengangguk mendengarkan perkataan Verlyn dan duduk di kasur di sebelah Verlyn. "Tapi kau belum pernah bertemu dengannya, kan? Bagaiman kalau kau membuat janji dengan Kayn untuk bertemu?" tawar Kaze. Verlyn lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Tid
"Verlyn, apa kau sudah siap? Ingat janjimu hari ini!" teriak Kaze dari lantai bawah.Verlyn menatap sayu ke arah langit-langit kamarnya yang berwarna ungu lavender dan melihat jam yang berada di atas nakas sebelah kasurnya. Jam menunjukkan pukul 08.40 AM yang membuat Verlyn membelalakkan matanya setelah melihat jam"Bagaimana aku bisa bangun setelat ini! Janji temu yang ayah beritahu adalah jam 09.00 pagi! Arghh, 'shibal'!" Verlyn segera bangun untuk mengambil handuk dan segera pergi mandi.Selesai mandi, Verlyn langsung bersiap dan memilih pakaian asal-asalan karena dia merasa tidak ada waktu untuk memilih pakaian di saat ini. Setelah berpakaian, Verlyn menyempatkan dirinya untuk berhias diri di bantu oleh salah satu pelayan rumahnya, Sofia untuk mengeringkan rambutnya."Sudah selesai, Nona! Semoga pertemuannya lancar!" ujar Sofia menyemangati.Verlyn menghela nafas, dia bangkit dan bercermin untuk melihat penampilannya hari ini. Kemeja lengan panjang berwarna putih dengan jas dan ce
Pak Rian turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Verlyn. "Turunlah perlahan, Nona.""Oke, terima kasih!" Verlyn turun dan menatap gedung tinggi yang berada di depannya sekarang yang terlihat mengkilap akibat terkena pantulan sinar matahari."Gedungnya sama megah dan besarnya dengan perusahaan Kizen milik Ayah!" pujinya. Verlyn melangkah masuk ke dalam gedung tersebut di ikuti pengawalnya dari belakang sedangkan Pak Rian menunggu di dalam mobil.Verlyn menghampiri meja resepsionis untuk bertanya perihal janjinya bertemu Kayn dengan sekretaris disana.Wanita berambut coklat muda yang di sanggul rapi tersebut tersenyum dan mengucapkan salam kepada Verlyn. "Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?""Ah–saya memiliki janji temu dengan Tuan Kayn, hari ini. Saya harus menunggu dimana, ya?" balas Verlyn.Wanita di depannya tersebut tampak bingung sekilas. "Mohon tunggu sebentar ya, Nona." Wanita tersebut menelepon seseorang untuk bertanya perihal janji pertemuan seseorang den
Verlyn terkejut setelah mendengar perkataan Kayn tadi dan hampir tersedak setelah meminum teh yang sekarang dia pegang. "Saya tidak salah–dengar, kan?" Verlyn memastikan.Kayn menggeleng. "Tidak, Anda mendengar dengan baik. Anda bisa melihat kertas yang berada di meja depan Anda. Itu berisi tentang perjanjian yang akan saya berikan apabila Anda mau membatalkan pertunangan ini."Verlyn menaruh cangkir di meja. "Beri saya waktu untuk membaca isinya dulu."Kayn mengangguk dan membiarkan Verlyn untuk melihat isi kertas tersebut dengan teliti. Baru saja Verlyn membaca paragraf pertama, dia tiba-tertawa"Kau hanya memberiku segini? Yang benar saja, rugi dong! Hahaha," ujar Verlyn sembari tertawa.Kayn keheranan dengan reaksi wanita di depannya sekarang, seolah isi dari kertas tersebut hanya sebagai candaan saja baginya."Anda bisa mendapatkan keuntungan hingga satu juta dolar per–tahun, jika saya memberikan perusahaan-perusahaan tersebut secara cuma-cuma kepada Anda," jelas Kayn."Hahaha, a