"Uh.. Verlyn? Apa kau yakin dengan–ini?" tanya Kayn pelan.Verlyn mengangguk pelan. "Ya! Sekarang kita terlihat seperti orang biasa, bukan?"Kayn tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar jawaban Verlyn karena itu adalah benar. Berkat pemikiran Verlyn yang memiliki ide ini, mereka berdua tampak terlihat biasa saja di mata orang-orang disana dan juga, aneh?"Tapi Verlyn, aku merasa pandangan orang-orang semakin aneh terhadap, kita!" bisik Kayn pelan.Verlyn dan Kayn berhenti di sebuah gerobak makanan yang menjual tahu tepung goreng di sana."Pak, tolong 2 bungkus ya! Yang satu tambahkan pedas yang sangat banyak, dan satunya lagi pedasnya sedikit saja," ujar Verlyn ramah.Pria tua yang menjual makanan tersebut mengangguk. "Baik, Nona. Tunggu sebentar, ya.."Verlyn hanya mengangguk dan terdiam sembari melihat pembungkusan tahu tepung goreng miliknya di sana."Terlihat sangat–enak!" gumam Verlyn pelan.Kay menghela napas sembari menggeleng pelan. 'Apa di pikirannya itu hanya ada maka
Kayn menggelengkan kepalanya pelan setelah mengingat kejadian lalu dan menoleh ke arah Verlyn yang dari tadi terdiam sembari melihat ke sekitar."Sekarang, kau ingin melakukan apa?" tanya Kayn."Hm.. apa, ya?" Verlyn mulai berpikir sembari terus melihat-lihat ke sekitarnya.Dia melihat banyak booth portable mini yang berjajar dengan menjual aneka macam makanan dan minuman yang terlihat enak dan murah.Verlyn juya melihat berbagai macam wahana seperti kora-kora, roller coaster, bianglala, komedi putar, dan berbagai macam wahana lainnya. Wahana-wahana tersebut penuh oleh orang-orang di sana dan banyak yang mengantri untuk menaiki beberapa wahana itu.'Kalau antriannya panjang seperti itu, bisa sampai satu jam untuk menunggu, giliran..' batin Verlyn."Jika kau ingin menaiki wahana itu, kita harus mengantri dari sekarang agar tidak menunggu–terlalu–lama," ujar Kayn tiba-tiba.Kayn seolah tahu apa yang sedang di pikirkan olehnya dan langsung menoleh dengan tatapan sedikit terkejut. Kayn me
"Tidak–seru!" gumam Verlyn pelan setelah keluar dari gondola dan melangkah pergi dari sana bersama dengan Kayn yang mengikutinya dari belakang."Memangnya menurutmu yang seru itu, bagaimana?" tanya Kayn sembari melihat-lihat hasil gambar yang di berikan oleh Verlyn setelah berdebat beberapa saat di dalam gondola tadi.Verlyn menghela napas panjang lalu melipat tangannya."Bianglalanya berputar terlalu–lambat! Jika putarannya di atur menjadi lebih cepat kan, itu sangat mengasyikkan!" jawab Verlyn senang.Kayn tidak membalas perkataan Verlyn dan hanya mengangguk-angguk sembari fokus melihat beberapa gambar foto di genggamannya itu sembari berjalan di belakang Verlyn.'Dasar pria!' batin Verlyn lalu kembalu menoleh ke arah depan.Verlyn tiba-tiba menghentikan langkahnya dan Kayn juga ikut berhenti lalu pindah ke sebelah Verlyn dan ikut menoleh ke arah depan untuk mengetahui apa yang sedang di lihat oleh Verlyn.'Uh.. jangan bilang dia ingin..'"Kayn.." Verlyn menoleh perlahan ke arah Kay
'Menyebalkan!' batin Verlyn kesal setelah masuk ke dalam mobil. Dia langsung menoleh ke arah jendela sembari melipat tangannya setelah Kayn masuk ke dalam mobil dan menatap dirinya. Kayn melihat sekilas ekspresi Verlyn yang terlihat sedang kesal tadi, sebelum dia memalingkan wajah darinya. 'Dia tidak bisa mengatur ekspresinya, ya..' batin Kayn sembari tersenyum kecil. Kayn berdeham pelan. "Verlyn, kau mau–" "Apa?! Menyebalkan! Aku hanya ingin menaiki wahana itu, tahu!" potong Verlyn cepat. Kayn menghela napas panjang lalu menatap tajam ke arah Verlyn dan mengambil satu bungkus eskrim varian rasa strawberry. "Kau tahu sekarang sudah masuk jam berapa, Verlyn? Jam dua belas malam! Kau mau di sini sampai, pagi?" tanya Kayn. Verlyn menggigit bibirnya kesal dan langsung menoleh ke arah Kayn. "Aku hanya ingin bersenang–" Perkataan Verlyn terhenti setelah dahinya di ketuk pelan oleh Kayn menggunakan bungkusan eskrim di tangannya. "Apa yang kau.." "Kau mau?" tawar Kayn cep
"Sampai kapan kau akan terus–tertawa, Kayn..?" tanya Verlyn sembari menatap kesal ke arah Kayn."Entahlah.. aku masih tidak percaya saja bahwa seorang Verlyn bisa meminta maaf, kepadaku.. Haha!" jawab Kayn sembari terus tertawa.Verlyn mengerutkan dahinya dan tidak bisa menahan ekspresinya lagi.'Syibal!'Kayn melirik ke arah Verlyn sembari terus tertawa. Dia melihat Verlyn yang sedang menatap kesal ke arahnya sembari terus berusaha tersenyum di depannya. Kayn menggeleng pelan dan menghentikan tawanya.'Terlihat sekali dia memaksakan senyuman, itu..'Kayn memperbaiki postur tubuhnya dan menatap ke arah Verlyn. "Baiklah, apalagi yang ingin kau katakan?" tanyanya.Verlyn mengedipkan matanya dengan cepat sesaat lalu menggeser kembali kursinya ke dekat Verlyn dan melipat tangannya di atas meja."Ceritakan mengapa kau bisa mengalami paranoid, itu!" jawab Verlyn.Kayn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya. "Kenapa kau menanyakan hal itu? Memangnya itu penting..""Ya, iyalah! Bagaimana
'Ayah, Paman, tolong.. cepatlah–datang!'Kayn tertidur lelap setelah dia menangis di dalam pelukan Deriyana yang masih terus terjaga sepanjang malam.Dia sesekali menoleh ke arah Kayn untuk memastikan keponakannya itu tetap tertidur dengan lelap dengan berselimutkan jaket miliknya.Deriyana mengelus pelan rambut Kayn sembari bergumam pelan. "Lebih baik Kakak melihatmu tertidur lelap, daripada melihatmu ketakutan dan menangis seperti, tadi.."Suara langkah kaki beberapa orang tiba-tiba terdengar dari kejauhan dan Deriyana langsung kembali melihat ke sekitarnya sembari memeluj Kayn lebih erat, membuatnya terbangun sesaat."Emmh, Kakak.. apa kita–akan–pulang, sekarang?" tanya Kayn sembari menatap sayu ke arah Deriyana.Deriyana menoleh dan tersenyum hangat. "Sebentar lagi ya, Kayn. Paman akan segera datang, kau tidur lagi saja, ya.."Kayn mengangguk lalu menutup matanya perlahan dan kembali tertidur. Deriyana menggigit bibirnya sendiri dan mengelus pelan kepala Kayn untuk kembali menidur
Fredy langsung mencengkram dengan kasar tangan kanan Deriyana yang menggenggam granat itu dan menatap tajam ke arahnya."Apa kau tidak memikirkan keselamatan dirimu sendiri, jika–menyalakan–ini?!" tanya Fredy dengan nada dingin.Bukannya merasa takut, Deriyana malah tersenyum dan tertawa keras di hadapan Fredy yang membuatnya merasa kebingungan."Aku tidak takut, bodoh!"Deriyana berusaha menepis tangan Fredy dari tangannya, tapi dia kesulitan karena cengkraman Fredy terlalu kuat hingga sulit di lepaskan."Hei, bocah! Kau pikir, kau bisa lepas–dariku, hah?" ujar Fredy kasar dan memperkuat genggamannya di tangan Deriyana."Jangan–harap!" lanjutnya.Deriyana mulai merasa kesakitan di bagian pergelangan tangannya karena cengkraman Fredy.'Sialan.. dia benar-benar tidak memiliki hati..' batin DeriyanaDia terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Fredy sampai akhirnya berhenti setelah mendengar suara seseorang memanggil dirinya."Kak Deriyana.."Deriyana langsung menoleh dan matanya mem
"Lalu? Apa yang terjadi setelah–itu?" tanya Verlyn dengan penuh rasa ingin tahu.Kayn meneguk minumannya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Verlyn."Fredy langsung di amankan oleh para tentara keamanan di sana dan ku dengar, dia di hukum mati karena memiliki banyak sekali kasus yang dia lakukan sebelum menculikku dan Kak Deriyana," jawab Kayn.Dia mengambil sepotong makanan berminyak dan mengunyahnya perlahan lalu menatap ke arah Verlyn yang sedang menatap terus ke arahnya, seperti menunggu kelanjutan ceritanya.Kayn menghela napas. "Semua kasus terbongkar perlahan setelah dia di amankan, seperti memalsukan dana pengeluaran Negara, bekerja sama dengan para klien pasar gelap, dan–""Tunggu!" potong Verlyn cepatDia mengambil sepotong makanan berminyak lalu melahapnya dan setelah itu meneguk minumannya. Kayn hanya menggeleng pelan setelah melihat hal yang di lakukan olehnya."Kau menghentikanku karena hanya ingin makan–dan–minum, saja?" tanya Kayn dengan nada kesal.Verlyn menata